Pergaulan Sesudah Pernikahan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T246B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Setelah menikah, relasi dalam pergaulan haruslah mengalami perubahan. Pasangan yang tidak bersedia berubah akan menabur benih ketidaksetiaan. Kita harus mengingat bahwa bukankah pada awalnya kita pun tertarik dan jatuh cinta dengan pasangan oleh karena kita bergaul akrab dengannya. Ini adalah hukum alam: dengan siapa kita bergaul akrab, dengannya terbuka lebar kemungkinan untuk tertarik dan jatuh cinta. Itu sebabnya kita mesti mengawasi dan membatasi pergaulan setelah menikah
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Setelah menikah, relasi dalam pergaulan haruslah mengalami perubahan. Pasangan yang tidak bersedia berubah akan menabur benih ketidaksetiaan. Kita harus mengingat bahwa bukankah pada awalnya kita pun tertarik dan jatuh cinta dengan pasangan oleh karena kita bergaul akrab dengannya. Ini adalah hukum alam: dengan siapa kita bergaul akrab, dengannya terbuka lebar kemungkinan untuk tertarik dan jatuh cinta. Itu sebabnya kita mesti mengawasi dan membatasi pergaulan setelah menikah. Berikut akan dibahas beberapa nasihat untuk membatasi pergaulan.

  1. (a) Terimalah fakta bahwa di luar pasangan, akan ada orang yang memiliki karakteristik yang kita sukai dan kagumi. Adakalanya karakteristik itu juga dimiliki pasangan sendiri namun kadang, tidak. Sudah tentu kita akan senang melihat-apalagi bila dapat menikmati-karakteristik yang disukai itu. Kita tidak perlu menjauh atau ketakutan ketika merasakan semua ini namun sebaliknya, kita mesti menjaga diri agar tidak mendekati atau menambah kedekatan dengan orang ini. Apa yang sudah ada, pertahankan dan jangan ditambahkan.
  2. (b) Kendati sukar, jagalah agar kita tidak menunjukkan-apalagi mengungkapkan-kesukaan atau kekaguman kita kepadanya. Kekaguman yang diungkapkan acap kali diinterpretasi sebagai undangan untuk masuk lebih dalam, atau setidaknya kekaguman yang diungkapkan menuntut respons yang serupa. Bila kita mengatakan kepada seseorang bahwa kita menyukai atau mengaguminya, maka orang itu akan merasa berkewajiban untuk mengatakan hal yang sama tentang diri kita. Dari titik inilah relasi biasanya makin mendalam. Jadi, jagalah diri dan lidah untuk tidak mengungkapkan hal-hal yang dapat membuka peluang masuknya dosa.
  3. (c) Jika kitalah yang menerima ungkapan atau pujian kekaguman, dengarlah dan ucapkanlah terima kasih namun janganlah merasa wajib untuk mengungkap hal yang serupa kepadanya. Dan janganlah memanfaatkan ungkapan itu sebagai pintu masuk ke rumah hatinya. Ingatlah, barangsiapa menyerobot tanah milik orang, tanah itu akan menjadi kutukan baginya. Jadi, relasi yang dimulai dalam dosa, tidak akan membuahkan berkat, sebaliknya ia akan menurunkan hukuman Tuhan atasnya. Begitu banyak perselingkuhan terjadi atas dasar sungkan-sungkan menolak, sungkan melukai atau mengecewakan, sungkan terlihat tidak sopan, sungkan dilihat kurang berterima kasih, dan sebagainya. Jadi, awasilah diri untuk tidak terjebak ke dalam perangkap sungkan yang salah kaprah.
  4. (d) Ingatlah setiap pertemanan bukanlah pertemanan yang lengkap dan sempurna. Tidak ada orang yang dapat mengerti diri kita sepenuhnya dan tidak ada orang yang cocok dengan kita seluruhnya. Dengan berjalannya waktu, semua akan tersingkap dan kita pun akan menemui hal-hal yang mengganggu dalam relasi. Itu sebabnya kunci kekuatan relasi bukan terletak pada kesempurnaan pasangan melainkan pada kesediaan untuk mencoba dan mencoba lagi. Apa pun yang menjadi kesulitan kita, hadapilah dan cobalah bereskan, jangan cepat mengangkat tangan dan berkata, "Saya sudah pernah mencobanya namun tidak berhasil." Kadang kita harus mencoba bertahun-tahun sebelum melihat hasilnya. Kita mesti mengingat bahwa setiap relasi pada awalnya merupakan sebuah fatamorgana; pada akhirnya kitalah yang mesti menggali sumber air itu, sebelum kita bisa meminum darinya.

Firman Tuhan
"Orang berdosa dikejar malapetaka, tetapi Ia membalas orang benar dengan kebahagiaan." Amsal 13:21