GS | : | Pak Paul, bagaimana pun juga anak adalah anggota dari keluarga kita, dari kesatuan persekutuan di dalam keluarga ini, sehingga kalau anak kita bermasalah dan masalahnya cukup besar dan diketahui oleh khalayak ramai, kadang kita sebagai orang tua kehilangan pegangan, bagaimana kita harus bersikap ? Apa yang bisa kita perbincangkan dalam kesempatan ini ? |
PG | : | Tadi sudah dikatakan bahwa salah satu hal yang menakutkan adalah mendengar berita bahwa anak kita terlibat masalah, macam-macam misalnya ada anak yang terlibat narkoba, ada yang terlibat pencurian, ada yang terlibat hubungan seks bebas sehingga menghamili pacarnya atau dihamili pacarnya, atau yang ketahuan memakai jasa seorang pelacur dan sebagainya. Waktu kita mendengar berita seperti ini, tidak bisa tidak, kita merasa dunia kita telah runtuh. Kita mau melihat reaksi yang kadang kita munculkan sewaktu kita mendengar berita seperti ini, yang pertama adalah reaksi marah karena perbuatan anak yang buruk ini menimbulkan kesan yang buruk pada kita orang tuanya, kita merasa dipermalukan dan harga diri diinjak-injak oleh anak lewat perbuatannya. Jadi itu adalah reaksi pertama yang biasanya kita tunjukkan, kita langsung memarahi anak itu karena sekali lagi kita terluka dan malu karena semua orang tahu ada masalah seperti ini, maka kita lampiaskan kemarahan kita pada anak. |
GS | : | Tapi kemarahan juga seringkali ditunjukkan pada dirinya sendiri atau pasangannya, Pak Paul. |
PG | : | Kadang kita tidak bisa mengendalikan kemarahan kita. Kita bisa memarahi pasangan dan menyalahkan sana-sini dan sebagainya karena kemarahan itu sudah terlalu besar. |
GS | : | Tapi kita tidak bisa marah terus menerus karena orang marah ada batasnya, setelah kemarahan itu mulai mereda atau kita sudah mulai kehabisan kata-kata untuk marah, apa yang biasanya terjadi, Pak Paul ? |
PG | : | Reaksi berikut adalah kita berusaha menutupinya apabila masih memungkinkan, misalnya anak kita kedapatan hamil maka kita berusaha untuk memintanya mengaborsi bayi dalam kandungannya, yang sudah tentu adalah hal yang salah atau kita berusaha mengungsikannya keluar untuk sementara. Jadi dengan kata lain, kita berusaha mengurangi dampak kerusakan agar tidak menyebar dan tidak diketahui oleh banyak orang. Itu reaksi kedua yaitu kita mau menutupinya supaya orang tidak tahu. |
GS | : | Sebenarnya itu adalah usaha penyelamatan diri orang tua itu sendiri demi nama baik keluarga, demi supaya tetap dihargai masyarakat. |
PG | : | Kadang-kadang juga demi anak itu sendiri, misalnya anak kita terlibat selingkuh dan anak kita masih muda, selingkuh dengan suami orang. Ketika kita tahu hal itu kita menjadi serba salah, sedang kita tidak mau namanya nanti rusak karena telah menjadi istri simpanan si pria ini. Jadi kita memutuskan hubungan itu dan kita menyembunyikan dia, tapi yang kita lakukan berikutnya adalah kita berusaha menutupi fakta tersebut supaya anak kita nantinya punya kesempatan untuk berkenalan dengan pria lain yang bisa mengasihinya. |
GS | : | Tapi kalau itu sudah terungkap keluar, biasanya si orang tua malah tidak melindungi anak dan menyerahkan hal itu kepada yang berwajib. |
