Pelajaran Menjadi Orangtua 2

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T194B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Lanjutan dari T191A

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Tidak semua orangtua telah berfungsi sebagai orangtua. Mengapa demikian?

  • Sebagian orangtua menjadi orangtua hanya karena mereka telah melahirkan anak, setelah itu mereka mempercayakan peran dan tugas mengorangtuai kepada perawat.

Akibat: Anak tidak menerima kasih orangtua secara langsung dan nyata. Anak juga kehilangan kesempatan untuk mencontoh atau belajar dari orangtua.

  • Ada pula orangtua yang menjadi orangtua atas dasar kebutuhan, misalnya ingin dikasihi dan merasa diri berharga. Alhasil, anak dituntut untuk memenuhi kebutuhan mendasar orangtuanya.

Akibat: Anak letih dan memikul beban yang tidak seharusnya dipikulnya. Pertumbuhannya akan terhambat karena apa yang seyogianya menjadi perhatian dan minatnya sekarang tergantikan dengan tugas menyenangkan orangtua.

  • Ada orangtua yang menyesal menjadi orangtua karena tidak menginginkan anak itu atau menyesal menikah dengan pasangannya. Alhasil, anak menjadi sasaran amuk marah dan penyesalannya.

Akibat: Anak merasa tertolak dan terbantai. Sejak kecil ia merasa kehadirannya tidak diinginkan dan bahwa ia lebih merupakan beban daripada berkat. Biasanya anak seperti ini menyimpan kesedihan dan kepahitan mendalam dan semua ini akan melahirnya masalah dalam dirinya kelak.

  • Ada juga orangtua yang menjadikan anak sebagai bagian program perbaikan hidupnya sehingga menuntut anak untuk menjadi orang yang didambakan orangtua untuk dirinya sendiri namun tak berhasil diraihnya.

Akibat: Tuntutan orangtua menjadi beban yang akan menindih pengembangan dirinya. Ia akan bertumbuh kembang melenceng dari garis karunia yang dimilikinya. Ia akan kehilangan kesempatan menjadi dirinya sendiri dan terus merasa ada sesuatu yang terhilang dalam hidupnya.

  • Terakhir ada orangtua yang mengharapkan anak menjadi seperti dirinya sendiri. Jika ia pandai, ia mau anaknya sepandainya; bila ia berbakat, ia pun menuntut anaknya seberbakat dirinya.

Akibat: Anak menjadi tertuntut menjadi sempurna dan tidak boleh gagal. Ia mudah dirundung rasa bersalah yang berat dan akan merasa diri tidak berarti jika gagal memenuhi permintaan orangtua. Hidupnya terpenjara oleh tuntutan demi tuntutan dan pada akhirnya ia pun akan menerapkan tuntutan yang sama pada orang yang dekat dengannya.

Firman Tuhan: "Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23)

Jadi, jika demikian apakah yang sesungguhnya harus kita perbuat untuk menjadi orangtua yang melakukan tugas dan fungsinya sesuai dengan kodrat dan panggilan kita?

Untuk menjadi orangtua diperlukan satu syarat utama yaitu kemampuan untuk mengasuh anak. Berikut akan dipaparkan makna dan cara konkret mengasuh.

  • Mengasuh berarti mengasihi. Perbuatan mengasuh tanpa kasih dan mengasihi tanpa berbuat apa-apa untuk mengasuh adalah sama buruknya. Kasih mesti diperlihatkan lewat tindakan mengasuh. Inilah sumber kekuatan dan penggerak mengasuh.

  • Mengasuh berarti berkorban. Untuk menjadi pengasuh anak acap kali kita harus mengesampingkan kepentingan pribadi dan mendahulukan kepentingan anak.

  • Mengasuh berarti melindungi. Kita melindungi anak dari ancaman bahaya yang bersifat fisik terutama tatkala anak kecil dan dari bahaya yang bersifat mental-emosional sewaktu anak menginjak usia remaja.

  • Mengasuh berarti memenuhi kebutuhan anak. Termaktub di dalamnya adalah kebutuhan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan rohani.

  • Mengasuh berarti membentuk. Salah satu bagian dari membentuk anak ialah mendisiplinnya agar ia tidak bertindak seturut kehendaknya belaka dan dapat menghormati orang lain.

  • Mengasuh berarti mengarahkan. Orangtua mesti menjadi pengarah hidup anak melalui kehidupannya sendiri maupun nasihat yang diberikan. Tanpa arah anak akan limbung dan mudah terbawa arus.

  • Firman Tuhan: "Dan kamu bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anakmu tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." (Efesus 6:4)