Kepercayaan Pada Anak

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T235B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Setiap orang pasti senang menerima hadiah, termasuk anak. Salah satu hadiah yang anak dambakan adalah kepercayaan. Untuk dapat memberi kepercayaan dengan tepat, di sini ada beberapa panduannya.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Setiap orang pasti senang menerima hadiah, termasuk anak. Hadiah atau imbalan positif merupakan cara yang efektif untuk membuat anak terus mengulang perbuatan baiknya. Salah satu hadiah yang anak dambakan adalah kepercayaan. Anak menyambut dengan gembira kepercayaan yang diberikan orangtua. Kepercayaan dapat berbentuk tugas dan kewajiban, seperti pekerjaan sekolah atau tugas di rumah; kepercayaan juga bisa berbentuk memberi anak kesempatan untuk menepati janji atau hidup benar, misalnya pergi keluar dengan teman, dan sebagainya. Untuk dapat memberi kepercayaan dengan tepat, berikut adalah beberapa panduannya.

·Kepercayaan dimulai dengan hal kecil. Jadi, mulailah memberi kepercayaan kepada anak sewaktu ia kecil dengan hal-hal kecil. Bila kita tidak memulainya pada masa ia belia, pastilah kita sulit memberinya kepercayaan sewaktu ia besar dengan hal-hal besar.

·Kepercayaan yang kita berikan anak menciptakan warna positif pada relasi kita dengannya. Juga, kepercayaan ini akan membuatnya memandang diri secara positif pula. Ingat: orang yang merasa dipercaya akan berupaya keras untuk tidak mengecewakan orang yang mempercayainya. Sebaliknya, kekurangpercayaan akan membuat anak patah arang dan tidak bersemangat menyenangkan hati kita. Ia cenderung berkata, "Buat apa mengerjakan dengan sebaik-baiknya; toh, nanti akan selalu ada saja yang dilihat salah!" Juga, ketidak percayaan membuatnya merasa tidak berharga-apalagi bila ia melihat kakaknya justru mendapat kepercayaan.

·Kepercayaan bukan saja membuatnya bertumbuh, kita pun akan turut bertumbuh. Ini hanya akan terjadi bila kita memberanikan diri untuk memberinya kepercayaan untuk melakukan hal-hal yang belum tentu bisa dilakukannya namun-ini yang penting-ia ingin mencobanya. Selama itu tidak membahayakannya, berilah kepercayaan dan izinkanlah ia melakukannya. Jadi, mulailah dengan memberinya kepecayaan untuk melakukan hal-hal yang dapat dilakukannya, kemudian beranjaklah kepada hal-hal yang belum pernah dilakukannya.

·Kepercayaan yang diberikan haruslah sesuai dengan koridor perbuatan yang diperkenankan Allah. Kita tidak boleh memberi anak kepercayaan untuk berbuat dosa. Sebagai contoh, kita boleh menyuruh anak untuk berbohong ke pihak sekolah bahwa ia sakit kemarin padahal sesungguhnya kita pergi bertamasya.

Apa yang harus kita lakukan bila anak mengecewakan kita?

·Beri kesempatan kepadanya untuk menceritakan persoalan itu dari sisinya terlebih dahulu.

·Tentukanlah apakah kegagalan ini merupakan akibat dari situasi yang memang berada di luar jangkauannya atau tidak.

·Pastikanlah apakah ia tengah memanipulasi atau menguji kesungguhan hati kita.

·Lihatlah apakah memang ia sengaja melawan atau memberontak terhadap perintah kita. Jika memang ada unsur kesengajaan untuk melawan, periksalah apakah memang kita memiliki andil di dalamnya. Kadang kita memberinya aturan yang tidak realistik dan inilah yang menjadi penyebabnya. Bila tidak, berilah hukuman kepadanya.

Firman Tuhan:

"Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu". (Amsal 22:6)