Wanita, Karier, dan Keluarga

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T435B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Berbeda dengan pria, acap kali peran istri dan karier tidak berjalan harmonis. Ada empat prinsip yang bisa digunakan untuk mempertimbangkan hal ini. Yaitu (1) Tetapkanlah prioritas tujuan hidup, (2) Tuhan tidak menetapkan satu model pernikahan, (3) Perhatikan dan terimalah kodrat masing-masing, (4) Gantilah apa yang telah kita ambil dari keluarga.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Berbeda dengan pria, acap kali peran istri dan karier tidak berjalan harmonis. Ada orang yang berkeyakinan bahwa sepatutnyalah istri diam di rumah dan mengurus keluarga. Berikut ini adalah beberapa prinsip yang dapat kita pertimbangkan.

  1. Tetapkanlah prioritas tujuan hidup. Baik pria maupun wanita harus memiliki sistem prioritas yang jelas dan alkitabiah. Tuhan lebih mementingkan manusia dan pertumbuhannya dibandingkan pencapaian atau perbuatannya.
    Jika inilah sistem nilai Tuhan, seyogianyalah kita mengikutinya dan ini berarti, dalam pengambilan keputusan, manusia atau keluarga akan kita dahulukan di atas pekerjaan atau karier. Dan ini berlaku baik bagi pria maupun wanita, tanpa kecuali. Secara praktisnya, setiap keputusan yang mengharuskan kita memilih antara karier dan keluarga, pilihannya adalah keluarga. Sudah tentu kewajiban memenuhi kebutuhan dasar keluarga merupakan tuntutan yang harus kita upayakan namun di atas kebutuhan dasar, keluargalah yang mesti kita utamakan. Jika Tuhan mementingkan faktor manusia, kita pun harus mementingkannya pula.
  2. Tuhan tidak menetapkan satu model pernikahan. Mungkin ada di antara kita yang langsung berkomentar bahwa sudah seharusnyalah perempuan tidak berkarier sebab Tuhan menghendaki wanita menjadi ibu rumah tangga dan suami menjadi pencari nafkah. Kendati keyakinan ini terdengar rohani namun kenyataannya adalah, keyakinan ini tidaklah alkitabiah, dalam pengertian Alkitab sendiri tidak pernah menawarkan rumus ini.
    Sesungguhnya Alkitab sendiri menyediakan pelbagai contoh peran wanita. Amsal 31 yang sering kali diidentikkan dengan amsal wanita bijak, justru memperlihatkan peran wanita sebagai pekerja, bukan hanya sebagai ibu rumah tangga.
    Contoh lain dari wanita yang bekerja sebagai pengusaha adalah Lidia, seorang "penjual kain ungu dari kota Tiatira" (Kisah 16:14); Priskila, istri Akwila, yang kadang keduanya pergi bersama Paulus mengabarkan Injil (Kisah 18:19). Dari semua contoh ini terlihat jelas bahwa para wanita ini adalah orang-orang yang terlibat aktif dalam pelayanan atau bekerja di luar rumah.
  3. Perhatikan dan terimalah kodrat masing-masing. Janganlah kita menggantungkan penghargaan diri pada penilaian orang; terimalah kodrat masing-masing dan berkembanglah sesuai dengan kodrat itu. Ada satu pepatah berbahasa Inggris yang layak kita simak, "Be yourself, but be the best of you!" (Jadilah dirimu sendiri, namun jadilah dirimu yang terbaik.) Kita tidak akan dapat memberi yang terbaik apabila kita sendiri tidak menjadi diri yang terbaik.
  4. Gantilah apa yang telah kita ambil dari keluarga. Tidak bisa tidak, waktu dan keberadaan kita di dalam rumah akan terbatasi berhubung meningkatnya tuntutan untuk berada di luar rumah. Ini berarti, kita mengambil sesuatu dari dalam rumah untuk kepentingan di luar rumah.
    Jika ini yang harus kita lakukan, rencanakan dan persiapkan segalanya dengan sebaik mungkin.