Kebahagiaan Keluarga dan Murah Hati

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T326A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Sesungguhnya ada keterkaitan yang erat antara kebahagiaan rumah tangga dan sikap murah hati. Keluarga yang bahagia adalah keluarga yang murah hati. Tidak ada keluarga yang bahagia bila anggotanya bersikap kikir terhadap satu sama lain. Jadi, bila kita ingin membangun keluarga yang bahagia, bersikaplah murah hati. Bagaimanakah sikap murah hati yang benar ? Kita akan belajar dari Markus 12:41-44 dan kemudian akan kita terapkan di dalam hidup pernikahan. Sikap murah hati berasal dari pernikahan yang lebih mengutamakan hati, lebih mengutamakan iman dan sedikit mengutamakan diri.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan
Sesungguhnya ada keterkaitan yang erat antara kebahagiaan rumah tangga dan sikap murah hati. Keluarga yang bahagia adalah keluarga yang murah hati. Tidak ada keluarga yang bahagia bila anggotanya bersikap kikir terhadap satu sama lain. Jadi, bila kita ingin membangun keluarga yang bahagia, bersikaplah murah hati. Marilah kita belajar murah hati dari Markus 12:41-44. Ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik dari Firman Tuhan ini.
  1. Sebagaimana dapat kita lihat, tidak ada seorang pun yang memaksa si janda miskin ini untuk memberi persembahan kepada Tuhan. Ia memberi dengan sukarela. Hal ini menandakan bahwa ia mendengarkan suara hatinya, bukan suara pikiran atau logikanya. Jika ia mendengarkan suara pikirannya, mustahil ia memberi sebab ia tidak lagi memunyai uang. Logikanya akan menyuruhnya untuk menyimpan uang itu dan menunda untuk memberi persembahan kepada Tuhan. Orang yang murah hati adalah orang yang mendengarkan suara hati, ketimbang suara pikiran.
  2. Si janda miskin memberi dari kekurangannya, bukan kelimpahan. Memberi adalah sebuah tindakan yang mengharuskan kita keluar dari diri sendiri dan masuk ke dalam diri orang yang akan menjadi penerima pemberian kita. Si janda miskin tidak melihat dirinya, melainkan Tuhan yang layak menerima persembahannya. Ia memberi sebab ia tidak memikirkan dirinya lagi. Orang yang memberi adalah orang yang berego kecil; fokus perhatiannya adalah pada orang lain.
  3. Si janda miskin ini memberi semua sisa uangnya. Ia tidak menyisakan apa pun. Ini pertanda ia memertaruhkan hidupnya pada kemurahan hati Tuhan. Ia yakin bahwa Tuhan akan memelihara hidupnya. Orang yang memberi memang adalah orang yang beriman.
Jadi, sikap memberi atau murah hati keluar dari:
  1. lebih banyak HATI,
  2. lebih banyak IMAN, dan
  3. lebih sedikit DIRI SENDIRI.
Nah, sekarang mari kita terapkan pelajaran ini ke dalam pernikahan.
  1. Pernikahan membutuhkan lebih banyak hati. Yang dimaksud dengan hati di sini adalah bagian terlembut pada diri kita. Ini adalah bagian diri kita yang berisikan kasih dan belas kasihan. Nah, lebih seringlah berbuat sesuatu kepada pasangan berdasarkan suara hati.
  2. Pernikahan membutuhkan lebih sedikit diri. Kita mesti memberi perhatian yang lebih besar kepada pasangan kita. Berusahalah sedapat mungkin untuk memenuhi kebutuhannya dan berbuatlah lebih banyak untuk membahagiakannya.
  3. Pernikahan membutuhkan lebih banyak iman. Ada banyak hal yang dapat memicu pertengkaran namun sebagian darinya berasal dari kurangnya iman. Oleh karena kurang beriman kita mengkhawatirkan kondisi keuangan dan mulai mengeluh dan akhirnya menyalahkan pasangan. Oleh karena kurang iman, kita terlalu mencemaskan masa depan anak sehingga terlalu membatasi ruang gerak anak. Itu sebabnya kita mesti lebih beriman, lebih berserah pada Kristus dan kesetiaan-Nya. Makin kita berserah kepada-Nya, makin sedikit tekanan hidup dan makin besar sukacita.
Kesimpulan:
Murah hati berasal dari lebih banyak hati, lebih banyak iman, dan lebih sedikit diri. Inilah resep kebahagiaan pernikahan.

Comments

Setuju banget-Inilah resep kebahagiaan pernikahan yg harus kita praktekkan, trimakasih TELAGA.

Sama-sama. Tuhan berkati...