Mencari Cinta, Bertemu Duka

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T479A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Jika kita dibesarkan tanpa kecukupan kasih, kita mesti bersikap lebih berhati-hati dalam memilih pasangan hidup. Berikut akan dipaparkan beberapa jenis pria tidak sehat yang kerap dipilih oleh perempuan yang membutuhkan cinta serta beberapa masukan untuk menghindar dari relasi yang mendukakan kita.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Di antara semua relasi, relasi orangtua-anak adalah relasi terpenting. Bukan saja relasi ini menentukan seperti apakah kita, relasi ini juga menentukan seperti apakah relasi kita dengan sesama. Salah satu wilayah dalam kehidupan yang terkena dampak relasi orangtua-anak adalah wilayah cinta. Secara khusus relasi orangtua-anak mewarnai BAGAIMANAKAH kita mencintai dan SIAPAKAH yang kita cintai.

Jika kita mendapatkan pemenuhan kasih dalam relasi dengan orang tua, besar kemungkinan kita akan mencintai secara sehat dan memilih untuk mencintai orang yang sehat pula. Sebaliknya, bila tidak, kita cenderung mencintai secara tidak sehat dan memilih untuk mencintai orang yang tidak sehat pula. Berikut akan dipaparkan beberapa jenis pria tidak sehat yang kerap dipilih oleh perempuan yang membutuhkan cinta:
  • Kita memilih pasangan yang tidak menjalankan fungsinya sebagai suami. Sebagai akibatnya kita terpaksa mengambil-alih tanggung jawabnya. Pasangan tidak berbuat jahat atau merugikan orang, mungkin ia bekerja atau tidak bekerja, namun yang pasti adalah ia bersikap pasif dan tidak mau tahu. Akhirnya kita harus mengurus segalanya, dari soal anak sampai urusan kerja.
  • Kita memilih pasangan yang keras hati dan tidak segan-segan melukai kita. Mungkin ia melukai kita secara emosional—tidak setia dan menjalin relasi di luar nikah dengan orang lain—atau ia melukai kita secara fisik—dalam kemarahan ia memukul kita.
  • Kita memilih pasangan yang menunggangi kita. Tipe ini biasanya tidak mau bekerja sebab ia malas atau memang ia tidak mempunyai kemampuan atau disiplin kerja. Akhirnya kebanyakan ia menganggur dan memanfaatkan kita untuk membiayai kehidupannya.
Sesungguhnya sedikit banyak kita sudah tahu tentang suami kita tetapi kita meneruskan relasi dengannya sampai ke pelaminan. Kita begitu membutuhkan cinta yang diberikannya sehingga akhirnya kita meminimalkan hal-hal buruk yang ada padanya. Kita gagal melihat bahwa suami menempelkan harga yang mahal pada cintanya. Terpenting, kita gagal memahami bahwa sesungguhnya ia tidak mencintai kita. Berikut akan dipaparkan beberapa masukan untuk menghindar dari relasi buruk seperti ini:
  • Berhati-hatilah dengan pria yang senang membicarakan hal-hal besar padahal ia tidak memunyai pekerjaan dan penghasilan sebesar itu. Jangan ragu untuk mengecek apakah memang ia seperti yang ia klaim.
  • Berhati-hatilah dengan pria yang belum apa-apa sudah mau meminjam uang kita untuk memulai usahanya. Atau, mempunyai kebiasaan meminjam uang. Besar kemungkinan kebiasaan ini bertahan sampai pernikahan dan lebih buruk lagi, kebiasaan ini merupakan pertanda adanya masalah yang lebih serius dan lebih besar.
  • Berhati-hatilah dengan pria yang gonta-ganti pekerjaan. Ini dapat merupakan pertanda bahwa ia tidak stabil atau cepat jenuh. Ini pun dapat merupakan pertanda bahwa ia sukar berdisiplin atau tunduk pada orang. Singkat kata, bisa saja ini merupakan sinyal bahwa ia sukar berelasi dengan orang.
  • Berhati-hatilah dengan pria yang mempunyai latar belakang gonta-ganti pacar. Besar kemungkinan ini merupakan pertanda bahwa ia bukanlah orang yang setia dan dapat menjaga komitmen. Juga, ini dapat merupakan pertanda bahwa ia seorang yang masih labil dan cepat bosan. Ia belum tahu dengan pasti siapakah dirinya dan wanita seperti apakah yang diinginkan dan sepadan dengannya.
  • Berhati-hatilah dengan pria yang pemarah, apalagi sering bertengkar bahkan berkelahi dengan orang. Jika ia sampai memukul kita sebelum pernikahan, berhati-hatilah sebab besar kemungkinan kebiasaan buruk ini akan berlanjut. Sifat pemarah juga menutup pintu diskusi dan kompromi, jadi, kita akan mengalami kesukaran berbicara, apalagi bernegosiasi, dengannya.
Nasihat Firman Tuhan Amsal 12:9 mengingatkan, "Lebih baik menjadi orang kecil, tetapi bekerja untuk diri sendiri, daripada berlagak orang besar, tetapi kekurangan makan." Hikmah utama peringatan ini adalah kita harus jujur, bersikap apa adanya, dan tidak menutupi kekurangan, apalagi memberikan kesan keliru tentang diri sendiri. Jika kita dibesarkan tanpa kecukupan kasih, kita mesti bersikap lebih berhati-hati dalam memilih pasangan hidup. Jangan mudah terbuai oleh cinta; bukalah mata dan selidikilah pasangan. Jangan sampai gara-gara mencari cinta, kita malah bertemu luka.