Mengapa Bekerja

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T300A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah bekerja. Kadang kita mengaitkan bekerja dengan beban yang mesti dipikul namun sesungguhnya bekerja adalah sebuah aktivitas penting yang berhubungan erat dengan kesehatan jiwa dan pemenuhan kodrat manusiawi kita. Dalam bagian ini di bahas mengenai bekerja dari sudut pandang atau perspektif Alkitab dan juga diuraikan hubungan antara bekerja dengan kodrat manusiawi dan kesehatan jiwa.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah bekerja. Kadang kita mengaitkan bekerja dengan beban yang mesti dipikul namun sesungguhnya bekerja adalah sebuah aktivitas penting yang berhubungan erat dengan kesehatan jiwa dan pemenuhan kodrat manusiawi kita. Berikut akan dipaparkan bagaimanakah perspektif Alkitab terhadap bekerja. Setelah itu akan diuraikan hubungan antara bekerja dengan kodrat manusiawi dan kesehatan jiwa.

Perspektif Alkitab
  • Alkitab dimulai dengan kisah penciptaan. Sewaktu Tuhan menciptakan alam semesta beserta isinya, sesungguhnya Tuhan tengah bekerja. Jadi, bekerja merupakan sesuatu yang secara hakiki sangat berkaitan dengan kodrat Tuhan. Oleh karena kita diciptakan Tuhan seturut dengan gambar-Nya, maka bekerja pun merupakan bagian dari kodrat manusiawi kita.
  • Perintah pertama Tuhan kepada manusia adalah perintah untuk bekerja. Coba simak Firman-Nya yang tercantum di Kejadian 1:28, ". . . penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala yang merayap di bumi." Menaklukkan bumi dan segala isinya menuntut kerja keras yang tak akan pernah selesai. Jadi, dari awal Tuhan sudah memerintahkan manusia untuk bekerja-menggali serta mengelola isi bumi untuk kesejahteraan hidup.
  • Alkitab memuat cukup banyak nasihat yang berkenaan dengan hidup rajin seperti yang tertera di Amsal 13:4, "Hati si pemalas penuh keinginan tetapi sia-sia sedangkan hati orang rajin diberikan kelimpahan."

Dari ketiga catatan ini dapat disimpulkan bahwa bekerja merupakan bagian kodrat manusiawi yang sesuai dengan sifat Allah sendiri. Kenyataan bahwa manusia harus bekerja keras untuk mencari nafkah sebagai hukuman atas dosa (Kejadian 3:17-19) tidaklah berarti bahwa bekerja itu sendiri merupakan hukuman Tuhan. Kesulitan mencari nafkah dan tantangan dari bumi merupakan bagian dari hukuman; bekerja itu sendiri bukan demikian !

Kesehatan Jiwa

Asupan gizi bukan saja berguna untuk memertahankan hidup tetapi juga untuk memasok energi. Setelah makan, bukan saja kebutuhan untuk hidup terpenuhi, energi kita pun diisi ulang sehingga menghasilkan kekuatan. Kita mesti memakai dan menghabiskan kekuatan atau energi yang tersedia sebab jikalau tidak, terjadilah ketidakseimbangan. Berikut akan diuraikan kaitan antara bekerja dan kesehatan jiwa.

  • Bekerja adalah cara terefektif untuk memakai energi yang tersedia agar tercipta keseimbangan-baik secara jasmaniah maupun rohaniah. Jiwa yang sehat adalah jiwa yang memiliki keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran energi. Dengan bekerja, tubuh dan otak menjadi letih mengharuskan kita untuk beristirahat.
  • Bekerja menghasilkan imbalan, baik yang bersifat moniter maupun psikologis. Imbalan moniter mencukupkan kebutuhan jasmaniah sedangkan imbalan psikologis memenuhi kebutuhan jiwani akan penghargaan.
  • Bekerja menimbulkan kepuasan karena bekerja menumbuhkan rasa keberhasilan menghasilkan sesuatu. Alhasil kita akan memandang diri secara lebih positif pula.
  • Bekerja menstimulasi perkembangan diri sehingga lewat bekerja kita dapat mengaktualisasikan diri secara optimal.
  • Bekerja membuka peluang terjadinya interaksi dengan sesama dan ini sudah tentu bermanfaat bagi kesehatan jiwa.
  • Bekerja memberi kita kesempatan untuk bersyukur kepada Tuhan yang telah memberi kita kesanggupan untuk bekerja dan buah dari bekerja itu sendiri.
Firman Tuhan di Amsal 19:15 berkata, "Kemalasan mendatangkan tidur nyenyak dan orang yang lamban akan menderita lapar." Rajin bekerja adalah karakter yang diinginkan Tuhan. Sebaliknya kemalasan adalah jalan pasti menuju kelaparan-baik secara jasmaniah maupun rohaniah.

Comments

LUAR BIASA. TERIMAKASIH TELAGA.ORG