Kehidupan Lajang dari Perspektif Wanita

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T069A
Nara Sumber: 
Esther Tjahja, S.Psi. & Pdt.Dr. Netty Lintang
Abstrak: 

Kehidupan lajang adalah bagian hidup yang Tuhan berikan, porsi yang Tuhan telah tetapkan, yang di dalamnya mempunyai minus dan plusnya.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Yang menjadi alasan bagi wanita untuk memilih kehidupan lajang :

  1. Karena mereka tidak mendapatkan jodoh yang cocok, tidak sesuai dengan selera atau standar, level yang mereka tentukan.

  2. Bisa juga karena kekurangan pria yang memiliki kerohanian yang baik, wanita menginginkan seperti yang Alkitab pun mengajarkan prialah yang menjadi kepala keluarga, yang memimpin, sebagai imam di rumah tangga jadi mereka menginginkan sekali mereka menikah dengan seorang pria yang sungguh-sungguh bisa memimpin mereka dalam hal kerohanian.

  3. Lebih mementingkan karier.

  4. Kemungkinan juga karena ada yang memang merasa terpanggil untuk melajang.

  5. Ada juga karena akibat dari pengalaman pahit (hubungan yang berakhir) dan akhirnya memutuskan untuk tidak menikah.

  6. Ada juga dikarenakan kakanya yang paling tua belum menikah.

Sikap yang biasanya muncul pada diri wanita lajang ketika harus menghadapi sikap masyarakat atau keluarga, memang bermacam-macam.

  1. Ada sebagian orang yang happy-happy saja, dia bisa begitu menikmati dengan status lajangnya karena rasanya tidak perlu pusing dalam pengambilan keputusan dia mau melakukan apa, bekerja di bidang apa, mau pergi ke mana itu rasanya tidak perlu banyak urusan dibanding orang-orang yang sudah menikah.

  2. Cukup banyak juga yang akhirnya memang stres dengan tuntutan orangtua atau keluarga yang akhirnya berakibat pada seringnya menghindari pertemuan-pertemuan keluarga.

Memang untuk menghadapi tanggapan-tanggapan dari keluarga atau masyarakat yang mungkin juga kadang-kadang membuat kita merasa tidak enak adalah kita siap mental, jangan sampai kita menunjukkan bahwa kita melihat diri kita ada yang salah. Kalau kita memperlakukan diri kita seolah-olah ada yang salah kemungkinan besar orang akan memperlakukan seperti itu pula bahwa ada yang tidak benar. Tapi kalau kita bisa berhadapan dengan orang, dengan perasaan yang nyaman dengan diri kita tidak ada yang salah bahwa kita tidak menikah ya tidak apa-apa, orangpun juga akan respek kepada kita, dan tidak sinis atau apa.

Yang bisa dilakukan untuk mengisi kebutuhan emosionalnya adalah

  1. Tetap menjalin relasi dengan orang-orang lain, misalnya tetap terlibat di dalam kehidupan sosial, mungkin pelayanan, persekutuan. Hal-hal yang memang bisa membuat dia bisa mengaktualisasikan dirinya dan menjalin kehidupan sosialnya, jangan justru malah menyendiri takut diomongin orang atau takut dipandang remeh.

  2. Bagi yang punya keponakan, sayangilah mereka, ajak mereka pergi supaya bisa menikmati hidup kekeluargaan, di samping memberikan kehangatan kepada orang dari sisi yang lain dia juga mendapatkan kehangatan dari orang lain pula.

Filipi 4:11-12, "Sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan, aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan, dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku." Ayat 13, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."

Jadi kita perlu menerima keadaan kita :
Yang pertama, jangan sampai kita merasa ada masalah dengan status lajang kita, tidak apa-apa lajang ini adalah bagian hidup yang Tuhan berikan kepada kita sampai saat ini, inilah porsi yang Tuhan telah tetapkan terimalah tanpa harus ada merasa bersalah.
Yang kedua, adalah kita mesti belajar mencukupi, sebab memang kehidupan lajang mempunyai minus dan plusnya, tidak bersungut-sungut menyalahkan siapa-siapa, atau menyalahkan Tuhan tapi belajarlah mencukupi yang kurang itu.