Peran Orangtua dalam Keselamatan Anak

Versi printer-friendly
juli


(Judul ini dipilih dalam rangka Hari Anak Nasional yang diperingati pada tanggal 23 Juli 2022)

Firman Tuhan di Efesus 6:4 berkata, "Dan kamu bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." Dari Firman Tuhan ini kita dapat melihat bahwa membesarkan anak di dalam Tuhan bukanlah sebuah pilihan, melainkan sebuah PERINTAH. Mengapa demikian ? Tuhan ingin agar semua manusia mengenal-Nya dan memunyai relasi yang akrab dan sehat dengan-Nya. Terlebih dari itu, Tuhan ingin agar manusia kembali menjadi umat-Nya—hidup dalam rahmat dan kehendak-Nya yang sempurna. Nah, di dalam bingkai inilah baru kita dapat mengerti mengapa Tuhan memberi perintah itu kepada kita, para orangtua. Ia rindu anak-anak kita mengenal-Nya dan memunyai relasi dengan-Nya, serta menjadi umat-Nya.

Apakah artinya membesarkan anak di dalam Tuhan? Setidaknya ada dua hal yang terlibat di dalam membesarkan anak di dalam Tuhan yaitu ASPEK PENGETAHUAN (tentang Tuhan) dan ASPEK PENGALAMAN (hidup bersama Tuhan).


  1. ASPEK PENGETAHUAN: Mengajarkan kepada anak tentang Tuhan
    1. Siapakah Dia? Tuhan adalah Allah yang menciptakan alam semesta beserta isinya, termasuk kita manusia. Ia ada dalam bentuk roh, sudah ada sejak dulu kala dan akan ada sampai selamanya. Ia adalah Allah yang berkuasa penuh atas segala yang terjadi di dalam hidup ini serta sanggup melakukan segalanya. Singkat kata, kekuasaan-Nya tidak terbatas.
    2. Apakah yang telah diperbuat-Nya di dalam hidup ini? Oleh karena Allah adalah pencipta, Ia memunyai hak penuh untuk menuntut kita, manusia, hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Tetapi, Ia menghendaki kita melakukannya bukan karena keterpaksaan melainkan karena KETAATAN, yang lahir dari KASIH dan PERCAYA kepada-Nya.
    3. Apakah yang telah diperbuat-Nya di dalam hidup kita? Pertama, secara pribadi Ia menyelamatkan kita dari hukuman dosa. Kedua, Ia terus membentuk kita supaya kita dapat melakukan kehendak-Nya. Makin taat dan makin melakukan kehendak-Nya, makin kita mengembangkan karakter seperti yang dimiliki Allah sendiri. Ketiga, Ia memberi kita pertolongan dalam melewati jalan kehidupan. Oleh karena dunia tercemar oleh dosa, banyak masalah timbul dan tidak selalu kita dapat menghadapinya. Ia selalu bersama kita untuk menguatkan dan menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Dan terakhir, Ia memakai kita untuk menjadi duta-Nya di dunia—mencerminkan dan membagikan kasih-Nya kepada sesama supaya mereka pun dapat mengenal-Nya serta menerima pengampunan dosa dari-Nya.
  2. ASPEK PENGALAMAN: Memerlihatkan kepada anak bagaimanakah hidup di dalam Tuhan
    1. Melibatkan Tuhan di dalam kehidupannya. Akan ada banyak kesempatan yang muncul di dalam hidupnya dimana kita dapat melibatkan Tuhan di dalamnya. Misalnya, ketika ia sakit, kita dapat berdoa baginya. Sewaktu ia sedih, kita dapat mengajaknya berdoa. Sewaktu kita sebagai keluarga menghadapi kesulitan, kita dapat memintanya berdoa pula. Ia perlu tahu bahwa kapan pun dan di mana pun ia dapat datang kepada Tuhan.
    2. Kesaksian hidup kita. Ada banyak perbuatan Tuhan di dalam hidup kita yang dapat kita bagikan kepada anak, baik secara langsung atau tidak langsung. Seringkali Tuhan menolong kita secara ajaib dan membukakan pintu yang tertutup rapat. Semua ini dapat kita saksikan kepadanya. Ada banyak kegagalan yang telah kita jalani pula. Maka bagikanlah perjalanan kegagalan kita supaya anak melihat hidup secara realistik dan tahu dengan pasti bahwa kasih karunia Tuhan melampaui kegagalan kita.


