Komunikasi dalam Pernikahan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T100B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam pernikahan, bahkan dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah denyut pernikahan. Dan setiap orang tentu akan bertanya atau ingin melakukan bagaimana sebenarnya komunikasi yang baik dan benar itu, terutama komunikasi dengan pasangan kita.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Komunikasi sangatlah penting, komunikasi itu saya sebut sebagai denyut pernikahan.
Komunikasi terbagi dalam 2 jenis:

  1. Komunikasi verbal, yakni kata-kata yang kita ucapkan.

  2. Komunikasi non-verbal, yaitu bukan melalui kata-kata yang kita ucapkan tapi kita berkomunikasi melalui bahasa tubuh kita.
    Contoh, kita menunjukkan mimik muka tidak suka sewaktu istri kita mengutarakan pendapatnya, kita belum mengatakan apa-apa terus istri kita sudah melihat perubahan mimik wajah kita. Bahasa non-verbal ini jauh lebih besar atau lebih kuat pengaruhnya di dalam memberi makna komunikasi. Ini lebih mempunyai dampak dibandingkan bahasa verbal. Kita menafsir makna dari yang dikatakan oleh orang sebetulnya bukan berdasarkan ucapannya, kita lebih menafsir berdasarkan bahasa tubuhnya. Bahasa tubuh bisa jadi juga merupakan sikap secara langsung.

Ada satu istilah yang ditemukan oleh para ahli komunikasi yaitu berkomunikasi secara asertif. Bahasa Inggrisnya "assertive" yang muncul dengan arti kata "to assert" itu berarti menyatakan pendapat. Jadi asertif berarti utarakan isi hati dengan tepat dan tidak agresif.

Ada 5 hal tentang komunikasi asertif:

  1. Orang yang berkomunikasi secara asertif adalah orang yang mengutarakan perasaannya. Perasaan memegang peranan yang besar sekali dalam komunikasi. Karena lawan bicara kita ingin tahu perasaan kita saat kita mengutarakan pandangan atau pendapat kita. Orang yang berkomunikasi dengan asertif pertama-tama harus jelas dulu dengan perasaan hatinya dan itu yang dia komunikasikan kepada pasangannya.

  2. Sampaikan permintaan atau harapan kita dengan jelas. Dalam berkomunikasi hindarilah memberi peluang bagi pasangan kita untuk mereka-reka maksud kita, tujuan dan maksudnya harus kita sampaikan dengan jelas. Kalau kita mengharapkan pasangan kita berubah dalam hal tertentu, kita sampaikan dengan jelas, jangan ngomongnya mutar-mutar.

  3. Bagikan pengamatan kita. Jadi waktu kita berbicara apalagi dalam hubungan suami-istri, jangan kita menuduh orang dengan cepat dan hindarkan penggunaan kata-kata kamu-kamu, kamu begini, kamu begitu, jangan! Sebaiknya adalah kita katakan saya merasa kecewa karena ini.......

  4. Silakan atau bersedialah memeriksa ulang pengamatan kita. Yang kita katakan belum tentu dilakukan dengan sengaja oleh pasangan kita. Dan maksud dia melakukan itu mungkin sekali berbeda dari yang kita duga. Bersedialah memeriksa ulang, benar tidak yang saya katakan tadi, betul tidak yang tadi saya amati, betul tidak yang saya lihat.

  5. Jangan gunakan kata-kata yang kasar. Berusahalah sebaik mungkin untuk menguasai diri di dalam kata-kata maupun di dalam bahasa tubuh. Meskipun kita telah melakukan semua yang tadi kita bicarakan, tidak tertutup kemungkinan kita akan bertengkar. Kalau sampai terjadi pertengkaran, jangan gunakan kata-kata yang kasar. Hindarkanlah pemakaian kata-kata seperti itu, dan salah satu saran saya yang harus kita lakukan setelah pertengkaran adalah jangan lupa untuk menyampaikan penghargaan.

Jika di dalam pertengkaran yang diserang justru pribadinya, bukan masalahnya, itu akan membuat luka yang dalam.

Efesus 4:29 , "Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia."

Pakailah kata-kata yang membangun, bukan kata-kata yang kotor. Ini adalah permintaan Tuhan pada kita semua. Supaya orang yang mendengarnya beroleh kasih karunia. Yang kita harus ingat, kita adalah pemberi kasih karunia Tuhan kepada pasangan kita.