PG | : | Kadang-kadang kalau terlalu besar masalahnya dan orang tua tidak sanggup lagi bagaimana mengatasinya, apalagi kalau ada kaitannya dengan tindak kejahatan biasanya orang tua melepaskan dan membiarkan nanti polisi yang menangani. Jadi dengan kata lain, kita berusaha menutupinya tapi kalau pada akhirnya kita tidak bisa menutupi, maka terpaksa kita menghadapinya, sebab kalau tidak masalah itu akan makin mengakar. Misalnya kalau anak kita terlibat narkoba maka kita harus dapatkan perawatan supaya kebergantungannya pada narkoba bisa dilenyapkan. Sudah tentu kita harus menyadari bahwa proses mencari pertolongan atau menjalani perawatan merupakan proses yang memalukan sekaligus menyakitkan karena orang akan tahu kita sekarang ke tempat ini bawa anak kita ke tempat panti narkoba, malu sekali. |
GS | : | Kalau sudah diserahkan kepada yang berwajib dan mencari pertolongan orang lain maka akan ada resiko bahwa orang tua akan dikecam oleh banyak pihak. Bagaimana sikap orang tua, Pak Paul ? |
PG | : | Untuk yang tidak terima maka dia akan menyangkali, tapi akhirnya yang banyak berkata, "Pasrah, apapun yang orang katakan karena mau apalagi memang sudah begitu" tapi tidak lagi punya muka dan mungkin dia berusaha menarik diri serta tidak mau bertemu teman-teman dan tidak mau bertemu dengan orang yang bisa mengetahui hal ini. Jadi berusaha memisahkan diri dari lingkungannya. |
GS | : | Kalau hal ini kita kaitkan dengan pembicaraan yang lampau tentang anak yang dendam pada orang tuanya, pada waktu itu Pak Paul katakan pada saat anak butuh pertolongan, orang tua harus menolong. Tapi dalam kasus seperti ini orang tua sudah tidak bisa lagi menolong. Apakah akan timbul dendam dalam diri anak pada orang tuanya, Pak Paul ? |
PG | : | Kalau anak melihat bahwa orang tua berusaha menolongnya walaupun tidak sampai tuntas itu juga baik dan itu bisa membuat si anak tahu kalau dia dikasihi. Atau yang sederhana sekali kalau si anak mendapatkan pengampunan orang tuanya, kalau orang tua berkata, "Nak, kamu tetap anak, kamu tetap orang yang kami kasihi dan kami mengampunimu". Itu saja sudah sangat besar dampaknya pada si anak dan dia akan tahu bahwa dia dikasihi, jadi meskipun orang tua tidak bisa menolongnya sampai tuntas, tapi tetap apa yang dikatakan oleh orang tua atau apa yang dilakukan oleh orang tua membuat si anak tahu kalau dia dikasihi. |
GS | : | Tapi tidak banyak orang tua yang bisa bersikap seperti itu, ada hal-hal yang dilakukan oleh orang tua bukannya menolong anak tapi malahan memperburuk keadaan anak itu sendiri. |
PG | : | Betul sekali. Misalnya ada orang yang tidak mau mengakui masalah, dengan kata lain, ada orang tua yang menyangkal bahwa masalah telah terjadi dan terus bersikap bahwa semua baik-baik saja. Jadi misalnya anak ini sudah berapa kali bermasalah dengan sekolah, dengan narkoba, tapi orang tua tetap saja tutup mata dan tidak mau mengakui kalau hal itu telah terjadi misalnya berkata bahwa "Ini normal, anak memang seperti ini" atau "Berita ini tidak benar dilebih-lebihkan orang". Jadi ada orang tua yang tidak siap dan hampir terus menyangkali masalah, hal ini sudah tentu tidak menolong si anak dan malah makin menjerumuskan anak. |
GS | : | Tapi bagaimana kalau si anak itu sendiri yang mengatakan bahwa dia sedang bermasalah, Pak Paul ? |
PG | : | Ada orang tua yang bisa mengatakan, "Baik, kamu memang bersalah berbuat ini dan memang itu adalah hal yang salah, tapi mari kita bereskan". Tapi ada orang tua yang tidak mau menerima bahwa anaknya telah bersalah, justru menyalahkan orang lain, jadinya yang disalahkan adalah teman-temannya, menyalahkan pasangan kita, bukannya mencari jalan keluar malahan menyalahkan kanan kiri. Artinya sebetulnya kita itu menolak melihat bahwa kita berandil dalam masalah ini. Atau misalnya dalam kasus kehamilan kita akan terus menyalahkan pacarnya sebagai penyebab kenapa anak kita hamil atau menghamili dia, tapi sebetulnya yang seharusnya dilakukan orang tua adalah mengatakan, "Yang salah adalah dua-duanya, ini bukan tindak perkosaan, jadi dua-duanya salah". Tapi ada orang tua yang tidak bisa menerima kalau anaknya salah dan menyalahkan orang lain terus. |
