Suami/Istri

Kita mesti secara aktif memelihara dan menjaga kehidupan rohani kita; saling mendukung dan mengingatkan; kita harus menjaga kesehatan relasi pernikahan kita, kita senantiasa mesti memertimbangkan kesiapan pasangan dalam memenuhi panggilan Tuhan; jangan ragu untuk meminta maaf bila kita telah berbuat salah; apabila pasangan sudah meninggalkan Tuhan berdoalah jangan ingatkan dia, jangan memarahinya; apabila pasangan sudah meninggalkan Tuhan, terus kasihi dia dengan kasih Tuhan.
Bekal rohani yang dibawa masuk pernikahan, besar pengaruh diri yang lama terhadap pertumbuhan rohani, relasi dengan Tuhan berpengaruh besar dalam hubungan pasutri, kecewa terhadap pasangan, sekuat-kuatnya kita suatu saat bisa jatuh.
Perubahan di masa pandemik menuntut adaptasi dan kunci keberhasilan melewati masa sulit adalah fleksibilitas. Makin fleksibel makin mudah kita menyesuaikan diri dan makin besar kemungkinan kita memertahankan keharmonisan rumah tangga. Tiga penyebab kekakuan yaitu sulitnya melihat alternatif lain, mudah cemas dan karena kita sombong
Covid-19 adalah penyakit baru, metode penanganannya masih dalam tahap uji coba dan belum baku, Covid-19 membawa dampak tertentu dalam proses kedukaan, keterkejutan dan penyesalan dapat mengeruhkan dan memerlambat proses kedukaan, namun bagi kita yang percaya, kita tidak pernah sendiri karena Dialah Imanuel.
Hidup berumah tangga itu dinamis dan bergelombang, pasutri perlu menjaga kekompakan, kenali suhu emosi diri sendiri maupun pasangan, bersinergi, buang sampah bukan kepada pasangan atau anak, terbuka pada masukan dan dukungan Tubuh Kristus
Rumah tangga yang bahagia adalah rumah tangga yang mengalami kesatuan misteri Kristus dan jemaat lewat kesepakatan suami dan istri, tujuan Allah atas pernikahan mencari kebahagiaan bersama lewat menghadirkan Kristus, mau belajar dan bertumbuh terus-menerus, kesepakatan pasangan suami istri juga akan melahirkan anak-anak yang bahagia.
Tidak mudah untuk menerima kematian pasangan kita, kita akan lebih rela bila kita telah memberi yang terbaik, bila kita sudah menolong pasangan untuk bertumbuh, bila pasangan sudah siap untuk pulang ke Rumah Bapa dan bila kita percaya dan menerima kematian pasangan berada di dalam rencana Tuhan.
Kematian pasangan hidup adalah yang terberat, bisa secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, beberapa faktor yang memengaruhi proses berduka adalah kualitas hubungan kita dengan pasangan, kesiapan kita untuk hidup sendiri, dukungan keluarga dan kerabat serta hubungan kita dengan Tuhan.
Memiliki pemahaman bahwa pelayanan bukanlah Tuhan melainkan suatu aktifitas untuk melayani Tuhan, maka dengan pengertian ini kita dapat mengatakan bahwa sama halnya dengan pelayanan dan pekerjaan mengurus keluarga, memperhatikan dan mendidik anak merupakan perbuatan yang dipersembahkan untuk Tuhan juga. Ingat, untuk membangun keintiman dan keharmonisan keluarga dibutuhkan waktu yang lama dan siap sedia untuk membayar harga bagi hal ini.
Membagi waktu antara keluarga, pekerjaan dan pelayanan merupakan tantangan besar pasangan muda saat ini. Idealnya ialah kita bisa melakukan ketiga hal ini secara seimbang namun realita menuntut kita untuk menitikberatkan pada salah satu aspek. Ketika anak-anak masih kecil akan lebih baik jika kita mengutamakan keluarga dan memperhatikan mereka dengan melimpah.

Halaman