Berita TELAGA

Krisis Ekonomi Keluarga

Versi printer-friendly
April

Berita Telaga Edisi No. 80 /Tahun VII/ April 2011


Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl.Cimanuk 56 Malang 65122 Telp.: 0341-408579, Fax.:0341-493645 Email: telagaindo.net.id Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T., Dewi K. Megawati Bank Account: BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon


Hasil riset tentang penyebab perceraian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa ternyata penyebab pertama mengapa orang bercerai saat itu bukanlah perselingkuhan atau hal-hal lain namun masalah ekonomi. Jadi faktor finansial merupakan faktor yang sangat penting sekali dalam berkeluarga, begitu pentingnya sehingga akhirnya dapat mematahkan atau memutuskan tali pernikahan. Aspek finansial merupakan aspek yang sangat hakiki/integral dalam kehidupan berumah tangga. Dan tanpa disadari uang sebetulnya telah menjadi penyangga kelangsungan hubungan suami-istri. Contohnya rekreasi memerlukan uang, makan keluar dengan teman-teman atau dengan keluarga, anak-anak ulang tahun atau Natal memerlukan mainan atau uang. Jadi uang itu sangat-sangat penting dan benar-benar memasuki setiap sendi kehidupan rumah tangga. Uang juga berfungsi sebagai sumbangsih dalam kemesraan hubungan suami-istri.

Dampak negatif krisis keuangan yang perlu diperhatikan:

  1. Kesulitan finansial memaksa kita mengubah gaya hidup.
  2. Melahirkan tekanan baru pada hubungan suami-istri.

Ada hal-hal yang disarankan atau perlu dilakukan dalam menghadapi stres:

Mendengarkan musik, buku yang berjudul “Music as Medication”, musik adalah obat memaparkan bahwa:

  1. Musik memunyai dampak yang sangat besar sekali khususnya dalam proses pemulihan dan perilaku kita pada umumnya. Misalnya musik dapat memancing emosi yang kuat, musik yang diperdengarkan dengan tempo yang sedang di pasar swalayan menyebabkan kwantitas belanja sebanyak 80%.
  2. Musik dapat menurunkan tekanan darah tinggi, detak jantung dan pernapasan yang cepat. Maksudnya adalah sewaktu kita men-dengarkan musik yang lembut dan tenang ternyata itu bisa membuat jantung kita lebih tenang, tidak berdetak dengan terlalu cepat atau pernapasan yang sedang berlari-lari cepat juga bisa diperlambat dengan suara musik yang tenang.

Jadi singkatnya musik bisa mengurangi persepsi kita akan rasa sakit, ketakutan, stres dan kecemasan. Meski musik tidak dapat menghilangkan problem kita namun ia bisa membantu kita menghadapinya, dan meskipun musik bukan solusi atas kesulitan kita tapi musik dapat menolong kita untuk bersikap lebih tenang dan santai dalam memecahkan masalah. Musik tidak dapat menggantikan firman Tuhan namun musik dapat dipakai Tuhan mengkondisikan kita agar siap mendengarkan Firman dan janji-Nya. Sudah tentu kita perlu arif memilih musik yang sesuai, senandung yang tenang akan mengisi kalbu kita dengan kedamaian, sedangkan lantunan yang gembira akan menceriakan jiwa kita.

Tuhan Yesus berkata di Matius 11:28: “Datanglah kepadaKu, hai kamu yang letih dan berbeban berat, karena Aku akan memberikan kelegaan kepada-mu”. Ini janji Tuhan. Mazmur 125:1, “Orang-orang yang percaya kepada Tuhan adalah seperti gunung Sion yang tidak goyang, yang tetap untuk selama-lamanya”. Kita percaya Tuhan tidak akan membiarkan kita, Dia akan mempedulikan kita, itu janji Tuhan dan Tuhan tidak berbohong.

