Berdamai dengan Perasaan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T462B
Nara Sumber: 
Ev.Sindunata Kurniawan, MK
Abstrak: 
Bagi sebagian orang, perasaan terasa membingungkan sehingga mereka mengabaikannya. Ada juga yang terlalu mengikuti naik turunnya perasaan, sehingga hidup terasa labil dan kurang daya juang. Makna berdamai dengan perasaan adalah memberi ruang pada perasaan lewat mengakui, merangkul dan tidak berusaha mengabaikan, menekan, maupun dikuasai perasaan. Berikut akan dibahas lima langkah berdamai dengan perasaan.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan
Latar Belakang

Bagi sebagian kita perasaan itu terasa membingungkan sehingga mengabaikannya. Ada yang terlalu mengikuti naik turunnya perasaan, sehingga hidup terasa labil dan kurang daya juang. Sesungguhnya perasaan, pikiran dan kehendak adalah ciptaan Tuhan, hal itu menjadikan kita makhluk yang utuh. Allah kita adalah Allah yang berperasaan.

Makna Berdamai dengan Perasaan

Memberi ruang pada perasaan lewat mengakui, merangkul dan tidak berusaha mengabaikan, menekan, maupun dikuasai perasaan. (Ada unsur misteri dan unsur kejelasan sekaligus).

Langkah Berdamai dengan Perasaan
  1. Kenali perasaan, dengarkanlah suara batin kita. Berilah nama pada perasaan yang muncul itu. Sedih, kecewa, marah atau tersinggung ? Beri tempat untuk perasaan kita.
  2. Tanyakan mengapa perasaan itu muncul, hal-hal apa yang membuat demikian. Melakukan refleksi, berdialog batin, mengapa iri hati, tersinggung dan lain-lain. Hal ini perlu diwarnai dengan sikap kejujuran. Berdialog dengan diri sendiri.
  3. Jika menemukan diri bersalah dan memiliki motif tidak benar: berangkat dari rasa rendah diri, harga diri yang rapuh, kesalahan diri yang terekspos, luka masa lalu, ambillah itu menjadi tanggung jawab diri. Bahwa bukan dia yang menjadi penyebab diri ini marah, tersinggung dan terluka, melainkan sudah ada luka pada diri, ada dosa dalam diri, ada ke-oversensitif-an dalam diri. Datang dan serahkan pada Tuhan: paparkan satu per satu dengan berkoneksi pada perasaan itu dan menumpahkan kepada Tuhan. Serahkan satu per satu dan nyatakan kesediaan untuk memisahkan diri dan mengambil langkah mengampuni. Sebaliknya untuk ketidakmurnian, mengakui dosa dan meminta pengampunan kepada Tuhan.
  4. Datang pada orang lain yang aman dan cukup bisa dipercayai: mitra untuk menguji perasaan, memahami, menggali dan menyelesaikan kalau ada sumbatan-sumbatan. Di antaranya, datang ke konselor.
  5. Jika perasaan itu akibat kesalahan orang lain. Pertama, tumpahkan kepada Tuhan, lalu kita bisa pertimbangkan 2 pilihan: mendatangi dan menyampaikan dengan lembut atau mengampuni tanpa mengomunikasikan. Datang kepada orang yang telah melukai kita setelah berjanji lebih dahulu. Ketika kita bisa berdamai dengan diri sendiri, kita pun bisa berdamai dengan orang lain. Langkah ini penting supaya kita jernih dengan diri kita sendiri dan jernih dalam berelasi. Tanpa itu, yang muncul tiba-tiba: upaya menghindar, kata-kata ketus, rasa tertekan, sulit berkonsentrasi, tidak peka, mati rasa. Tanpa kejernihan, perasaan itu bisa menjadi penghalang dan mensabotase diri kita sendiri, ketika kita sangkali dan abaikan. Namun, jika kita menjadikan perasaan kita sebagai sahabat bagi diri kita sendiri, kita akan diuntungkan: hidup sejahtera dengan diri, Tuhan dan orang lain.

Ada hal-hal dimana kita perlu berhati-hati dengan perasaan kita, perasaan orang lain juga harus diperhatikan. Jangan terlalu terpusat pada diri dan abaikan perasaan dan dinamika orang lain, harus ada perimbangan. Lihat sudut orang lain. Beri tempat kalau orang lain tidak sesiap kita dan seautentik kita. Berdamai dengan kondisi orang lain. Pusat perasaan kita yang sejati bukanlah penerimaan orang lain, tapi bersumber utama pada keberesan luka kita dan rasa cukup dengan Tuhan. Beri ruang ketika kita merasa galau, dan tidak serta merta kita mempersalahkan diri, orang lain atau Tuhan. Ada saat-saat tertentu kita merasa kosong dan sepi, itu lumrah.

Firman Tuhan dari Mazmur 62:9, "Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita".

Pemazmur mendorong kita untuk mempercayai Tuhan, mencurahkan isi hati kepada Tuhan sehingga kita akan lebih lapang menyatakan kepada orang lain, memberi tempat untuk orang lain berproses.

Comments

Dari keseluruhan artikel ini rasanya bener banget dan pas dengan yang lagi saya alami.. Mungkin saya butuh konselor karena akhir-akhir ini saya sedang bergumul dengan diri saya sendiri