GS | : | Karena seringkali sebagai ayah merasa bahwa pendidikan anak harus diurusi oleh istrinya, sehingga kalau terjadi apa-apa dalam diri anak paling mudah mencari kambing hitam, istrinya yang dituding. |
PG | : | Banyak, saya mengakui memang pria bersikap seperti itu, kalau ada masalah dengan anak sudah pasti yang salah adalah istrinya, padahal kalau ada masalah dengan tempat pekerjaannya maka kita juga harus berkata, "Saya juga salah" tapi tidak seperti itu tapi malah menyalahkan pekerjaan. Memang ada orang yang tidak bisa mengakui kesalahan, jadi gampangnya menyalahkan orang terus. Yang lainnya adalah bukannya menyalahkan orang lain, tapi ada orang tua yang menyalahkan anak dan dia terus melimpahkan kesalahan pada anak, apapun penjelasan yang diberikan oleh anak tidak dihiraukan. Kenapa begitu ? Ada orang tua yang terus menyalahkan anak, mungkin saja anak itu sering berbuat salah sehingga orang tua langsung menyalahkan anak, tapi ada juga karena orang tua terlalu bergantung kepada anak untuk memasok kebahagiaannya, itu sebabnya waktu anak terlibat masalah maka kecewanya dalam sekali sehingga si orang tua tidak bisa berhenti menyalahkan si anak. |
GS | : | Tetapi kesalahan itu juga harus dilihat secara wajar, proporsional, kalau memang kesalahan dalam diri anak sudah tentu anak itu harus disalahkan. |
PG | : | Sudah tentu kalau anak salah maka kita tidak mau menghapusnya, justru kita mau dia melihatnya. Yang kita inginkan bukan mau mengelakkan dia dari tanggung jawab, tapi kita mau dia memikul tanggung jawab tapi kita mau dia tahu bahwa kita bersamanya dan kita tidak meninggalkan dia. |
GS | : | Dalam hal ini sebaiknya kita memberitahukan kesalahan anak, walau sebenarnya anak juga mengerti suatu kesalahan, dan kalau itu diberitahukan lagi tentu ini menjadi beban tersendiri bagi anak itu. |
PG | : | Yang penting adalah jangan kita mengulang-ulangnya, kita tahu anak kita telah berbuat salah dan dia menyesalinya, maka kita hanya perlu ingatkan sekali saja dan kita tidak perlu mengulang-ulangi menyalahkannya lagi karena itu tidak menyelesaikan masalah sama sekali. |
GS | : | Jadi yang terpenting ketika kita tahu anak itu sudah bermasalah adalah bagaimana seharusnya sikap kita. Apa yang seharusnya kita lakukan, Pak Paul ? |
PG | : | Perhatian pertama yang harus kita berikan adalah kepada anak itu sendiri, dia tengah dirundung masalah dan kita harus menolongnya, kita harus mengesampingkan kepentingan diri dan kita harus mengesampingkan penilaian orang kepada diri kita, jangan pusingkan orang nanti melihat kita baik atau tidak, kita terima dan jangan sampai akhirnya fokusnya beralih bukannya pada si anak tapi pada diri kita dan reputasi kita, sekarang bukan waktunya memikirkan reputasi sendiri, inilah waktunya untuk sepenuhnya memberi pertolongan kepada anak kita. Jadi dengan kata lain, kita harus memberikan komitmen kepada anak bahwa apapun yang terjadi kita akan mendampinginya dan kita tidak akan membuangnya. |
GS | : | Justru seringkali orang tua kembali menimpakan kesalahan pada anak dan mengatakan, "Lihat posisiku sekarang terancam dan sebagainya gara-gara kesalahan yang kamu buat". |