Kendala Dalam Membesarkan Anak di dalam Tuhan :

  1. Kegagalan hidup konsisten. Pada kenyataannya iman dan perbuatan kita tidak selalu sama. Kita tahu apa yang harus diperbuat tetapi kita tidak melakukannya. Kita tahu apa yang tidak boleh diperbuat, namun kita tetap melakukannya. Pada kadar dan frekuensi tertentu ketidakkonsistenan tidak mengganggu anak, tetapi jika berlebihan, ketidakkonsistenan akan dapat menghalangi anak untuk percaya kepada Tuhan. Akhirnya anak menyimpulkan bahwa kita adalah orang yang munafik dan sayangnya, ia lalu mengaitkan kekristenan dengan kemunafikan.
  2. Pola pikir yang intelektual. Kecerdasan yang tinggi cenderung membuat anak berpikir kritis dan logis. Tuhan tidak selalu bertindak di dalam alam logika dan tidak selalu kita bisa memahami rencana-Nya. Itu sebabnya anak yang berpola pikir kritis dan logis adakalanya mengalami kesulitan menerima kebenaran Firman Tuhan. Tidak jarang mereka malah menolaknya. Sebagai contoh, untuk membangun sebuah rumah, dibutuhkan sejumlah orang dan peralatan. Untuk membangun sebuah gedung, diperlukan lebih banyak orang dan peralatan. Bayangkan, berapa banyak tenaga dan peralatan diperlukan untuk membangun sebuah dunia ? Dan, bayangkan berapa banyak tenaga dan peralatan dibutuhkan untuk membangun alam semesta yang memuat triliunan planet dan bintang, yang jauh lebih besar daripada planet bumi ? Tidak bisa tidak, seorang anak yang berpikir kritis dan logis dapat memertanyakan, bagaimanakah mungkin Allah, yang tidak dapat kita lihat, membangun semuanya itu ? Memang kita harus mengakui pemikiran bahwa alam semesta diciptakan oleh Allah melampaui akal manusia. Namun sebaliknya, jika kita tidak mengakui fakta ini, kita hanya memunyai satu pilihan lain yaitu menyimpulkan bahwa semua ini terjadi lewat proses alamiah—dari "tidak ada" berubah secara perlahan menjadi "ada." Masalahnya dengan alternatif ini adalah, bagaimanakah semua yang hidup berasal dari sesuatu yang tidak ada ? Kita tahu bahwa sesuatu yang mati—yang "tidak ada"—tidak berubah menjadi hidup. Singkat kata pergerakan yang kita kenal adalah dari "ada" (hidup) menjadi "tidak ada" (mati), bukan sebaliknya. Ini adalah sekadar contoh bagaimana kita dapat memberi jawab kepada anak yang berpikir kritis dan logis sewaktu menjelaskan kebenaran Alkitab secara kritis dan logis pula.

