Sikap Kita Terhadap Pencobaan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T234B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Kita harus memiliki sikap tertentu terhadap pencobaan agar kita bisa bersiap-siap melawan pencobaan yaitu kita mesti menyadari titik lemah dalam hidup kita, kita tidak boleh meremehkan pencobaan dan percaya pada kemampuan sendiri

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Ada dua sikap ekstrem orang Kristen terhadap pertanyaan di atas. Ada yang mengatakan bahwa Allah tidak berbuat apa-apa dan malah mendiamkan kita dicobai. Namun ada pula yang menjawab bahwa sesungguhnya Allah berniat dan sudah menolong kita tetapi Ia gagal membawa kita keluar dari pencobaan. Jawaban pertama menjadikan Allah sebagai Allah yang tidak mempedulikan umat-Nya (kurang kasih) sedangkan jawaban kedua menyimpulkan bahwa Allah tidak berkuasa menolong anak-anak-Nya (kurang kuasa). Jawaban yang benar adalah, Allah mempedulikan anak-anak-Nya (penuh kasih) dan Ia berkuasa melepaskan kita dari pencobaan (penuh kuasa). Berikut kita akan melihat lebih jauh lagi tentang pencobaan dan penyertaan Tuhan kepada kita dalam menghadapi pencobaan.

Darimanakah Datangnya Pencobaan?
Yakobus 1:13 mengajarkan bahwa pencobaan bukanlah dari Tuhan, "Apabila seorang dicobai, janganlah berkata, 'Pencobaan ini datang dari Allah!' sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun." Dari ayat ini pun kita belajar bahwa pencobaan bersifat jahat dan keluar dari motivasi jahat; Allah adalah sumber kebaikan, itu sebabnya Ia tidak mencobai siapa pun. Jadi, dari sini kita dapat menyimpulkan sebuah definisi pencobaan sebagai situasi yang menghadang langkah hidup kita dan memperhadapkan kita dengan pilihan untuk berdosa.

Jadi, jika demikian darimanakah datangnya pencobaan?
Alkitab mengajarkan bahwa ada dua sumber pencobaan. Sumber pencobaan yang pertama adalah iblis. Efesus 6:10-12 menjelaskan bahwa kita hidup dalam suasana perang dengan iblis, "Akhirnya hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat iblis karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara." Di sini kita bisa melihat bahwa iblis senantiasa berusaha untuk berperang melawan dan menjatuhkan kita. Itu sebabnya ia akan menggunakan segala cara untuk membuat kita jatuh dan berdosa. Inilah niat jahat iblis.

Kedua, pencobaan bersumber dari diri kita sendiri, sebagaimana tercatat di Yakobus 1:14, "Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." Kadang kitalah yang bertanggung jawab penuh atas kejatuhan sebab keinginan untuk jatuh dan berdosa berasal dari dalam diri kita.

Apakah Sikap dan Tindakan Tuhan sewaktu Kita Dicobai?
Pertama, Tuhan pasti memberi peringatan kepada kita. Kepada para murid yang terlalu letih untuk berdoa menjelang penangkapan Tuhan di taman Getsemani, Ia mengingatkan, "Berjaga-jagalah dan berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut tetapi daging lemah. " (Matius 26:41)

Kedua, Tuhan mendoakan kita; dengan kata lain, Tuhan menyertai dan menolong kita, sebagaimana kita dapat lihat pada ayat berikut ini, "Simon, Simon, lihat Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum tetapi Aku telah berdoa untuk engkau supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu." (Lukas 22:31)

Kesimpulan
Tidak ada alasan untuk kita menuduh Tuhan tidak peduli atau tidak berkuasa tatkala kita tengah dicobai. Ia memperingatkan dan mendoakan kita, kendati pencobaan itu bukan datang dari-Nya melainkan dari iblis dan nafsu keinginan kita sendiri. Asalkan kita mau taat kepada-Nya, kita pasti bisa selamat dari pencobaan.

Mengapakah Tuhan Membiarkan Kita Dicobai?
Pertama, Tuhan membiarkan kita dicobai sebab inilah konsekuensi kejatuhan manusia ke dalam dosa. Sejak kita jatuh ke dalam dosa, kita tidak lagi hidup di dunia yang tanpa dosa. Alhasil, kita harus senantiasa bergumul melawan dosa dan pencobaannya. Kedua, Tuhan memakai pencobaan untuk membangun kita menjadi manusia yang dewasa. Yakobus 1:2-4, "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh (menghadapi) ke dalam berbagai-bagai pencobaan sebab kamu tahu bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak berkekurangan apa pun." Dengan kata lain, meski iblis bermaksud buruk, Tuhan bisa memakai pencobaan untuk kebaikan.

Apakah Sikap Kita terhadap Pencobaan?
Pertama, kita mesti menyadari titik lemah dalam hidup kita. Iblis selalu menyerang kelemahan kita; jangan sampai kita menyangkal kelemahan diri sendiri.

Kedua, kita tidak boleh meremehkan pencobaan dan terlalu percaya diri. Kendati kita tahu kelemahan kita, jangan kita bermain api dengan pencobaan. Itu sebabnya dalam Doa Bapa Kami, Tuhan mengajarkan kita untuk berdoa supaya Ia menjauhkan kita dari pencobaan. Jadi, jangan kita malah mendekatkan diri dengan pencobaan.

Ketiga, ingatlah bahwa pencobaan dari iblis dan dari diri sendiri adalah sama berbahayanya. Iblis sangat cerdik sehingga ia cepat membisikkan kata-kata yang menghasut kita untuk berontak dari Tuhan. Kita pun adalah makhluk yang berdosa sehingga kita dapat memainkan rasio dan membuat diri "tidak merasa bersalah."

Keempat, terimalah pencobaan sebagai bagian dari ujian untuk mendewasakan kita. Dengan kata lain, ini adalah kesempatan untuk kita bertumbuh, bukan untuk kita jatuh.

Kelima, apa pun yang kita rasakan, yakinlah dengan iman bahwa Tuhan melihat dan menolong. Tidak selalu kita melihat Tuhan bekerja secepat yang kita harapkan namun terpenting adalah mengetahui bahwa Ia beserta kita, bahkan dalam pencobaan.