Oleh Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi

Catatan : Audio dan transkrip bisa didapat melalui situs Telaga dengan kode T01 A

Mengenal Lebih Dekat

Bersyukur kepada Tuhan Yesus, karena pada bulan April ini, Tuhan membuka jalan agar TELAGA bisa disiarkan oleh satu lagi radio di Sumatera Utara yaitu Radio Pelita Batak FM yang berkedudukan di Humbahas – Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara adalah radio yang berdiri sendiri atau komersiil. Radio ini bisa di dengarkan lewat frekuensi 90,7 MHz dan juga bisa di akses melalui streaming di www.pelitabatakfm.com. Jangkauan siar dari Radio Pelita Batak FM ini meliputi Humbahas, Taput, Tobasa, Samosir, Simalungun. Program TELAGA bisa di dengarkan setiap hari Senin sampai dengan Sabtu pk. 07.00 WIB

DOAKANLAH

  1. Bersyukur untuk sumbangan yang diterima dari Bp. Hananto Jonatan sebesar Rp 2.500.000,-.
  2. Bersyukur dari beberapa proposal Telaga yang dibagikan oleh Ibu Idajanti, ada beberapa yang sudah ditanggapi.
  3. Bersyukur pencatatan transkrip dan 16 judul rekaman terbaru sudah hampir selesai. Mudah-mudahan sekitar pertengahan Mei 2011 sudah bisa dinikmati oleh pengunjung situs Telaga.
  4. Doakan agar ada tambahan radio yang bersedia bekerjasama menyiarkan program Telaga.
  5. Doakan untuk 2 artikel yang sudah akan terbit dalam waktu dekat ini, yaitu “Pornografi dan Bahayanya” dan “Anak Adopsi dan Permasalahannya”.
  6. Tetap doakan untuk penjualan barang-barang Telaga (CD dan buklet) di VISI Malang, VISI Surabaya, Pastorium dan beberapa outlet Metanoia.
  7. Doakan untuk Ibu Esther Rey yang pada awal Mei akan kontrol ke Singapore sehubungan dengan pemulihan pasca operasi batu empedu.
  8. Bersyukur untuk penerimaan dana dari donatur tetap dalam bulan ini yaitu dari
  • 001 – Rp 100.000,-
  • 003 – Rp 400.000,- (utk 2 bulan)
  • 006 – Rp. 50.000,-
  • 010 – Rp 1.500.000,- (utk 6 bulan)
  • 011 – Rp 150.000,-

TELAGA Menjawab

Tanya?

Saya ingin meminta nasihat, suami saya memiliki adik laki-laki, menurut saya mereka memunyai hubungan yang kurang sehat yaitu ‘co-dependency’ (suami terlalu kasihan dan “membantu”, sementara adik terlalu mengharapkan selalu dibantu). Tahun lalu adik diberikan modal banyak dan dibukakan bisnis supaya kerja dan mandiri, dan benar memang sudah kelihatan mandiri sekarang. Baru-baru ini dia menikah, istrinya cantik dan berprofesi sebagai penari. Melihat sifat adik, saya (dan juga banyak yang lain) menyimpan pertanyaan dalam hati apakah istrinya ini benar-benar mau sama adik atau hanya mau uangnya saja; terus terang ekonomi mereka sangat berbeda jauh.

Sejak menikah, adik dan istrinya mulai mendekati saya dan suami saya, mengajak makan berempat (padahal awalnya tidak pernah, adik adalah seorang yang cuek). Suami saya menyambut baik dan bagi dia tidak ada salahnya memunyai hubungan baik dengan adik sendiri. Suami saya Kristen dan baik tapi menurut saya terlalu polos. Saya stres dengan hal ini, saya kuatir :

  1. “hubungan baik” itu takutnya adik cenderung akan tergantung lagi kepada suami saya.
  2. Dengan “hubungan baik” saya takut suami saya nanti jadi dekat sama istri adik, itu ‘kan tidak baik. Karena sekarang kalau ada apa-apa suami saya bertanya kepada istri adik, saya was-was karena istri adik cantik, berani dan pintar. Dia tentu tahu selama ini suami yang membiayai adik, mungkin karena itu dia ingin adik menjalin hubungan yang baik dengan kami, karena adik orangnya cuek, saya menduga inisiatif makan-makan ini datang dari istri adik.

Pertanyaan saya :

Apakah saya salah kalau tidak mau terlalu akrab dengan adik dan istrinya? Suami menganggap bahwa hanya sifat adiknya yang buruk tapi sebenarnya baik, jadi kalau bisa dekat nanti bisa menarik dia ke hal yang lebih positif.

Jawab!