  3. Kekecewaan terhadap Tuhan. Anak dapat mengalami kekecewaan yang dalam kepada Tuhan dan tidak jarang, kekecewaan ini membuatnya undur dari iman. Mungkin ia pernah berdoa meminta kesembuhan kakaknya yang sakit tetapi Tuhan tidak mengabulkan doanya. Si kakak akhirnya meninggal dunia. Nah, peristiwa ini dapat menorehkan kekecewaan dan membuatnya tawar hati terhadap Tuhan.
  4. Kehidupan moral teman yang baik, kendati tidak seiman. Sejak pada masa remaja, anak mulai mengenal teman dengan lebih mendalam, bukan saja sebatas hobi tetapi juga iman kepercayaan. Ada yang seiman, ada yang berlainan iman, dan kadang malah ada yang tidak beriman sama sekali. Nah, pada saat inilah anak mulai mengajukan pertanyaan tentang teman-temannya. Yohanes 14:6 berkata, "Kata Yesus kepadanya, ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.’" Pada masa ini adakalanya anak mengalami kebingungan sebab berdasarkan perkataan Yesus, hanya Dialah jalan kepada Allah Bapa. Anak bingung sebab ia mendasarkan penerimaan Tuhan atas kebaikan (perbuatan) manusia, bukan pada pengampunan Tuhan atas dosa manusia. Kita mesti menjelaskan kepada anak bahwa kalau ada jalan lain supaya manusia bisa terbebas dari dosa, Tuhan pasti sudah menggunakan jalan lain itu, sebab jalan yang dipilih-Nya adalah jalan yang paling sukar yakni jalan penderitaan dan kematian. Jikalau lewat perbuatan baik kita semua dapat masuk ke surga, Tuhan hanya perlu mengadakan kontes kebaikan. Namun kita tahu, tidak ada jalan lain. Pengampunan Tuhan atas dosa manusia didasarkan bukan atas kebaikan manusia melainkan atas anugerah Allah yang diwujudkan dalam kematian Yesus, Putra Allah. Kita tidak perlu dan tidak boleh menghakimi orang lain; tugas kita hanyalah memberitakan Kabar Baik bahwa pengampunan dosa tersedia lewat kematian Yesus Kristus.
  5. Pengenalan akan kepercayaan lain. Adakalanya anak bersinggungan dengan keyakinan iman lain dan memutuskan untuk meninggalkan imannya pada Kristus. Jika ini terjadi, kendati terluka kita tetap harus mengasihinya. Kita harus terus berdoa untuknya dan tidak boleh membencinya. Hanya Tuhan sendiri yang dapat menyatakan diri-Nya dan kebenaran-Nya kepada kita manusia.
Kesimpulan:

Keselamatan adalah sebuah misteri. Bagaimanakah sampai seseorang percaya kepada Yesus Kristus adalah suatu misteri yang tak mudah dicerna. Pada akhirnya kita harus bertanya, "Apakah kita MEMILIH Tuhan atau DIPILIH Tuhan?" Mungkin kita tidak akan menemukan jawabannya secara mutlak namun kita mesti mengakui bahwa keselamatan adalah anugerah Tuhan. Peran kita, orangtua, dalam pemberian anugerah keselamatan ini adalah mengenalkan anak kepada Kristus SEBAIK-BAIKNYA dan SETEPAT-TEPATNYA.


Ringkasan T357 A+B
Oleh: Pdt. Dr. Paul Gunadi
Simak judul-judul kategori ORANGTUA dan ANAK lainnya di www.telaga.org

PERTANYAAN :

Shalom,
Saya membaca transkrip T 187B tentang "Tatkala Orangtua Tidak Setuju", yang ingin saya tanyakan adalah bagaimana jika orangtua melarang anaknya pindah agama ke Kristen. Mereka adalah penganut agama Buddha yang sangat taat sehingga tidak suka. Dengan alasan tunggulah sampai anaknya mendapatkan jodoh dan tahu jodohnya beragama, jika ia Kristen maka anaknya barulah boleh pindah. Tapi selain melarang ke gereja dan berbicara dengan orang-orang Kristen atau dari gereja, mereka juga memaksa anaknya untuk bersembahyang kepada altar-altar dengan taat, membersihkan altar, sembahyang ke Vihara dan bahkan ingin anaknya mengunjungi Vihara jauh di luar kota untuk mandi mencuci nasib buruk. Mereka marah dan sangat benci ketika anak kadangkala menolak permintaan mereka yang berhubungan dengan itu. Walaupun sudah bersembahyang dan tidak ke gereja namun selalu ada hal yang kemudian digunakan untuk memarahi anaknya dengan sangat. Mereka merasa dikhianati dalam hal pindah keyakinan, merasa disakiti dan sangat membenci hal Kristen. Telah seringkali mereka mengusir anak untuk keluar dari rumah jika masih ingin menjadi Kristen dan tidak mau taat kepada agama orangtua. Selain hal ini mereka juga sebelumnya sering mendikte dan melarang calon pasangan yang ingin bersama anaknya dengan variasi alasan pada setiap calon. Saya ingin bertanya, apakah menghormati orangtua harus dengan menaati semua perintah mereka yang berkenaan dengan agamanya? Bagaimana jika anak memutuskan untuk keluar dari rumah (telah sering diancam oleh orangtua), yang kemungkinan bisa menyebabkan ibunya sakit? Sedangkan jika tetap tinggal, adalah patuh sepenuhnya kepada orangtua dan kembali ke agama semula sampai saatnya menikah sedangkan pasangan jodoh juga selalu dihalangi mereka sampai sesuai keinginan mereka. Tolong dijelaskan, terima kasih.

