Keluarga yang Kokoh

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T202B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Ada pasangan yang makin lama menikah, makin serasi dan bahagia. Apakah yang menjadi kiat keberhasilan pasangan ini? Mereka berjalan di atas kekuatan, bukan kelemahan masing-masing, mereka rajin menunaikan kewajiban masing-masing, mereka memfokuskan pada pertumbuhan, mereka mengutamakan kebersamaan. Mereka mendasari pernikahannya di atas fondasi yang kuat yakni Tuhan.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Ada pasangan yang makin lama menikah, makin serasi dan bahagia. Apakah yang menjadi kiat keberhasilan pasangan ini? Berikut ini akan dipaparkan beberapa kuncinya.

  1. Mereka berjalan di atas kekuatan, bukan kelemahan masing-masing. Mereka tidak buta terhadap kelemahan pasangan namun itu bukanlah fokus utamanya. Mereka sadar bahwa penekanan pada kelemahan tidak berfaedah banyak; mereka maklum bahwa perubahan terjadi justru sewaktu mereka berhenti menyoroti kelemahan pasangan dan mulai memberi pengakuan pada kekuatannya.
  2. Mereka rajin menunaikan kewajiban masing-masing. Mereka menyadari bahwa pernikahan dibangun di atas alas kerajinan dan kerelaan untuk melakukan tanggung jawab masing-masing. Mereka tahu bahwa kemalasan akan merusak pernikahan sebab kemalasan adalah awal hilangnya respek. Mereka pun maklum bahwa hidup tidak mudah dan penuh tuntutan dan bahwa hanya dengan bekerjalah kita dapat memenuhi kebutuhan hidup. Itu sebabnya mereka berusaha keras untuk menunaikan peran dan tanggung jawab baik itu sebagai suami-istri maupun ayah-ibu.
  3. Mereka memfokuskan pada pertumbuhan. Mereka tidak lepas dari konflik atau krisis namun mereka menggunakan konflik sebagai titik balik pertumbuhan. Dengan kata lain mereka belajar dari konflik dan bertekad untuk tidak menyalahkan satu sama lain. Mereka memandang konflik lebih sebagai perbedaan, bukan masalah pada pribadi masing-masing. Pada faktanya memang kebanyakan konflik timbul dari perbedaan, bukan masalah pada kepribadian. Terpenting bagi mereka adalah mereka berhasil belajar untuk tidak mengulang konflik yang sama dan bertumbuh selangkah lebih dewasa sebelum konflik terjadi.
  4. Mereka mengutamakan kebersamaan. Bilamana memungkinkan mereka mencoba untuk menghabiskan waktu bersama dan melakukan kegiatan bersama-sama. Ingat, kebersamaan menciptakan persamaan. Mereka pun dapat membatasi diri dalam pergaulan ataupun pekerjaan dan pelayanan sehingga tetap dapat menjaga kebersamaan. Dengan kata lain mereka memprioritaskan kebersamaan dan berhasil menjaganya dengan baik.
  5. Mereka mendasari pernikahannya di atas fondasi yang kuat yakni Tuhan.
Ada tiga hal yang termaktub dalam kategori ini.
  • Pertama, apa pun yang mereka rasakan atau pikirkan, mereka tetap tunduk pada Tuhan dan kehendak-Nya. Dengan kata lain, mereka takut akan Tuhan dan takut untuk berdosa. Jadi, kendati mereka bersitegang, mereka tetap patuh pada Tuhan dan berusaha keras untuk tidak melakukan atau mengatakan hal-hal yang tidak diperkenankan Tuhan.
  • Kedua, mereka mempercayai pimpinan Tuhan, bukan pertimbangan manusia belaka. Dalam membuat perencanaan hidup, mereka melibatkan Tuhan dan mencari kehendak-Nya, bukan selera pribadi. Jadi, mereka tidak terpaku pada apa yang baik bagi diri sendiri melainkan apa yang baik bagi Tuhan.
  • Ketiga, mereka melihat pernikahan sebagai bagian dari rencana Tuhan yang lebih luas. Mereka berkeyakinan bahwa Tuhan ingin memakai mereka sebagai saluran berkat-Nya dan untuk menggenapi rencana keselamatan-Nya.

Firman Tuhan: "Siapa mengerjakan tanahnya akan kenyang dengan makanan". (Amsal 12:11)