Relasi Yang Tidak Direstui

Versi printer-friendly
Februari

Berita Telaga Edisi No. 18 /Tahun II/ Februari 2006/


Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl. Cimanuk 58 Malang 65122 Telp./Fax.:0341-493645 Email: telaga@indo.net.id Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T., Lilik Suharmini Account : BCA.KCP Galunggung no. 011-1658225


Tidak semua pernikahan direstui orangtua namun ini tidak berarti pernikahan yang tidak direstui orangtua identik dengan tidak direstui Tuhan. Adakalanya orangtua tidak merestui pernikahan anak karena alasan yang salah dan jika ini yang terjadi, setelah berdoa dan meminta banyak nasihat dari anak-anak Tuhan yang dewasa, pasangan bebas untuk melangsungkan pernikahannya. Pertanyaannya, apakah yang harus dilakukan pasangan kepada orangtua setelah pernikahan? Berikut ini ada beberapa masukan.

RELASI YANG TIDAK DIRESTUI

  • Apa pun alasannya, keputusan anak untuk tetap menikah tanpa restu akan menyakitkan hati orangtua. Tindakan itu dinilai sebagai tindakan kurang ajar (tidak hormat) dan tidak menghargai orangtua (tidak berterima kasih). Orangtua merasa dibuang dan dianggap tidak bernilai sebab anak lebih mementingkan pasangannya. Setelah pernikahan, penting bagi anak untuk tetap menunjukkan kasih dan hormat kepada orangtua, kendati orangtua berusaha menolak. Lihatlah penolakan ini sebagai upaya orangtua untuk menyembuhkan lukanya dan sekaligus balas "memukul" anak. Biarkanlah sebab mereka membutuh-kan waktu untuk sembuh dan "membalas." Selang beberapa waktu setelah kemarahan reda dan mereka merasa cukup puas "membalas," biasanya mereka akan menerima anak kembali.

  • Pada umumnya orangtua akan menimpakan semua kesalahan kepada menantu, seolah-olah gara-gara dialah anak melawan orangtua. Jadi, dapat diduga kemarahan dan penolakan orangtua terhadap menantu akan bertahan jauh lebih lama dan dalam ketimbang terhadap anak sendiri. Sebaiknya menantu tidak agresif mencoba menjahit kembali relasi yang telah robek ini. Sikap yang agresif akan membuat orangtua menjauh dan menimbulkan rasa tidak suka sebab mereka akan menuduh tindakan menantu sebagai tindakan "mencari muka" belaka. Sebaliknya, jangan mendiamkan mertua sama sekali, tetap kirimkan kartu ucapan selamat dan foto keluarga kepada mertua. Mendiam-kan orangtua akan membuatnya merasa tidak dihormati. Biarkan orangtua menilai siapa diri kita lewat anaknya sendiri, artinya mereka melihat betapa bahagianya anak menikah dengan menantu yang baik. Dengan kata lain, orangtua melihat kebaikan menantu lewat anaknya sendiri.

  • Berdoa dan terus mengasihi mereka. Tuhan Yesus berkata, "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu, karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga." (Matius 5:44-45)


MENGENAL LEBIH DEKAT

Tanpa terasa kita sudah menapaki dua bulan di tahun 2006. Tentu saja dari hari ke sehari selama bulan-bulan berlalu, para pembaca tetap merasakan dan menikmati pemeliharaan Tuhan kita yang luar biasa bukan…? Dan tentunya pula para pembaca tetap setia menanti untuk mengenal siapa kira-kira rekan kita yang lain yang sudah menjalin kerja sama untuk menyiarkan program tercinta kita, yaitu TELAGA. Pada Berita Telaga yang terbit dua bulan lalu, radio ini sudah disinggung sebagai salah satu bagian dari Radio HEARTLINE FM NETWORK. Kala itu kita sudah mengenal Radio HEARTLINE FM yang ada di Lampung dan kali ini kita akan mengenal bagian yang lain yaitu Radio HEARTLINE FM BALI, frekwensi 92,2 MHz. Acara TELAGA disiarkan setiap hari Sabtu pk. 19.00 WITA. Jangkauan siarannya meliputi daerah: Denpasar, Gianyar, Ubud, Bangli, Klungkung, Nusa Dua, Kuta, Jimbaran, Kintamani, Nusapenida. Kesetiaan para pembaca untuk ikut ambil bagian dalam mendoakan radio-radio yang sudah bergabung sungguh sangat berarti dan mempermuliakan Tuhan. Merupakan sukacita dan kebahagiaan kami, TELAGA dapat memberkati lebih banyak orang.


DONATUR

Terima kasih untuk donatur yang sudah memberikan sumbangannya, yaitu:

Yayasan Pelayanan Kudus, Samarinda      Rp.      750.000,00
Hasil penjualan kaset, CD dan booklet     Rp.   2.741.500,00
Total pemasukan sebesar      Rp.   3.491.500,00
Pengeluaran TELAGA bulan ini      Rp.  5.851.900,00

DOAKANLAH

  1. Mengakhiri bulan Pebruari 2006, kita bersyukur karena program TELAGA telah berusia 8(delapan) tahun. Dalam suka dan duka, Tuhan senantiasa menopang dan tidak membiarkan apa yang sudah dimulai. Biarlah lebih banyak keluarga Kristen yang bisa menikmati pelayanan ini di seluruh Nusantara maupun di belahan dunia lainnya melalui situs Telaga.

  2. Kerjasama dengan Metanoia Publishing dalam rangka menerbitkan 7 booklet TELAGA.

  3. Tim rekaman yang akan mulai mengadakan rekaman pada pertengahan Maret s.d. April 2006.


TELAGA MENJAWAB

Tanya :

Kenapa saya tidak bisa menoleransi suami saya bila mabuk. Sekalipun baru pulang dari gereja, atau baru saat teduh, raut wajah saya langsung berubah dan malas berbicara apalagi menegurnya. Saya membutuhkan waktu berhari-hari untuk mengelola kejengkelan saya agar bisa berdamai kembali dengan suami saya. Itupun karena tertuduh dengan firman di I Petrus 2:3 dan Efesus 4:26. Ketika hati saya damai dan perilaku saya kembali lemah lembut, saya pikir saya sudah menang. Namun itu tidak bertahan lama, bila suami saya mabuk lagi, sayapun kembali ke ritme biasanya. Begitulah seterusnya selama 19 tahun perkawinan kami. Akhir-akhir ini hubungan kami semakin memburuk. Kekecewaan yang berulang melahirkan sikap masa bodoh. Tidak ada lagi yang bisa saya share kepadanya, tidak kesedihan, tidak juga kegirangan, bahkan saya sudah pindah kamar tidur, walaupun masih melayani permintaannya untuk berhubungan intim, itupun hanya ketika hati saya bisa berdamai. Pekerjaan saya hanya berharap, berharap,....entah sampai kapan, pokoknya berharap saja.

Jawab :

Sebenarnya sikap Ibu seperti di atas merupakan sikap yang manusiawi dan wajar saja. Bahkan boleh dikatakan Ibu telah bersikap jujur dan tidak munafik. Sebab biar bagaimanapun seorang istri pasti ingin mempunyai suami yang baik. Namun Ibu telah berjuang dan bertahan selama 19 tahun menghadapi suami yang pemabuk, kami sungguh salut. Tentunya kalau hanya mengandalkan kemampuan diri sendiri tidak mungkin Ibu bisa bersabar terus. Dan kami yakin di sepanjang jalan hidup berumah tangga yang berliku-liku, Tuhan telah dan senantiasa menguatkan Ibu. Bacalah Yeremia 17:5-8

Kami berharap kiranya firman Tuhan dalam I Petrus 3:1-5 terus menguatkan Ibu. "Demikian juga kamu, hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan istrinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup istri mereka itu..., tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya."

Ibu sebaiknya berhati-hati sebab dengan pindah kamar tidur sesungguhnya Ibu telah membuka peluang yang lebih berbahaya. Karena peluang untuk suami berselingkuh atau mencari kepuasan di luar rumah makin terbuka luas. Selain menumpahkan keluh kesah kepada Tuhan melalui doa-doa, menurut hemat kami Ibu perlu mempunyai teman seiman untuk menjadi tempat berkeluh kesah tentang pergumulan yang dialami. Mintalah dukungan doa dari keluarga dan teman-teman seiman di gereja atau persekutuan. Yakobus 5:15 dan 16, "Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni. Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang benar bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya."

Jangan putus asa dan bosan berharap, kalau selama 19 tahun Ibu bisa bertahan, janganlah menyerah. Yakinlah bahwa Tuhan setia dan akan senantiasa menguatkan anak-anak-Nya yang berharap kepadaNya. Mungkin Ibu saat ini tidak bisa mengerti apa yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga Ibu, namun ingatlah bahwa Tuhan tahu yang terbaik bagi kita. Mazmur 34:19, "Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan ia menyelamatkan nyawa orang-orang yang remuk jiwanya."


KISAH MENANTU DAN MERTUA

Dahulu kala di negeri Cina, hidup seorang gadis bernama Li-Li. Ia baru menikah dan tinggal di rumah mertua. Dalam waktu singkat, Li-Li menyadari bahwa ia sangat tidak cocok tinggal serumah dengan ibu mertuanya. Karakter mereka sangat jauh berbeda. Li-Li sangat tidak menyukai kebiasaan ibu mertuanya.

Hari berganti hari, dan bulan berganti bulan. Li-Li dan ibu mertuanya tidak pernah berhenti berdebat dan bertengkar. Semua kemarahan dan ketidakbahagiaan di dalam rumah itu menyebabkan kesedihan yang mendalam pada hati suami Li-Li, seorang yang berjiwa sederhana.

Akhirnya, Li-Li tidak tahan lagi terhadap sifat ibu mertuanya. Ia benar-benar bertekad untuk melakukan sesuatu. Li-Li pergi menjumpai seorang teman ayahnya yaitu Sinshe Wang yang mempunyai Toko Obat Cina. Ia menceritakan situasinya dan minta dibuatkan ramuan racun yang kuat untuk diberikan pada ibu mertuanya. Sinshe Wang berpikir keras sejenak. Lalu ia berkata, "Li-Li, saya mau membantu kamu menyelesaikan masalahmu, tetapi kamu harus mendengarkan saya dan mentaati apa yang saya sarankan."

Li-Li berkata, "Baik Pak Wang, saya akan mengikuti apa saja yang Bapak katakan, yang harus saya perbuat."

Sinshe Wang masuk ke dalam, dan tidak lama ia kembali dengan menggenggam sebungkus ramuan. Ia berkata kepada Li-Li, "Kamu tidak bisa memakai racun keras yang mematikan seketika, untuk meyingkirkan ibu mertuamu, karena hal itu akan membuat semua orang menjadi curiga. Oleh karena itu, saya memberi kamu ramuan beberapa jenis tanaman obat yang secara perlahan-lahan akan menjadi racun di dalam tubuhnya."

Sinshe Wang melanjutkan, "Setiap hari, sediakan makanan yang enak-enak dan masukkan sedikit ramuan obat ini ke dalamnya. Lalu, supaya tidak ada yang curiga saat ia mati nanti, kamu harus hati-hati sekali dan bersikap sangat bersahabat dengannya. Jangan berdebat dengannya, taati semua kehendaknya, dan perlakukan dia seperti seorang ratu." Li-Li sangat senang. Ia berterima kasih kepada Pak Wang dan buru-buru pulang ke rumah untuk memulai rencana membunuh ibu mertuanya. Minggu demi minggu, bulan demi bulan pun berlalu. Setiap hari Li-Li melayani mertuanya dengan makanan yang enak-enak, yang sudah "dibumbuinya."

Ia mengingat semua petunjuk dari Sinshe Wang tentang hal mencegah kecurigaan. Maka ia mulai belajar untuk mengendalikan amarahnya, mentaati perintah ibu mertuanya, dan memperlakukannya seperti ibunya sendiri.

Setelah enam bulan lewat, suasana di dalam rumah itu berubah secara drastis. Li-Li sudah mampu mengendalikan amarahnya sedemikian rupa sehingga ia menemukan dirinya tidak pernah lagi marah atau kesal. Ia tidak pernah berdebat lagi dengan ibu mertuanya selama enam bulan terakhir karena ia mendapatkan bahwa ibu mertuanya kini tampak lebih ramah kepadanya.

Sikap si ibu mertua terhadap Li-Li telah berubah, dan mulai mencintai Li-Li seperti puterinya sendiri. Ia terus menceritakan kepada kawan-kawan dan sanak familinya bahwa Li-Li adalah menantu yang paling baik yang ia peroleh.

Li-Li dan ibu mertuanya saling memperlakukan satu sama lain seperti layaknya seorang ibu dan anak yang sesungguhnya. Suami Li-Li sangat bahagia menyaksikan semua yang terjadi.

Suatu hari, Li-Li pergi menjumpai Sinshe Wang dan meminta bantuannya sekali lagi. Ia berkata, "Pak Wang, tolong saya untuk mencegah supaya racun yang saya berikan kepada ibu mertua saya tidak sampai membunuhnya!"

"Ia telah berubah menjadi seorang wanita yang begitu baik, sehingga saya sangat mencintainya seperti kepada ibu saya sendiri. Saya tidak mau ia mati karena racun yang saya berikan kepadanya."

Sinshe Wang tersenyum. Ia mengangguk-anggukkan kepalanya. "Li-Li, tidak ada yang perlu kamu khawatirkan. Saya tidak pernah memberi kamu racun. Ramuan yang saya berikan kepadamu itu hanyalah ramuan penguat badan untuk menjaga kesehatan beliau."

"Satu-satunya racun yang ada, adalah yang terdapat di dalam pikiranmu sendiri, dan di dalam sikapmu terhadapnya, tetapi semuanya itu telah disapu bersih dengan cinta yang kamu berikan kepadanya." *(BT/diambil dari VO-Cerita Rakyat Cina)

(Catatan: Kisah ini hanya rekaan saja. Tujuannya untuk mengingatkan diri kita agar mampu melakukan koreksi ke dalam diri kita sendiri sebelum berharap orang lain mengubah sikapnya terhadap kita. Semoga bermanfaat, baik bagi rekan yang sudah punya mertua maupun yang belum).

Comments