Salam : FH


JAWABAN :

Shalom Saudari FH,
Terima kasih karena Anda sudah mendengarkan acara Telaga. Berikut ini adalah jawaban dari pertanyaan Saudari. Alkitab (Firman Tuhan) jelas mengajarkan bahwa sebagai anak, kita harus menghormati orangtua. Berikut ini adalah dua ayat Alkitab yang mengingatkan kita untuk hormat kepada orangtua. Keluaran 20:12, "Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu". Efesus 6:2-3, "Hormatilah ayahmu dan ibumu, ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi".

Jika orangtua yang belum percaya memaksa Anda untuk sembahyang di altar atau Vihara, cobalah menolaknya dengan perkataan yang sopan dan sikap yang halus. Tetaplah berusaha menunjukkan sikap hormat, walaupun pastinya Anda kesal karena dipaksa melakukan hal yang tidak sesuai dengan iman Kristen. Tunjukkanlah bahwa Anda adalah anak yang "u hau" (berbakti). Dan sebisa mungkin cobalah bersabar terhadap mereka dan berdoalah agar TUHAN memberi Saudari FH kasih dan kesabaran untuk menghadapi tuntutan dan perlakuan orangtua yang tidak menyenangkan, bahkan membuat Anda tertekan. Saudari FH juga harus mendoakan agar orangtua bisa berubah sehingga tidak memaksa anak-anaknya untuk sembahyang di altar dan Vihara.

TUHAN YESUS KRISTUS bisa mengubah hati siapa saja termasuk orangtua Anda. Jadi doakanlah dengan sungguh-sungguh agar TUHAN menguatkan dan memampukan Anda untuk tetap bertahan tinggal bersama orangtua. Minggat dari rumah atau pergi meninggalkan orangtua, tidak akan menyelesaikan masalah, bahkan mungkin saja akan menyebabkan dan menambah masalah lainnya. Jika Saudari FH bertahan dan terus berusaha menunjukkan sikap penuh kasih, sabar dan hormat terhadap orangtua, tidak mustahil mereka akan "sadar" dan "tercelikkan" untuk melihat bahwa TUHAN YESUS yang Saudari FH percayai dan sembah sungguh adalah TUHAN yang hidup karena mereka melihat karya-NYA di dalam diri dan kehidupan Anda. Selain terus berdoa, semoga ayat dari Filipi 4:13 bisa menjadi salah satu sumber kekuatan Saudari FH untuk tetap sabar menghadapi orangtua. "Segala perkara dapat kutanggung di dalam DIA yang memberi kekuatan kepadaku".


Salam sejahtera,
Ibu Suriati Abdul Gani

Catatan : Kami akan mengingat Saudari FH dalam doa. Ingatlah bahwa Anda tidak berjuang sendirian.


Oleh: Anita Sieria*)

Seseorang berkata, bahwa luka yang terdalam hanya dapat dipulihkan dengan cinta yang tulus dan dalam. Tidak ada hal lain yang dapat menyentuh luka selain cinta. Akan tetapi tidak dapat disangkal bahwa ada kalanya orang mengatas namakan cinta dan membuat orang lain terluka karena apa yang ia lakukan. Kadang, sebagai orangtua pun saya melakukan kesalahan yang sama, melukai anak-anak di saat saya berupaya mewujudnyatakan cinta kasih saya melalui cara yang kurang tepat. Suatu kali salah seorang anak saya berkata, "Aku selalu salah, aku jahat!" Kalimat ini rasanya menusuk hati saya, membuat saya mau tidak mau menilik ke dalam diri saya, apa yang telah saya katakan kepadanya sehingga ia merasa demikian?

