Mengasihi Dan Menuntut

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T236B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Ada sebagian orang yang berpendapat bahwa kasih antara suami-istri seyogianya adalah kasih tanpa syarat alias tanpa tuntutan. Biasanya kita mendasari pandangan ini atas kasih Tuhan yang tak berkondisi. Sudah tentu kita mesti berusaha mengembangkan kasih agape di dalam pernikahan.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Ada sebagian orang yang berpendapat bahwa kasih antara suami-istri seyogianya adalah kasih tanpa syarat alias tanpa tuntutan. Biasanya kita mendasari pandangan ini atas kasih Tuhan yang tak berkondisi. Sudah tentu kita mesti berusaha mengembangkan kasih agape di dalam pernikahan namun ada baiknya bila kita mencermati konsep kasih tak bersyarat ini lebih dahulu.

Apakah yang dikatakan firman Tuhan tentang kasih tak bersyarat ini?

Sebetulnya pemahaman ini bersumber dari konsep kasih karunia yakni:

1.Tuhan mengasihi kita bahkan tatkala kita masih berdosa. "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:8)

2.Keselamatan adalah pemberian Tuhan semata, bukan hasil perbuatan baik manusia. "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8)

Dengan kata lain, kasih karunia berkaitan dengan keselamatan-tanpa syarat Tuhan menerima kita apa adanya. Namun dalam hal pertumbuhan, kasih karunia menuntut kita untuk berubah-menjadi serupa dengan Kristus. Itu sebabnya Paulus menghibau "Supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu." (Efesus 4:1)

Jadi, Tuhan menerima kita pada titik terendah, namun Ia menuntut kita bertumbuh menggapai titik tertinggi. Ia menerima yang terburuk tetapi menuntut yang terbaik dari kita. C.S. Lewis berkata, "Kasih memaafkan tetapi tidak membiarkan dan membenarkan yang salah. Kasih bersedia menerima yang sedikit tetapi kasih menuntut sebanyak-banyaknya."

Penerapan dalam pernikahan

1.Tidak apa menuntut asal itu adalah untuk kebaikannya, bukan hanya untuk kepentingan kita. Itu sebabnya kita selalu harus dapat membedakan apakah ini untuk kepentingan kita atau dirinya.

2.Tidak apa menuntut dan tidak mendapatkan apa yang dituntut. Bukankah kita sudah mengasihi dan menerimanya apa adanya? Jadi. Tidak usah marah jika tidak memperoleh yang kita inginkan.

3.Tidak apa menuntut selama kita telah mengkomunikasihkan kasih dengan melimpah.

4.Tidak apa menuntut selama tuntutan disampaikan dengan kasih.

Firman Tuhan :

"Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. (Efesus 4:31)