Tantangan Merawat Orang Tua

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T470B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Salah satu tugas yang menanti kita semua adalah merawat orangtua diusia senja. Tugas yang tidak mudah sebab tidak hanya memerlukan kesiapan secara finansial tapi juga ketahanan mental. Berikut akan dibahas beberapa tantangan dalam merawat orangtua dan cara mengatasinya.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan
Salah satu tugas yang menanti kita semua adalah tugas merawat orang tua di usia senja. Tugas yang tidak mudah sebab kadang yang diperlukan bukan saja kesanggupan finansial tetapi juga ketahanan mental. Berikut akan dipaparkan beberapa tantangan yang mesti dihadapi dan saran untuk bagaimana mengatasinya.
  1. Relasi kita dengan orang tua selama ini akan memengaruhi relasi kita dengan orang tua di usia senja. Jika kita tidak mempunyai relasi yang akrab dengan orang tua, besar kemungkinan kita pun tidak terlalu nyaman merawatnya secara intens atau terus-menerus. Sebaliknya, bila kita mempunyai relasi yang akrab dengan orang tua, kita pun akan merasa nyaman menemani dan merawat orang tua untuk waktu yang lama dan intens. Jika kita sering cekcok dengan orang tua pada masa lampau, besar kemungkinan kita pun akan sering beradu pandang dengan orang tua di masa sekarang. Atau, apabila kita menyimpan rasa tidak puas, kita cenderung meledak marah dan tidak sabar dengan orang tua. Jadi, relasi kita dengan orang tua di hari senja sangat dipengaruhi oleh relasi kita dengannya di masa lalu. Itu sebab dalam merawat orang tua kita mesti mempertimbangkan faktor kedekatan kita dengannya. Kita harus bersikap realistic sehingga dapat menjaga keseimbangan antara PENGABDIAN dan KETERBATASAN. Bila memungkinkan, hiduplah di dalam keterbatasan ini; sesuaikanlah perawatan supaya relasi dapat tetap terjalin dengan baik. Jangan sampai, gara-gara ingin merawat orang tua, kita malah menyusahkan dan melukainya.
  2. Pandanglah dan terimalah orang tua apa adanya. Adakalanya kita berharap bahwa di hari senja, orang tua akan mengalami perubahan yang drastik. Mungkin kita berharap bahwa orang tua yang tadinya pemarah akan berubah menjadi penyabar. Atau, orang tua yang kikir akan berubah menjadi murah hati. Pada kenyataannya ia adalah diri yang sama. Apa yang menjadi karakteristiknya di masa lalu akan tetap menjadi karakteristiknya di masa sekarang. Penting bagi kita untuk menyadari fakta ini agar kita tidak menuntut orang tua berlebihan. Pandanglah dan terimalah orang tua apa adanya. Salurkanlah kasih karuniaTuhan kepadanya dan berhentilah menuntutnya untuk menjadi seperti yang kita harapkan. Tuntutan yang tidak realistik hanyalah menyulut pertengkaran dan makin mengeruhkan suasana. Kita mesti ingat bahwa kita menghadapi diri yang sama, yang tidak lapuk dimakan waktu.
  3. Buatlah batas yang jelas supaya orang tua tahu sejauh mana kita siap menoleransi perilakunya. Orang tua bukanlah malaikat; ada yang baik tetapi ada pula yang bermasalah. Adakalanya orang tua memanipulasi kita supaya kita melakukan apa yang dikehendakinya. Atau, kadang ia mengadu domba kita dengan adik atau kakak kita. Bahkan, tidak jarang ada orang tua yang tega memfitnah kita dengan cara menceritakan sesuatu tentang kita yang sama sekali tidak benar. Ada juga yang sengaja memecah belah hubungan kita dengan suami atau istri. Dalam kasus seperti ini, kita harus bersikap tegas. Kita tidak perlu marah-marah tetapi kita perlu jelas kepada orang tua yang bermasalah. Secara sopan kita harus mengkomunikasikan kepadanya hal-hal apa yang tidak boleh dilanggarnya. Sampaikan kepadanya, bila ia melanggarnya, ia harus menanggung konsekuensinya. Dan, konsekuensi terberat adalah kita tidak bisa merawatnya lagi.
  4. Kita harus menjaganya agar tidak membahayakan diri tetapi kita pun mesti memberinya ruang untuk berperilaku sebagai orang yang tua. Salah satu kenyataan yang harus kita terima adalah orang tua kadang berperilaku aneh. Menurunnya daya ingat dan bertambahnya kadar kepikunan dapat menjadikannya seorang pribadi yang berbeda. Tidak jarang ia memulai kebiasaan-kebiasaan yang baru yang tidak pernah diperbuatnya dulu. Selama itu tidak membahayakan dirinya, sebaiknya kita diamkan saja.
  5. Kita harus mengetahui kondisi kesehatannya, baik fisik maupun mental. Makin kita mengetahui kondisi kesehatannya, makin tepat perawatan yang dapat kita berikan kepadanya. Perawatan yang salah sasaran, bukan saja menambahkan penderitaannya tetapi juga membuka peluang munculnya masalah baru. Jadi, prioritaskanlah pencegahan supaya beban tidak bertambah. Sebagai contoh, banyak orang tua yang tidak lagi dapat mengendalikan otot untuk membuang air. Kita mesti menyadari bahwa hal ini adalah umum diderita oleh orang tua. Jika kita tidak menyadarinya, mungkin kita marah karena menuduhnya sengaja. Kita membiarkannya basah dan kotor dengan alasan untuk mendidiknya. Masalahnya adalah, bukan saja ia tetap tidak dapat mengendalikan diri, ia malah sekarang mengembangkan problem baru, misalkan sakit kulit atau malah infeksi. Jadi, fokuskan pada pencegahan dan perawatan yang tepat.
Firman Tuhan di Keluaran 20:12 berkata, "Hormatilah ayah dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu ." Kendati perintah Tuhan ini berlaku untuk anak dan orang tua pada segala usia, namun sesungguhnya perintah menjadi sangat relevan pada saat kita dewasa dan orang tua telah renta dan tak berdaya. Tidak sulit menghormati orang tua semasa ia gagah dan jaya. Terlebih sulit menghormati orang tua pada saat ia tidak lagi produktif dan sakit-sakitan. Tuhan meminta kita menghormati orang tua bukan saja lewat perkataan tetapi juga melalui perbuatan. Nah, merawat orang tua pada masa ia tidak lagi berdaya dan sepenuhnya menjadi beban, adalah kesempatan terakhir dan termulia untuk menghormatinya. Pada saat seperti ini, hormat pun berubah menjadi kasih, sebab hanya kasih yang dapat memampukan kita memberi dan memberi tanpa pamrih.