Ketidakadilan dan Pemberontakan Anak

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T295B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Orang tua adalah manusia dan sebagai manusia tidak selalu kita bersikap adil. Adakalanya kita memberi perhatian kepada yang satu dan tidak memerhatikan yang lainnya. Kendati kita tidak bermaksud memerlakukannya secara berbeda, ia telanjur sudah merasa demikian. Ia menganggap kita telah bersikap tidak adil. Dan, semua itu berpotensi menciptakan pemberontakan kelak. Bagaimana kita menangani masalah ini, sehingga kita bisa berlaku adil kepada semua anak kita ?
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Orang tua adalah manusia dan sebagai manusia tidak selalu kita bersikap adil. Adakalanya kita bersikap tidak adil secara sengaja kepada anak oleh karena preferensi kita terhadapnya. Misalnya anak memunyai kemampuan atau karakteristik tertentu yang kita dambakan sedangkan anak yang satunya tidak. Sebagai akibatnya kita pun memperlakukan anak secara berbeda, membuat yang satu merasa spesial namun membuat yang satunya merasa tak berharga.

Namun kadang kita bersikap tidak adil secara tidak disengaja. Saya kira ini lebih sering terjadi dibanding dengan yang sengaja. Kita mesti menyadari bahwa anak lahir ke dalam dunia membawa keunikannya masing-masing. Dengan kata lain, ada yang dimilikinya namun ada yang tidak dimilikinya. Sewaktu anak melihat bahwa apa yang tidak dimilikinya justru ada pada diri adiknya, ia mudah merasa bahwa hidup ini tidak adil.

Adakalanya kita memberi perhatian khusus pada sesuatu yang ada pada diri adiknya. Kendati kita tidak bermaksud memperlakukannya secara berbeda, ia telanjur sudah merasa demikian. Ia menganggap kita telah bersikap tidak adil. Dan, semua itu berpotensi menciptakan pemberontakan kelak.

Namun ada satu hal lagi yang berkaitan dengan ketidakadilan. Bilamana relasi kita sarat konflik, ada kecenderungan anak akan memihak pada ayah atau ibunya. Pada umumnya ia akan memihak kepada orang tua yang dianggapnya berada di pihak yang lemah dan diperlakukan tidak adil. Ini akan menambah kemarahan di hati dan suatu saat kelak, kemarahan ini akan meletup dalam bentuk pemberontakan.

Cara Penanganan
  • Sebagai orang tua kita harus jeli melihat keunikan anak dan menerimanya. Membanding-bandingkannya justru makin memperkuat kesan bahwa kita tidak menerimanya dan bahwa kita tidak puas dengan dirinya. Kita boleh tidak puas terhadap karyanya bila kita tahu bahwa ini adalah sesuatu yang dapat dikerjakannya. Namun sekali lagi, di sini dibutuhkan bukan saja kejeliaan tetapi juga kebesaran hati untuk menerima anak dan keterbatasannya. Kadang kita terus bersikeras bahwa ia bisa dan bahwa ia hanyalah malas. Kita perlu menyadari bahwa acap kali penyebab utama kemalasan adalah ketidakbisaan. Sudah tentu bila memang kita tahu ia malas dan tidak bertanggung jawab, kita harus menegurnya.
  • Kita pun harus peka dengan pemberian pujian dan pemberian izin. Sedapatnya berilah pujian pada usahanya, bukan pada kebisaannya. Dengan kata lain, kita tidak lagi mempersoalkan kebisaannya. Sepanjang ia telah mengeluarkan usaha, kita akan menerima hasilnya dengan lapang dada. Dengan cara ini anak tidak merasa dibandingkan secara tidak adil. Demikian pula dengan pemberian izin. Kita mesti memberi izin secara adil. Sewaktu kita tidak memberinya izin kita harus menyadari mengapa kita tidak memberinya izin. Demikian pula ketika kita memberinya izin; kita pun harus menyadari mengapa kita memberinya izin. Makin spesifik dan beralasan, makin mudah anak menerimanya. Sebaliknya, makin tidak jelas dan tidak berasalan, makin besar kemungkinan anak akan melihatnya sebagai sebuah ketidakadilan.
  • Berkaitan dengan ketidakadilan sebagai akibat relasi yang tidak harmonis, sudah tentu kita harus siap mengoreksinya. Mungkin selama ini kita telah bersikap egois; mungkin kita tidak bersedia mendengarkan keluhan pasangan dan bertindak demi kepentingannya. Mungkin terhadap anak pun kita telah berbuat hal yang sama. Kita tidak mementingkan keinginannya dan semua yang dilakukan hanyalah untuk memenuhi keinginan sendiri. Mungkin semua ini harus berubah supaya anak kembali melihat keadilan di dalam keluarga.
  • Firman Tuhan bersabda, "Dua macam batu timbangan, dua macam takaran, kedua-duanya adalah kekejian bagi Tuhan" (Amsal 20:10). Dua macam batu timbangan dan dua macam takaran melambangkan dua perlakuan yang berbeda. Sudah tentu timbangan yang satu untuk kepentingan orang sedangkan yang satunya untuk kepentingan pribadi. Ketidakadilan adalah penggunaan dua macam takaran: satu untuk orang lain dan satunya untuk kita. Tuhan tidak menyukai sikap hidup seperti ini. Tidak heran anak pun tidak menyukainya dan tidak heran pada akhirnya ia memberontak untuk menegakkan keadilan.