Sepanjang hari itu, barangkali ada banyak peringatan dan teguran yang saya berikan padanya. Di sisi lain, saya mengingat ada begitu banyak apresiasi dan pujian yang juga saya berikan. Tapi barangkali yang ia butuhkan bukan sekadar penilaian baik dan buruk dirinya, salah dan benarnya, melainkan hubungan yang hangat, lebih banyak waktu bersama, perhatian khusus tanpa terpecah konsentrasi karena mengurus banyak pekerjaan rumah yang tiada habisnya.

Sebagai seorang konselor, saya pun masih manusia, dan sebagai seorang mama saya masih banyak kurangnya. Ada begitu banyak pelajaran menanti dalam panggilan sebagai seorang mama. Anak-anak kecil yang polos dan jujur itu memberi saya banyak pelajaran berharga. Hari ini saya kembali belajar dan diingatkan bahwa:

  1. Betapa banyaknya hal baik yang saya berikan pada anak-anak, mereka tidak akan menjadi pribadi yang sempurna. Kadang mereka bisa menerima hal baik yang saya berikan itu dengan baik, kadang tidak. Sama halnya dengan kita, yang kadang tidak dapat menerima dengan baik, hal-hal baik yang Bapa di Surga berikan pada kita, terutama bila hal-hal itu tidak sesuai dengan keinginan dan harapan kita.
  2. Betapa banyaknya hal baik yang saya berikan pada anak-anak, pada akhirnya keputusan tetap ada di tangan mereka, mau menjadi pribadi yang seperti apa. Sama seperti kita yang punya pilihan mau merespon kasih Tuhan dengan cara hidup yang seperti apa.
  3. Betapapun kerasnya saya berusaha memberikan yang terbaik bagi anak-anak, pada akhirnya saya tetap akan pernah melukai mereka. Saya tidak sempurna, anak-anak pun tidak sempurna. Saya dapat melukai, mereka pun dapat melukai dan rentan terlukai.

Pada akhirnya, hanya anugerah Tuhan semata yang dapat membebat luka-luka hati yang tak terlihat. Sesungguhnya, kasih Bapa yang dalam tak berbatas dan tak bersyarat itulah yang akan mengobati setiap luka yang begitu dalam dan tak mampu kita jangkau.

Mazmur 34:19, "TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya".

"Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka" Mazmur 147:3

*) Ketua PKTK Sidoarjo
KATEGORI PERMASALAHAN
ORANGTUA -- ANAK


Ada cukup banyak judul yang membahas permasalahan ORANGTUA – ANAK dan diantaranya adalah :
T 014 Membangun Respek Anak Terhadap Orangtua / Kepercayaan Diri
T 023 Pemberontakan Anak Terhadap Orangtua / Kekecewaan Orangtua Terhadap Anak
T 057 Orangtua Tunggal / Anak yang Diasuh oleh Orangtua Tunggal
T 067 Mengapa Anak Saya Tidak Percaya Diri? / Menanamkan Percaya Diri Pada Anak
T 075 Membantu Anak Yang Takut Sekolah / Menjadi Sahabat Buat Anak
T 089 Ketegasan Dalam Mendidik Anak / Anak Favorit
T 098 Waktu Buat Anak / Bermain Bersama Anak
T 110 Yang Menyakitkan Anak / Mengidolakan Anak
T 119 Orangtua Over-Protective / Memberi Kepercayaan Pada Anak

