Menyalahkan Orang

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T168B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Menyalahkan orang adalah jalan pintas untuk lepas dari tanggung jawab dan konsekuensi perbuatan sendiri. Salah satu cara untuk menolongnya ialah kita perlu meletakkan kesalahan di pundaknya tanpa ragu. Dengan kata lain, ia perlu belajar hidup susah.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Ada sebagian orang yang memiliki kebiasaan buruk menyalahkan orang. Mengapakah demikian dan bagaimana menolongnya agar tidak menyalahkan orang?

  • Menyalahkan orang adalah jalan pintas untuk lepas dari tanggung jawab dan konsekuensi perbuatan sendiri. Itu sebabnya jauh lebih mudah menyalahkan orang; kita dapat hidup tanpa beban.
  • Menyalahkan orang mudah muncul dalam diri orang yang hidup dalam bayang-bayang ancaman. Pada masa lampau atau sekarang ia hidup dalam ketakutan bahwa kesalahannya akan berakibat buruk; akhirnya ia mengembangkan kebiasaan untuk menyalahkan orang agar tidak harus menanggung hukuman berat yang menantinya.
  • Menyalahkan orang juga sering timbul pada diri orang yang tidak memiliki penghargaan diri yang baik. Ia merasa tidak aman dengan pemikiran dan keputusannya sendiri; daripada salah, lebih baik ia bergantung pada orang lain sehingga jika ada kekeliruan, ia dapat terbebas dari tanggung jawab. Ia tinggal menyalahkan orang yang telah mengambilkan keputusan untuknya.
  • Menyalahkan orang juga biasanya merupakan bagian dari orang yang penuh kemarahan. Kemarahan kepada orang berarti memusatkan fokus perhatian pada orang lain; itu sebabnya orang yang penuh kemarahan tidak dapat melihat dirinya. Ia hanya melihat orang lain dan tidak melihat kekurangannya sendiri.

Bagaimana menolongnya?

  • Bagi orang yang inginnya hidup tanpa beban dan santai, kita perlu meletakkan kesalahan di pundaknya tanpa ragu. Dengan kata lain, ia perlu belajar hidup susah.
  • Bagi orang yang hidup dalam ketakutan, kita perlu meyakinkannya bahwa kita tidak akan menghukumnya bila ia berkata jujur dan mengakui perbuatannya.
  • Bagi yang inginnya bergantung pada orang lain karena tidak percaya diri, kita perlu membimbingnya agar ia melihat kekuatan dan kesanggupannya. Biarkan ia pertama-tama belajar mengakui kesanggupannya, barulah setelah itu ajarkan dia untuk mengakui kekeliruannya.
  • Bagi yang penuh kemarahan, ia perlu mengalamatkan kemarahannya secara tepat sehingga ia tidak lagi membabi buta melampiaskan kemarahannya. Kemudian ajak dia untuk melihat dari sisi orang lain dan merasakan apa yang orang rasakan.
  • Sejak dari awal, manusia telah menyalahkan orang: Adam menyalahkan Hawa, Hawa menyalahkan Iblis. Manusia dewasa adalah manusia yang dapat mengakui perbuatannya. "Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar . . ." (Roma 13:7).