Masalah Anak Setelah Dewasa

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T470A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Hidup tidak lepas dari persoalan. Sewaktu anak kita masih kecil ada persoalannya, dan sewaktu anak kita besar juga ada persoalannya sendiri. Yakub, seorang tokoh Alkitab yang mengalami masalah setelah anak-anaknya dewasa. Sepuluh anak laki-lakinya berkomplot menjual adik mereka, Yusuf, sebagai budak. Yusuf pun harus menderita selama bertahun-tahun sebelum akhirnya dipertemukan kembali dengan ayahnya. Mari kita telisik kehidupannya dan menimba beberapa pelajaran
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan
Hidup tidak lepas dari persoalan. Pada masa anak kecil, ada persoalannya; setelah anak besar, ada persoalannya sendiri. Ada seorang tokoh Alkitab yang mesti menghadapi persoalan hidup yang timbul setelah anak dewasa. Namanya adalah Yakub. Sepuluh anak lelakinya berkomplot untuk, pada awalnya, membunuh adik kecilnya yang bernama Yusuf. Akhirnya mereka tidak jadi membunuhnya; sebagai gantinya mereka menjualnya sebagai budak. Dan, Yusuf pun harus hidup menderita selama bertahun-tahun sebelum akhirnya disatukan kembali dengan ayahnya. Marilah kita telisik kehidupannya dan menimba beberapa pelajaran.
  1. Persoalan yang ditabur pada masa anak kecil akhirnya harus dituai pada masa anak dewasa. Yakub tidak mencintai ibu kesepuluh anak lelakinya, Lea; ia hanya mengasihi ibu kedua putra bungsunya, Rahel. Sayangnya, ia meneruskan ketidak cintaan itu kepada anak-anaknya.Ia memperlakukan baik Yusuf maupun Benyamin berbeda dari kesepuluh putranya yang lain. Alhasil kesepuluh putranya mengembangkan kepahitan dan dendam, yang dilampiaskan kepada si adik kecil. Yusuf, yang tidak tahu apa-apa, menjadi korban. Sebagai orang tua kita wajib untuk membesarkan anak-anak dengan penuh kasih. Kita tidak boleh membeda-bedakan anak, apalagi meninggi-ninggikan anak di depan adik atau kakaknya. Perlakuan khusus yang kita berikan kepada anak berpotensi menimbulkan sakit hati—dan tidak jarang, kebencian—dalam hati anak yang lain. Sedapatnya jangan kaitkan kasih kepada anak, dengan apa yang anak berikan kepada orang tua. Jangan sampai kita melimpahkan kasih dan penghargaan kepada anak yang berprestasi tinggi sedang kepada yang tidak, kita jarang memberinya pujian atau penghargaan. Anak pun memerlukan disiplin. Jika anak besar tanpa disiplin ia akan bertumbuh menjadi seorang manusia yang tidak berdisiplin. Ia sulit mencapai target yang dicanangkannya karena ia tidak mempunyai disiplin yang cukup. Ia pun sukar mengendalikan hasrat hatinya; apa yang diinginkannya mesti diperolehnya. Jika anak bertumbuh tanpa disiplin, ia akan menyusahkan bukan saja dirinya tetapi juga orang di sekitarnya. Itu sebab sebagai orang tua kita tidak boleh ragu mendisiplin anak. Selama dilakukan dalam batas yang wajar, disiplin justru akan menempa karakter anak.
  2. Setelah anak dewasa, anak dapat tega menyakiti hati orang tua. Oleh karena merasa tidak disayang oleh Yakub, kesepuluh putra Yakub tega menyakiti hatinya. Tanpa keraguan sedikit pun mereka menjual Yusuf supaya selama-lamanya Yusuf tidak akan dapat berkumpul kembali dengan ayahnya. Walau mereka tahu tindakan mereka dapat menyakiti hati Yakub, mereka tetap tega melakukannya. Ya, anak dapat tega menyakiti hati kita, orang tuanya. Kendati tahu bahwa tindakan atau keputusannya bisa melukai kita, ia tetap melakukannya. Singkat kata, anak dapat tidak peduli dengan perasaan kita. Yakub mengalaminya dan banyak orang tua telah mengalaminya pula. Sudah tentu kita akan sangat terluka bila ini terjadi, tetapi kita mesti menyadari bahwa sedekat-dekatnya anak dengan kita, setelah dewasa ia akan menjadi pribadi yang terpisah. Sebagai orang tua, kita tidak akan dapat memisahkan diri dari ikatan batiniah dengan anak. Sampai kapan pun, kita adalah orang tua dan ia adalah anak.