PG | : | Sebaiknya jangan kita berkata seperti itu, lebih baik kita berkata, "Akibat perbuatanmu akhirnya ada hal-hal yang harus terjadi, saya juga harus terima akibatnya"; kita cukup bicara sekali saja dan jangan kita bangkitkan terus, kalau kita bangkitkan terus artinya kita menyalahkan dia. Dia sebenarnya tahu dia salah dan cukup sekali saja bicara dan jangan diulang lagi. |
GS | : | Artinya kesalahan yang dibuat anak, kita harus ikut menanggungnya. |
PG | : | Betul sekali. Sebab bukankah sedikit banyak kita bertanggungjawab atas hidup dia, dia adalah anak kita maka sedapatnya kita bantu dan tanggung meskipun akibat perbuatannya bisa cukup menyusahkan kita. |
GS | : | Hal lain yang bisa kita lakukan apa, Pak Paul ? |
PG | : | Kita harus menyelesaikan masalah secara sehat dan sesuai dengan jalan Tuhan. Jadi jangan melakukan tindakan yang berdosa untuk menyelesaikan masalah, misalnya kita menyuruh anak kita untuk aborsi gara-gara dia hamil di luar nikah, jangan seperti itu meskipun itu penyelesaian yang pintas, orang tidak tahu tapi Tuhan tahu dan kita bertanggungjawab pada Tuhan. Dan bagi si anak sendiri, dia merasa dia sudah punya anak dan telah mengaborsi anak itu, besar kemungkinan dia akan membawa hal ini ke dalam hidupnya sampai usia tua nantinya dan dia akan selalu ingat bahwa dia telah berbuat salah. Jadi saya menekankan jangan sampai menggunakan cara yang salah untuk menyelesaikan masalah yang kita hadapi. Yang saya maksud dengan menyelesaikan masalah secara sehat adalah menyelesaikan sampai ke akar-akarnya, jangan kelabui diri bahwa sekarang semua baik-baik saja padahal kita tahu bahwa akar masalah masih ada, jika kita tahu akar masalah ada pada diri kita maka kita juga harus akui, misalnya si anak tidak bisa tinggal di rumah dan sewaktu dia kabur dia berbuat hal yang salah di luar, kita harus melihat kenapa dia tidak betah di rumah, misalkan di rumah kita berkelahi dan tidak pernah ada damai sejahtera akhirnya anak merasa tidak betah di rumah. Maka kita harus mengakui kalau kita memunyai andil terhadap masalah si anak dan kita harus mengakui masalah ini yang harus dibereskan, kalau akarnya tidak dibereskan maka sampai kapan pun anak akan menjadi seperti ini. |
GS | : | Tapi yang terutama yang punya masalah adalah anak itu sehingga menimbulkan peristiwa yang mengenai kita sebagai orang tuanya, maka anak itulah yang kita harapkan bisa menyelesaikan sampai ke akar masalah itu. |
PG | : | Seringkali kita hanya fokus pada si anak itu sendiri, sudah tentu si anak itu perlu menjadi fokus perhatian, masalahnya harus dibereskan sampai ke akar-akarnya. Tapi kita juga harus terbuka dengan kemungkinan bahwa mungkin ada andil dalam diri kita terhadap masalahnya. Contoh misalnya, si anak karena minder akhirnya berbuat hal-hal yang salah, mencontek, mencuri dan sebagainya, maka kita harus membahas masalah sampai ke akar-akarnya maksudnya bukan hanya menghentikan dia dari tindakan salah itu. Ke akar-akarnya artinya melihat kenapa si anak bisa sampai seperti itu, mau mencuri dan sebagainya. Akhirnya kita simpulkan memang dia minder dan dia mau diakui oleh teman-temannya, dia mau dilihat orang yang kaya terpandang sehingga mencuri barang orang lain. Akarnya memang adalah keminderan, kita harus membahasnya kenapa dia seperti itu. Bisa jadi dia minder karena memang kita terlalu irit, kita sama sekali tidak memberi dia uang, kita tidak mencukupi kebutuhannya, atau dia minder karena kita tidak pernah memuji dia dan kita selalu memandang dia sebagai anak yang tidak bisa apa-apa. Jadi kita harus melihat ke akar-akarnya bukan pada diri si anak, tapi juga pada diri kita. |
