Menerima Banyak Dituntut Banyak

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T238B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Di Matius 25:14-30 dicatat perumpamaan talenta. Perumpamaan yang di tuturkan oleh Tuhan Yesus ini merupakan bagian pengajaran Tuhan tentang akhir zaman. Di akhir zaman Tuhan datang kembali dan menuntut pertanggung jawaban kita atas segala yang telah Ia percayakan kepada kita hamba-hambaNya. Di sini mari kita perhatikan perumpamaan dengan lebih saksama agar dapat menimba pelajaran yang terkandung di dalamnya

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Di Matius 25:14-30 dicatat perumpamaan talenta. Alkisah ada seorang yang sebelum pergi jauh mempercayakan hartanya kepada hamba-hambaNya. Ada yang diberikan 5 talenta, 2 talenta, 1 talenta sesuai kesanggupan masing-masing. Sepulangnya dari perjalanan jauhnya, si majikan itu memuji hambanya yang menerima 5 maupun 2 karena telah melabakan 2 kali lipat. Sebaliknya terhadap si hamba yang menerima 1 talenta, ia marah sekali dan akhirnya menghukumnya.

Perumpamaan yang di tuturkan oleh Tuhan Yesus ini merupakan bagian pengajaran Tuhan tentang akhir zaman. Di akhir zaman Tuhan datang kembali dan menuntut pertanggung jawaban kita atas segala yang telah Ia Percayakan kepada kita hamba-hambaNya. Mari kita perhatikan perumpamaan ini dengan lebih saksama agar dapat menimba pelajaran yang terkandung di dalamnya.

Pertama, apa yang Tuhan berikan dan percayakan kepada kita, haruslah digunakan untuk kepentingan-Nya. Di dalam perumpamaan ini kita bisa melihat bahwa ketiga hamba itu menyerahkan baik modal awal maupun labanya kembali kepada majikannya. Tidak ada yang diklaim sebagai milik pribadinya. Jadi semua yang kita miliki sesungguhnya kita terima dari Tuhan dan harus dipakai sesuai kehendak Tuhan.

Kedua, Tuhan memberi kepada kita talenta atau kesanggupan untuk berbuat sesuatu bagi Tuhan sesuai kesanggupan. Artinya Tuhan tahu apa yang bisa dan boleh kita lakikan untukNya. Kenyataan bahwa Tuhan tidak memberi jumlah talenta yang sama tidaklah berarti Tuhan tidak adil. Ia tahu apa yang baik untuk kita dan tidak akan mengembangkan sesuatu yang akhirnya justru mencelakakan kita. Jadi, terimalah dan syukurilah; jangan justru mengeluh dan meninginkan milik orang lain. Ada orang yang tidak puas dengan pemberian Tuhan dan berusaha melakukan hal-hal yang berada di luar kesanggupannya. Bukannya membuahkan berkat, ia malah menimpakan banyak masalah pada dirinya dan orang lain.

Ketiga, Tuhan memuji kedua hamba-Nya, 'Baik dan setia" karena mereka dianggap setia dalam perkara kecil. Sesungguhnya satu talenta merupakan suatu jumlah yang teramat besar untuk dihitung namun sungguh menarik bahwa Tuhan menyebutnya setia dalam "perkara kecil." Di sini kita bisa menyimpulkan bahwa Tuhan melihat hati mereka. Bagi kedua hamba ini, jumlah tidaklah penting; mereka bersikap sama, baik terhadap jumlah besar maupun kecil. Jadi, bagi kedua hamba ini terpenting bukanlah talenta yang dipercayakan, melainkan tuan yang mempercayakannya. Fokus pelayanan bukanlah pada apa yang dipercayakan, melainkan pada siapa yang mempercayakan.

Keempat, Tuhan menuntut sesuai dengan pemberian-Nya. Makin banyak yang dipercayakan, makin besar tugas yang harus dikerjakan. Ada kecenderungan kita bersikap salah kaprah dalam menerapkan kerendahan hati; kita malah menolak kepercayaan karena ingin bersikap merendah. Peganglah prinsip ini: Jika Tuhan memberi kesempatan dan memang kita sanggup melakukannya, lakukanlah. Sebaliknya, bila Tuhan tidak memberi kesempatan, janganlah merebut kesempatan.

Kelima, Tuhan marah kepada hamba yang ketiga ini dan memanggilnya, "Jahat dan malas!" Ia jahat debab ia berpikir jahat terhadap tuannya: ia melemparkan tuduhan bahwa tuannya kejam,"Menuai di mana tuan tidak menabur dan memungut di mana tuan tidak menanam." Tuduhan ini tidak benar sebab bukankah tuannya sudah memberikan modal awal (yang sangat besar itu)? Dan, kita tahu bahwa tuannya hanyalah menuntut laba sebesar pemberiannya. Jadi, dialah yang sebenarnya jahat namun ia menuduh tuannya yang jahat! Ia pun malas sebab ia tidak ingin berbuat apa-apa: dengan kata lain, ia hanya ingin memerik laba tanpa harus bekerja. Dengan kata lain, tuduhan yang ia lontarkan sesungguhnya mencerminkan dirinya sendiri: ia tidak suka menenam namun ingin menuai! Mau berkat tanpa harus berkeringan!

Keenam, kesetiaan lebih penting daripada kesanggupan. "Karena setiap oarng yang mempunyai (kesetiaan) kepadanya akan diberi sehingga ia berkelimpahan." Jika kita setia, maka Tuhan akan terus melimpahkan labih banyak kepercayaan kepada kita. Sebaliknya bila kita tidak setia, pada akhirnya Ia akan menghentikan kepercayaan-Nya ke[ada kita.