  3. Setelah dewasa anak dapat berubah ke arah negatif tetapi ia pun dapat bertumbuh ke arah positif. Untuk suatu masa kesepuluh putra Yusuf bertumbuh ke arah negatif. Mereka dapat bersikap kejam kepada adik sendiri dan bisa begitu tidak peduli dengan perasaan Yakub, ayah mereka. Namun, pada akhirnya mereka berubah ke arah positif. Bahkan sebelum mereka bertemu kembali dengan Yusuf di Mesir, mereka telah berubah. Mereka menyesali perbuatan jahat yang mereka perbuat kepada Yusuf dan mereka sekarang malah menyayangi ayah mereka, Yakub. Diri yang tadinya cepat mengorbankan orang, sekarang menjadi diri yang siap mengorbankan diri sendiri. Sewaktu anak berubah ke arah yang negatif, jangan berhenti berharap dan berdoa. Tuhan belum selesai. Mungkin ia harus mengalami pelbagai pengalaman terlebih dahulu sebelum ia sadar dan berubah ke arah yang positif. Satu hal yang mesti kita camkan adalah, anak boleh berubah, tetapi kita tidak boleh berubah. Kita harus tetap menyayanginya. Sewaktu kita berdiri tegak dan tidak berubah, kita akan menjadi seperti "rumah" yang kokoh bagi anak. Ia akan memiliki keyakinan bahwa ia dapat kembali ke rumah tatkala ia berubah ke arah yang positif.
  4. Apa pun yang terjadi pada anak dan apa pun sikapnya terhadap kita, Tuhan tetap mempunyai rencana atas hidup kita. Pada kenyataannya berkat dan pemeliharaan Tuhan tidak tergantung pada anak. Tuhan dapat mencukupi kebutuhan kita dan rencana-Nya terus bergulir, kendati anak tidak lagi dekat dengan kita atau mengecewakan kita. Di saat Yakub berpikir bahwa hidupnya sudah berakhir setelah ia kehilangan Yusuf, Tuhan membawanya kepada Yusuf. Tuhan memberinya tambahan usia 17 tahun untuk dinikmati bersama Yusuf yang telah menjadi penguasa di Mesir. Kita mesti bersandar padaTuhan, bukan pada anak. Tiang hidup kita bukanlah anak, melainkan Tuhan sendiri. Tuhan pun mempunyai rencana untuk hidup kita — terlepas dari anak. Pemeliharaan Tuhan terus berlanjut dan rencana Tuhan akan terus digenapi di dalam hidup kita, terlepas dari anak. Jadi, tunaikanlah tugas dan kewajiban kita sebagai anak Tuhan. Kita bertanggungjawab kepada Tuhan dan anak pun bertanggungjawab kepada Tuhan. Di dalam Alkitab kita dapat menemukan kisah kehidupan Raja Daud. Ia pun pernah mengalami kesulitan yang besar setelah anak-anaknya dewasa. Putranya sendiri berupaya untuk menggulingkannya. Namun, sebagaimana kita lihat, Tuhan besertanya. Rencana Tuhan terus bergulir dan pemeliharaan Tuhan terus berlanjut, walau anaknya berlaku jahat kepadanya. Mazmur 18:31-32 mengingatkan, "Adapun Allah, jalan-Nya sempurna; janji Tuhan adalah murni; Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung kepada-Nya. Sebab siapakah Allah selain dari Tuhan, dan siapakah gunung batu kecuali Allah kita?"