Mengasihi Anak dengan Benar

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T297A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Anak membutuhkan kasih sama seperti ia membutuhkan gizi. Sebagaimana kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan jasmaniah, demikian pulalah kekurangan kasih akan menyebabkan munculnya gangguan emosional pada anak. Sebagai orang tua kita mengasihi anak namun adakalanya kita tidak begitu paham bagaimanakah menyampaikan kasih itu kepada anak. Di sini akan dipaparkan beberapa petunjuk untuk mengekspresikan kasih kepada anak dengan benar.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Anak membutuhkan kasih sama seperti ia membutuhkan gizi. Sebagaimana kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan jasmaniah, demikian pulalah kekurangan kasih akan menyebabkan munculnya gangguan emosional pada anak. Sebagai orang tua kita mengasihi anak namun adakalanya kita tidak begitu paham bagaimanakan menyampaikan kasih itu kepada anak. Berikut akan dipaparkan beberapa petunjuk untuk mengekspresikan kasih kepada anak dengan benar.

  • Pertama, kita harus membedakan antara menerima dan membiarkan. Mengasihi mengandung unsur menerima, bukan membiarkan. Menerima berarti tidak mendasari kasih atas prestasi atau perbuatannya melainkan atas dasar fakta bahwa ia adalah anak pemberian Tuhan untuk kita. Menerima berarti menyadari bahwa ia manusia yang tidak sempurna seperti kita, jadi, ia akan melakukan hal-hal yang kadang keliru. Inilah arti menerima anak.
  • Sebaliknya membiarkan berarti tidak berbuat apa-apa tatkala melihat anak melakukan perbuatan yang salah. Membiarkan berarti melepaskan tanggung jawab untuk membentuk anak menjadi diri yang baik. Sewaktu anak melakukan perbuatan yang salah, kita harus mengoreksinya.
  • Kedua, kita mesti mengenal bahasa kasih anak kita masing-masing. Setiap anak unik dan tidak semua anak serupa dengan kita. Itu sebabnya kita harus memahami bahasa kasih anak sehingga kita dapat menyampaikan kasih itu secara tepat. Misalnya ada anak yang membutuhkan pengungkapan kasih secara verbal alias lewat perkataan. Kepada anak ini kita sebaiknya menyiraminya dengan perkataan yang berisikan kasih.
  • Atau, ada anak yang membutuhkan sentuhan karena itulah bahasa kasihnya. Kepada anak ini, sering-seringlah kita memeluk dan membelainya. Ada pula anak yang tidak begitu membutuhkan bahasa kasih verbal ataupun fisik, namun membutuhkan ungkapan kasih lewat pemberian. Kepada anak ini, secara berkala berilah sesuatu yang tidak harus mahal sebagai wujud kasih kepadanya. Terakhir ada anak yang berbahasa kasih konkret alias ingin melihat perbuatan langsung. Kepada anak ini, kita harus peka dan cepat melihat kebutuhannya sehingga kita dapat dengan segera memberinya pertolongan. Inilah wujud kasih yang dibutuhkannya. Makin dekat kita mengenal anak, makin tepat pulalah kita mengasihinya. Jadi, pelajarilah bahasa kasih anak dan komunikasikanlah sesuai bahasa kasihnya.
  • Ungkapkanlah kasih pada segala waktu namun terpenting ungkapkanlah kasih pada waktu ia berada pada titik terlemahnya. Jadi, ungkapkanlah kasih kepadanya tatkala ia sedang merasa takut, pada waktu ia meragukan kemampuannya, pada waktu ia gagal, dan pada waktu ia menyesali kesalahannya.
  • Pertanyaannya adalah, mengapakah kita justru harus lebih menunjukkan kasih kepadanya tatkala ia berada pada titik terlemahnya? Kasih yang dinyatakan pada titik terlemah memberinya kepastian bahwa kita sungguh mengasihinya. Kadang anak tidak tahu apakah kita sungguh mengasihinya ataukah mengasihi perbuatannya yang menyenangkan hati kita. Apa yang kita lakukan tatkala anak berada pada titik terlemah memerlihatkan berapa besar dan murninya kasih kita kepadanya.
  • Pada akhirnya kita tetap harus mengatakannya yakni bahwa kita mengasihinya. Kendati bahasa kasih anak-dan juga kita-berbeda, anak perlu mendengar secara jelas bahwa kita mengasihinya-bahwa ia berharga dan bahwa ia merupakan pemberian Tuhan untuk kita. Tidak ada yang dapat menggantikan dampak dari mendengar ucapan bahwa kita dikasihi. Itu sebabnya walau kadang tidak mudah, berusahalah untuk mengkomunikasikan kasih kepada anak secara verbal.
  • Firman Tuhan berkata, "Tuhan, Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar , berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman . . . ." (Keluaran 34:6-7). Dari Firman Tuhan ini kita bisa melihat bahwa kasih setia adalah karakter Tuhan yang terutama tetapi dalam kasih-Nya, Ia tidak membiarkan kita hidup semaunya. Kita pun harus melakukan yang sama.