(Versi booklet : Antara Ketat dan Longgar)
T 163 Tertawa Dengan Anak / Menangis Bersama Anak
T 199 Anak Adopsi / Masalah Anak Adopsi
T 235 Tegas Pada Tempatnya / Kepercayaan Pada Anak
T 240 Tuntutan Tinggi Kasih Rendah / Kekerasan dan Tuntutan
T 251 Persaingan Antar Anak / Menumbuhkan Saling Tolong Pada Anak
T 282 Tuhan Ditengah Keluarga / Mengasihi Anak Lebih dari Tuhan
T 286 Tuntutan yang Menghimpit Anak (I + II)
T 295 Konflik Orangtua dan Pemberontakan Anak / Ketidakadilan dan Pemberontakan Anak
T 322 Iri Terhadap Saudara Sendiri / Tidak Mau Mengalah
T 350 Kepahitan Anak / Ketika Anak Terlibat Masalah
T 373 Kekerasan Terhadap Anak (I + II + III + IV + V)
T 396 Peranan Ayah Dalam Pembinaan Anak / Perhatian Orangtua Terhadap Anak
T 419 Dikasari Susah, Dihalusi Susah / Menanamkan Kebenaran Pada Anak
T 443 Sikap Bijaksana Membesarkan Anak / Mengapa Anak Saya Berbeda?
T 477 Anakku Autistik / Anakku Bipolar
T 541 Terpenting Bukan Membesarkan, Melainkan Menguatkan Anak / Mengapa yang Buruk Malah Menempel yang Baik Tidak?
T 564 Pola Asuh Merendahkan Anak / Pola Asuh Mendewakan Anak

POKOK DOA (BTK Juli 2022)

Tahun 2022 telah tujuh bulan kita lewati dan pandemi Covid-19 masih belum menjadi endemi sehingga kita selalu diingatkan agar tetap waspada. Ada teman yang sekeluarga melakukan isolasi mandiri karena orangtua dan dua orang anaknya "terkena Covid-19" subvarian Omicron yang cepat sekali menular. Bila Tuhan mengizinkan semua ini terjadi, pasti ada maksud dan rencana-Nya yang terbaik dibalik itu semua. Marilah kita memanjatkan doa syukur dan permohonan di bawah ini yaitu :

  1. Bersyukur untuk sumbangan dari donatur tetap di luar Malang, yaitu NN di Tangerang sebesar Rp 1.000.000,- dan Ibu Gan May Kwee di Solo sebesar Rp 500.000,-.
  2. Bersyukur untuk sumbangan dari NN melalui Ibu Idajanti sebesar Rp 5.000.000,-.
  3. Bersyukur untuk bergabungnya Sdri.Lizbeth Nurieta, seorang konselor baru di Pusat Konseling Telaga Kehidupan (PKTK) Sidoarjo mulai tanggal 1 Agustus 2022.
  4. Bersyukur untuk klien-klien yang dilayani oleh PKTK Sidoarjo mengalami pemulihan dan membaik dari waktu ke waktu.
  5. Doakan untuk beberapa klien baru, yang mengalami masalah yang begitu berat, kiranya Tuhan terus menyertai dan campur tangan dalam kehidupan mereka secara pribadi dan Tuhan memampukan para konselor untuk menolong mereka.
  6. Tetap doakan untuk pengeditan beberapa rekaman terbaru yang dikerjakan oleh Ibu Dewi Kunti.
  7. Doakan untuk persiapan pembukaan semester baru program Bina Iman Anak (BIA) Tunas Kehidupan pada tanggal 13 Agustus 2022, doakan juga agar anak-anak dan orangtua bersemangat mengikuti semester baru ini serta guru-guru yang melayani program Bina Iman Anak Tunas Kehidupan.
  8. Kita tetap mendoakan untuk Bp. Heman Elia yang akan menjalani beberapa kemoterapi dalam bulan Agustus 2022, agar Tuhan ikut campur dalam semua proses yang harus dilewati. Juga untuk beberapa orang lain yang menderita kanker agar bisa mendapat penanganan yang tepat.
  9. Doakan untuk Pemerintah di pusat maupun di daerah dalam menangani berbagai masalah dalam bidang ekonomi, pendidikan, ketenagakerjaan dan lain-lain.