Sepuluh Faktor Penguat Pernikahan 4

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T587B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Ketahanan, dapat beradaptasi, dapat menikmati hidup
Audio
MP3: 
Play Audio: 


Ringkasan

dpo. Pdt. Dr. Paul Gunadi

FAKTOR KEDELAPAN ADALAH KETAHANAN.
Hidup bukanlah jalan yang rata; kadang kita harus menanjak; kadang menurun; kadang jalan berlubang dan berbatu, kadang jalan lurus dan mulus. Itu sebab kita harus memunyai ketahanan. Idealnya baik suami maupun istri memunyai ketahanan, namun adakalanya itu tidak terjadi. Yang kadang kita jumpai adalah satu memunyai ketahanan sedang yang satunya tidak. Sudah tentu, yang tidak memunyai ketahanan akan bergantung pada yang memunyai ketahanan, dan ini berarti yang memunyai ketahanan akan harus menanggung beban tambahan. Bila ia tidak tahan; pertahanan pernikahan pun runtuh. Sebaliknya jika keduanya memunyai ketahanan, mereka akan sanggup menghadapi tekanan yang datang, dan pernikahan pun berdiri kuat.

FAKTOR KESEMBILAN ADALAH dapat BERADAPTASI.
Sekali lagi saya mengutip dari Norman Wright yang mengatakan bahwa di antara semua karakteristik pernikahan, terpenting adalah fleksibilitas alias dapat beradaptasi, baik dalam menghadapi perubahan dari luar maupun dari dalam pernikahan itu sendiri. Pekerjaan bisa berubah, dan kita mesti bersedia beradaptasi. Lingkungan bisa berubah, dan kita harus bisa beradaptasi. Teman bisa berubah, dan kita harus menerima kenyataan dan beradaptasi. Selain perubahan dari luar, adakalanya perubahan datang dari dalam. Suami tidak selalu memunyai pekerjaan yang sama, bahkan kadang malah tidak memunyai pekerjaan. Ini mengharuskan kita untuk beradaptasi. Istri tidak selalu bergantung pada suami secara finansial; adakalanya malah berpenghasilan lebih dari suami. Ini pun mengharuskan adaptasi. Anak tidak selalu berperilaku baik, kadang buruk. Perubahan ini perlu dihadapi dengan bijak dan kita pun mesti beradaptasi. Bila kita sulit beradaptasi—dan hanya menuntut pasangan yang beradaptasi—pernikahan pun menuai masalah. Kita akan sering konflik. Itu sebab makin kaku seseorang, makin sulit hidup bersamanya.

FAKTOR KESEPULUH ADALAH dapat MENIKMATI.
Yang dimaksud dengan menikmati di sini adalah menikmati hidup dan menikmati satu sama lain. Makin kita dapat menikmati hidup, makin ceria hati kita, dan makin positif kita menghadapi hidup. Dan ini akan berdampak pada pernikahan. Sebaliknya, jika kita tidak bisa menikmati hidup, kita pun akan membawa kesuraman ini masuk kedalam pernikahan. Namun, kita pun harus dapat menikmati satu sama lain. Kenikmatan mesti bersumber dari dalam pernikahan, bukan dari luar. Jangan sampai kita susah hati di rumah, dan baru senang hati di luar rumah. Seharusnya di rumahlah kita paling merasakan kenikmatan; untuk itu kita mesti dapat saling menikmati:

  • Kita menikmati kebersamaan dimana kita bisa saling berbincang dan bercanda.
  • Kita menikmati mengerjakan atau beraktivitas bersama, seperti masak, membersihkan rumah, membesarkan anak atau mengurus kebun.
  • Dan kita pun menikmati satu sama lain secara seksual.

Makin kita dapat menikmati hidup dan satu sama lain, makin kuat pernikahan kita.

Kesimpulan

Pernikahan bukan ciptaan atau gagasan manusia; pernikahan adalah ciptaan dan gagasan Tuhan. Di dalam pernikahan rencana Tuhan atas hidup kita berdua terjadi dan digenapi. Itu sebab Ia terlibat di dalamnya. Makin kita taat kepada petunjuk-Nya, makin kita dapat hidup rukun. Makin kita takut kepada-Nya dan menghormati-Nya, makin dilindungi pernikahan kita dari dosa dan pencobaan Iblis. Singkat kata, tidak ada yang dapat menjaga pernikahan kita lebih baik dan aman daripadaTuhan.Tidak heran, mukjizat pertama yang dilakukan oleh Yesus, Putra Allah, terjadi di dalam resepsi nikah.

Matius 22:37-39, "Jawab Yesus kepadanya: ‘Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri".