Berpisah Tidur Dengan Anak

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T368A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Salah satu tugas yang mesti dijalankan orang tua adalah MEMPERSIAPKAN ANAK UNTUK HIDUP MANDIRI. Pada akhirnya anak akan harus hidup sebagai seorang dewasa yang bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Ia tidak lagi dapat terus bergantung pada kita sebagai orang tuanya. Nah, dalam kerangka menyiapkan anak untuk mandiri, kita pun perlu untuk mulai memisahkan anak dari kita—salah satunya adalah, TIDAK LAGI TIDUR DENGAN KITA.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Membesarkan anak dapat diibaratkan seperti menyiapkan masakan—sangat unik! Meski bahannya sama, namun citarasa masakan belum tentu sama—bergantung pada siapa yang memasaknya. Begitu pula dengan membesarkan anak. Kita boleh menggunakan metode yang sama namun hasil akhir belum tentu sama. Setiap anak unik dan mesti diperlakukan secara khusus, sesuai dengan kondisinya.

Salah satu tugas yang mesti dijalankan orang tua adalah MEMPERSIAPKAN ANAK UNTUK HIDUP MANDIRI. Pada akhirnya anak akan harus hidup sebagai seorang dewasa yang bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Ia tidak lagi dapat terus bergantung pada kita sebagai orang tuanya. Nah, dalam kerangka menyiapkan anak untuk mandiri, kita pun perlu untuk mulai memisahkan anak dari kita—salah satunya adalah, TIDAK LAGI TIDUR DENGAN KITA.

Mungkin salah satu pertanyaan yang muncul berkaitan dengan hal ini adalah, pada umur berapakah anak semestinya dipisahkan untuk tidur sendiri. Sebetulnya tidak ada patokan yang jelas, pada usia berapakah seharusnya anak tidur sendiri ? Sama seperti kita tidak dapat mematok pada usia berapakah anak seharusnya makan sendiri, kita pun TIDAK bisa secara kaku memastikan pada usia berapakah anak seharusnya tidur sendiri.

Justru yang lebih dapat kita pastikan adalah PADA MASA AWAL SEHARUSNYALAH ANAK TIDUR DENGAN ORANG TUA—setidaknya dan sebaiknya dengan ibu. Tidur bersama orang tua memberikan rasa tenteram pada diri anak sebab pada usia awal ini, anak bergantung sepenuhnya pada kita, orang tuanya, untuk menyusui dan merawatnya. Jadi, makin dekat kehadiran orang tua, makin tenteram hati si anak. Sebaliknya, makin jauh kehadiran orang tua—makin susah dan makin lama orang tua hadir ketika dibutuhkan anak—makin bertambah kecemasan pada diri anak. Nah, di dalam rasa aman ini, secara perlahan anak akan makin siap untuk ditinggal oleh orang tua untuk tidur sendiri. Jadi, tidak benar bila kita berpendapat bahwa seharusnyalah sejak kecil anak sudah harus tidur terpisah dari orang tua supaya ia terbiasa tidur sendiri. Sekali lagi saya tekankan, ANAK MEMERLUKAN KEHADIRAN ORANG TUA SECARA DEKAT SUPAYA TERCIPTA RASA AMAN PADA DIRINYA.

Oleh karena setiap anak unik, maka tingkat kecemasan yang dibawa anak juga tidak sama. Ada anak yang mengembangkan rasa aman secara cepat tetapi ada pula anak yang lambat mengembangkan rasa aman. Itu sebab ada anak yang mudah dipisah, namun ada pula anak yang susah dipisah. Begitu kita beranjak pergi, ia pun menangis dan baru berhenti menangis setelah kita kembali berada di sisinya.Adakalanya karena letih, kita pun hilang sabar dan memarahinya serta memaksanya untuk tidur sendiri. Memang pada akhirnya anak akan tidur sendiri karena terpaksa namun sesungguhnya, untuk suatu masa, ia akan harus hidup dalam KETEGANGAN. Jadi, yang seharusnya dilakukan adalah, BUKAN memarahinya tetapi justru menenangkannya dan menidurkannya kembali. Setelah ia tertidur barulah kita meninggalkannya. Memang besar kemungkinan pada awalnya ia akan bangun dan menangis lagi begitu menyadari bahwa kita tidak berada di sampingnya. Tidak apa. Yang perlu dilakukan adalah kembali menemaninya sampai ia tertidur lagi. Perlahan tetapi pasti ia akan mengembangkan rasa aman yang tidak lagi bertumpu pada kehadiran kita terus menerus, melainkan pada kepastian bahwa kita akan hadir tatkala dipanggilnya.

Kembali kepada pertanyaan, pada umur berapakah anak seharusnya memulai proses untuk tidur terpisah, sebagai pedoman, ukuran yang dapat kita gunakan adalah KESIAPANNYA UNTUK DILEPAS SENDIRI. Bila ia mulai dapat dilepas untuk bermain sendiri, itu berarti sudah tiba saatnya buat kita untuk memulai proses pemisahan tidur.

Kadang proses pemisahan tidur terhambat oleh masalah lain. Misalnya, konflik suami-istri atau suasana lingkungan yang mencekam dapat menambah rasa cemas anak. Bila ini terjadi, kita harus fleksibel dan bersabar untuk mendampinginya namun tetap dengan cara yang sama, bukan dengan tidur dengannya terus menerus. Adakalanya kita pun mempunyai masalah meninggalkan anak sendirian karena ingin terus menyayangi dan melindunginya. Akhirnya ia makin bergantung dan tidak berkesempatan mengembangkan kemandirian. Sudah tentu ini tidak sehat. Bukannya menolongnya, kita malah merugikannya sebab ia terus bergantung pada kita.

Alkitab sarat dengan gambar Allah sebagai Bapa yang mengasihi kita anak-anak-Nya. Sudah tentu kita mesti mengasihi anak namun kita pun mesti mendisiplin anak. Amsal 22:6 menegaskan pentingnya disiplin dalam pertumbuhan anak, "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." Memisahkan anak pada waktu tidur malam adalah bagian dari mendisiplin anak. Tetapi, kita mesti melakukannya dengan penuh kasih serta pengertian akan kondisi anak.