Menurut pendapat kami, adalah normal jika suami akrab dengan adik, dan mengambil tanggungjawab untuk menolong adik di waktu susah, serta membantu si adik untuk bisa hidup lebih mandiri. Karena itu berarti nilai-nilai kekeluargaan yang ditanamkan oleh orang tua beliau sungguh sangat baik hasilnya.

Tidak selalu seseorang yang baik (suami) bisa menjadi buruk perilakunya karena bergaul dengan orang yang buruk dan duniawi (adik suami), karena bisa saja justru melalui kasih sayang dan sifat baik kakak, si adik mendapat teladan dan dorongan untuk berubah menjadi semakin baik. Jika Ibu merasa bahwa ibu dan suami lebih rohani dari adik dan istrinya yang duniawi maka mungkin ini kesempatan yang Tuhan berikan agar Ibu dan suami menjadi teladan yang baik bagi mereka sehingga mereka bisa hidup semakin rohani dan takut akan Tuhan.

Memang wajar jika Ibu merasa kuatir suami Ibu dekat dengan istri adiknya. Tapi masalahnya bagaimana cara kita mencegahnya, apakah Ibu membiarkan suami akrab dengan adik dan istrinya? Ataukah biarkan hubungan keluarga tetap dipelihara dengan batasan-batasan yang disepakati oleh Ibu dan suami. Mencegah lebih baik, tapi jika “over protective” akan menyusahkan semua pihak.

Menurut pendapat kami, jika Ibu memunyai komunikasi yang baik dengan suami, maka perasaan kuatir yang berlebihan bisa berkurang dan tidak membuat ibu menderita sendiri. Coba setiap hari Ibu mengambil waktu berdoa bersama suami dan membaca Alkitab bersama, kemudian coba doakan adik dan istrinya agar semakin baik dan rohani, maka mungkin sekali Tuhan akan membuat Ibu menjadi partner yang baik bagi suami untuk mengasihi adik dan istrinya tersebut. Jika sebelumnya mereka mengundang suami dan Ibu untuk makan, sekarang coba giliran Ibu dan suami mengundang mereka untuk makan bersama serta mendoakan.

Dalam dunia ini kita harus pandai memilah-milah untuk memilih sesuatu atau tindakan yang tepat. Jadi memilih itu bukan salah, hanya jangan terjebak menghakimi atau mendiskreditkan orang berdasarkan asumsi dan emosi belaka. Apalagi jika firasat itu sudah menguasai waktu dan energi Ibu sehingga merampas sukacita hidup, maka itu bisa jadi salah.

Pandangan Alkitab yang berhubungan dengan apa yang Ibu hadapi:

  1. Saudara-saudara, kalau pun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dan roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri supaya kamu juga jangan kena pencobaan.
  2. Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.
  3. Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri. (Galatia 6:1-3)

Usahakan untuk melakukan firman Tuhan tersebut. Kami harap Ibu bisa semakin mengasihi mereka dan mereka bisa diubah semakin baik dan rohani.

Segi Positif Krisis

Banyak orang memunyai persepsi negatif tentang krisis. Tetapi sebenarnya ada segi positif dari krisis yang terjadi yaitu :

  1. Krisis membawa peluang yang tidak terhingga.
  2. Keadaan krisis akan melahirkan pemimpin-pemimpin yang kreatif, peluang-peluang baru dan bidang-bidang pekerjaan baru.

  3. Krisis akan menghasilkan kreativitas.
  4. Kreativitas akan berkembang bagi orang yang berjuang untuk mengatasi krisis yang dihadapinya.

  5. Krisis menghasilkan pengalaman.
  6. Bagi orang yang pernah mengalami krisis, ketika krisis datang mendera kembali ia mengetahui tindakan apa yang harus diutamakan dalam mengatasi krisis itu. Tindakan yang diambil saat krisis berbeda dengan tindakan yang diambil saat keadaan tenang. Tapi bagi yang sudah pengalaman, mereka tahu tindakan tepat mana yang harus diambil. Bagaimana dengan Anda?

Dikutip dari buku “Bermimpi satu menit” seri 3 hal:24

Keluarga Besar Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) dan Tegur Sapa Gembala Keluarga (TELAGA) mengucapkan :

SELAMAT PASKAH

Halaman