Filipi 2 untuk Pernikahan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T166A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Ada beberapa hal yang bisa kita timba dari ayat ini dalam relasi suami-istri, yang antara lain satu jiwa yang berarti satu pikiran, satu tujuan, tidak mencari pujian yang sia-sia, rendah hati.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Filipi 2:2 dan 3, "Hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri." Ini bagian yang akan kita coba terapkan dalam relasi usami-istri.

Ada beberapa hal yang bisa kita timba dari ayat ini, yaitu: Pertama, dari kata hendaklah kamu sehati sepikir dalam satu kasih, tujuannya adalah supaya kita sehati sepikir, dalam satu kasih. Kesatuan hanya dapat dimungkinkan bila kita saling mengasihi. Artinya kita tidak akan bosa menjaga kerukunan kalau kasih itu tidak ada di antara kita dan pasangan kita. Salah satu hal yang penting yang perlu kita lakukan untuk kasih itu tetap bertumbuh dalam relasi suami-istri adalah kita harus sering-sering melakukan hal yang menyenangkan hati pasangan. Ini adalah suatu nasihat yang sederhana, yang tradisional tapi tetap mempunyai kebenaran sampai sekarang.

Kedua, satu jiwa yang berarti satu pikiran. Artinya satu cara pikir dan cara pola pikir. Kesatuan hanya dimungkinkan bila kita mempunyai pola pikir serupa. Kalau pola pikir kita berbeda dengan pasangan, itu susah sekali untuk disatukan.

Ketiga, satu tujuan yang artinya mempunyai nilai kehidupan yang sama. Kesatuan suami-istri hanya dimungkinkan bila kita mempunyai nilai kehidupan yang sama. Kalau di dalam firman Tuhan ditekankan bahwa tujuan hidup kita adalah untuk Tuhan, karena kita sudah dibeli oleh Tuhan; kita bukanlah pemilik hidup ini melainkah Tuhanlah yang memiliki hidup kita. Jadi kita mesti memiliki nilai-nilai yang Tuhan juga miliki. Misalnya prinsip genggamlah yang kekal dan lepaskan yang fana. Artinya kita menggenggam yang kekal itu adalah Tuhan dan manusia, kita mengutamakan Tuhan dan manusia di atas yang fana yakni benda. Jadi kalau suami-istri mempunyai nilai hidup yang sama, prinsip hidup yang sama; setidak-tidaknya mereka sudah dipersatukan oleh satu tujuan yang sama bahwa hidup ini untuk Tuhan.

Keempat, tidak mencari pujian yang sia-sia. Artinya kita itu jangan mencari kesempatan untuk berbangga-bangga dan menuntut pasangan kita memberikan pengakuan kepada kita. Kita ingin tatkala kita benar, pasangan kita mengakui, kita ingin dihormati, kita ingin pasangan kita tunduk kepada kita, dan kita ingin menonjolkan diri kita di hadapan pasangan. Firman Tuhan berkata: "Jangan mencari pujian yang sia-sia." Yang penting bukanlah pengakuan bahwa kita benar, yang penting adalah kita melakukan hal yang benar.

Kelima, rendah hati; rendah hati diwujudkan dengan satu tindakan yaitu memperlakukan orang lebih baik daripada kita. Kita menganggap orang lain lebih utama, lebih baik daripada kita dan kita harus memperlakukannya sebagai orang yang lebih baik dari kita.