GS | : | Kalau yang diperbuat si anak ini untuk yang kedua atau ketiga kalinya sebetulnya apa yang bisa kita perbuat, Pak Paul ? |
PG | : | Kalau si anak melakukan hal sama maka kita harus melihat penyebabnya, kenapa dia terus berbuat hal yang sama. Kadangkala dia tidak punya lagi tempat dan dia tidak punya lagi lingkungan dan ini adalah lingkungan yang dikenalnya dan teman seperti ini yang menjadi lingkungannya atau kelompoknya, berarti kita harus pisahkan dia dari kelompoknya itu, mungkin dia harus membawanya ke kota lain sehingga dia tidak punya kontak dengan teman-temannya itu atau dipersulit supaya dia tidak bisa berteman dengan mereka itu. Jadi kita harus melihat hal-hal yang membuat anak kita akhirnya berbuat kesalahan seperti itu. Contoh yang lain misalnya anak kita hamil di luar nikah, kenapa hamil di luar nikah ? Sejarahnya anak ini berpacaran terus, dari umur 14 tahun anak ini sudah ganti-ganti pacar. Dan pertanyaannya adalah kenapa anak yang berumur 14 tahun sudah ganti-ganti pacar ? Bisa jadi memang akarnya adalah anak ini tidak memunyai konsep diri yang positif, dia butuh pengakuan dari lawan jenisnya sehingga apapun dilakukan untuk mendapatkan pengakuan dari lawan jenisnya itu. Kenapa dia bisa minder seperti itu, bisa jadi karena wajahnya kurang menarik dan bisa jadi kita kurang memberikan pujian kepadanya untuk hal-hal yang sebetulnya baik pada dirinya tapi kita tidak pernah memunculkannya, sehingga si anak hanya melihat dirinya sebagai diri yang kurang. |
GS | : | Mungkin ada hal lain lagi yang bisa kita lakukan, Pak Paul ? |
PG | : | Kita harus melihat ke depan bukan ke samping atau ke belakang maksudnya jangan mengungkit-ungkit masa lalu dan jangan menyalahkannya. Fokus utama kita harus pada apa yang baik pada anak ini dan masa depannya. Jadi jangan sampai terjebak dalam lingkaran mengangkat-angkat masa lalu. Ini yang sering dilakukan, jadi orang tua marah kecewa malu anaknya berbuat seperti ini dan terus mengungkit-ungkit masa lalu, "Dari dulu kamu begini", tidak seperti itu tapi fokusnya adalah ke depan, apa yang kita lakukan adalah agar dia tidak berbuat yang sama lagi dan kita mau mengajaknya melihat ke depan dan kita tidak mau dia terus berpikir bahwa dia adalah produk dari masa lalunya dan dia tidak akan bisa berubah lagi, kita mau agar dia melihat masa depan bahwa dia masih bisa berubah. |
GS | : | Sebetulnya kita sebagai orang tua sudah mencoba anak ini agar tidak mengingat-ingat masa lampaunya, tapi karena peristiwa itu terlalu besar dampaknya, dia sendiri yang tidak bisa melupakan itu, bagaimana ? |
PG | : | Adakalanya memang ada hal-hal yang dia lakukan yang salah dan dia terus dihantui oleh rasa bersalah itu, misalnya gara-gara dia mabuk naik mobil dan menabrak orang sehingga orang itu meninggal dunia. Memang ini adalah peristiwa yang traumatis sekali, yang dia lakukan adalah dia membawa penyesalan ini sampai bertahun-tahun dan dia tidak bisa lepas dari jerat kesalahan bahwa dia telah membunuh orang, sehingga terus menyalahkan dirinya. Tugas kita menolong anak kita dan berkata, "Ini telah terjadi, memang engkau berbuat salah dan memang tidak ada yang bisa kamu lakukan untuk membayar hal itu, nyawa orang telah hilang gara-gara perbuatanmu itu, sekarang kamu harus memilih tenggelam dalam masa lalu atau mulai bangkit dan menapaki masa depan, yang penting bukankah masa depan sebab kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi tentang masa lalu, namun kita bisa berbuat sesuatu tentang masa depan kita". |
GS | : | Jadi orang tua yang harus memberikan bantuan supaya anak ini semakin lama semakin melupakan yang lalu. |
PG | : | Betul sekali. |
GS | : | Jadi yang penting adalah pendampingan orang tua. |
PG | : | Sangat-sangat diperlukan. |
GS | : | Lalu hal lain yang bisa kita lakukan apa, Pak Paul ? |
PG | : | Kita harus bersikap realistik. Maksudnya kadang keputusan yang terbaik memang jauh dari ideal namun tetap itu adalah keputusan yang terbaik. Sebagai contoh oleh karena narkoba, anak akhirnya harus meninggalkan bangku sekolah untuk beberapa bulan sehingga tidak naik kelas, sehingga kita harus menerima pilihan ini ketimbang memaksakannya menyelesaikan sekolah. Kadang yang saya lihat pada orang tua, tidak mau bersikap realistik daripada mengakui tidak bisa dengan setop sekolah dulu kemudian membereskan narkoba, tapi tetap sekolah karena malu karena takut nanti orang bertanya-tanya, padahalnya itu tidak realistik. Kita harus menerima fakta dan harus mencari solusi yang sesuai dengan realitasnya. |
GS | : | Kadang-kadang kalau kita membiarkan anak ini sekolah atau membiarkan anak ini tidak sekolah, membuat orang bertanya-tanya, itu yang mengganggu kita dan dapat memengaruhi anak itu sendiri. Sehingga diusahakan supaya dia seperti normal tapi kenyataannya tidak normal. |
PG | : | Memang benar-benar tidak normal dan perlu penanganan, kita harus prioritaskan itu. Jadi kita harus melihat duduk masalahnya dan kita selesaikan itu. Hal-hal lain harus berani kita korbankan. |
GS | : | Tapi ini bisa berpengaruh pada saudara-saudara anak yang bermasalah ini. Kita terlalu memberikan perhatian pada anak yang bermasalah, anak-anak yang tidak bermasalah lalu menjadi bermasalah. |
PG | : | Ini betul sekali. Jadi kita sebagai orang tua harus berhati-hati jangan sampai gara-gara ulah satu anak akhirnya kita tidak lagi bisa ingat bahwa kita masih punya anak yang lain dan juga memerlukan perhatian kita. Jadi sedapatnya imbangi, jadilah orang tua yang juga memikirkan anak-anak yang lain. Kadang-kadang yang terjadi adalah si anak yang negatif atau bermasalah justru mendapatkan banyak perhatian dan si anak yang baik dan tidak membuat masalah akhirnya tidak mendapat perhatian orang tuanya. |
GS | : | Karena tidak mendapat perhatian akhirnya timbul masalah baru. |
PG | : | Betul. Jadi kita harus berhati-hati jangan sampai akhirnya kita kehilangan keseimbangan. |
GS | : | Mungkin masih ada hal lain yang bisa kita lakukan ? |
PG | : | Yang terakhir kita harus bersabar dan beriman. Kita harus bersabar sebab problem yang besar seringkali memerlukan waktu yang panjang dan usaha yang besar. Jadi kita harus bersabar dan masalah tidak mudah selesai apalagi kalau masalah itu besar. Kita harus beriman sebab sandaran kita bukanlah manusia melainkan Tuhan. Di dalam Markus 11:23-24 Tuhan Yesus bersabda, "Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut ! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya. Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu". Jadi kita harus beriman, meskipun anak kita terlibat masalah Tuhan lebih besar daripada masalah anak kita dan Tuhan sanggup untuk menolongnya dan kita tidak boleh melepas iman ini. |
GS | : | Sambil kita terus menjaga supaya anak yang bermasalah itu juga tetap beriman atau kembali beriman kepada Tuhan. |
PG | : | Betul sekali. |
GS | : | Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan kali ini. Para pendengar sekalian, kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Ketika Anak Terlibat Masalah". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang. |