Menghargai dengan Harga Sebenarnya

Versi printer-friendly

Suatu kali teman saya menyatakan betapa kagetnya dia mengetahui bahwa tanaman yang dia letakkan di halaman rumahnya selama beberapa tahun adalah tanaman yang bernilai jutaan rupiah. Dia sulit mengerti mengapa tanaman yang hanya berupa kumpulan daun, tanpa bunga yang indah atau buah yang lezat dapat bernilai jutaan rupiah. Yang menarik hati saya, bukan alasan mengapa tanaman tersebut berharga tinggi, namun perubahan perlakuan teman saya terhadap tanamannya setelah mengetahui harga tanamannya.

Tadinya tanaman itu hanya diletakkan di halaman depan dengan pot bekas ember cat yang tidak indah dan tidaklah terlalu diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Setelah teman saya tahu berapa harga tanamannya, dia mulai mengganti pot tanamnya dengan pot yang lebih indah, memindahkannya ke halaman belakang agar aman dari pencuri, dan merawatnya dengan sungguh-sungguh. Apa yang dilakukan oleh teman saya ini, saya pikir juga akan kita lakukan. Ketika kita mengetahui bahwa sesuatu yang kita miliki berharga sangat tinggi, maka kita akan memperlakukannya dengan istimewa dan berhati-hati.

Sayangnya, sebagaimana teman saya tadi tidak menyadari harga tanamannya, kita juga sering tidak menyadari berapa nilai sebenarnya dari tubuh kita dan kehidupan kita. Akibatnya kita kurang berhati-hati memperlakukan hidup dan tubuh kita. Kita kurang memperhatikan bagaimana kita merawat tubuh kita dan membangun hidup kita. Banyak orang menggunakan tubuhnya untuk seks secara sembarangan, menyia-nyiakan waktu yang Tuhan berikan, tidak memelihara keluarga dengan hati-hati dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh sebagai sebuah anugerah Tuhan, dan tidak hati-hati dengan kebiasaan hidup kita yang mempengaruhi karakter kita. Padahal semua yang kita lakukan dengan tubuh dan hidup kita adalah persembahan yang bernilai kekal di hadapan Tuhan.

Seks yang diciptakan mulia dan kudus dan layak untuk dihargai, mendapat tempat istimewa dalam pernikahan, dan harus dijaga sungguh-sungguh kekudusannya sekarang diperlakukan dunia sebagai barang yang murahan.

Barang berharga seperti permata dan emas murni, biasanya dijual di tempat-tempat khusus, bahkan ada sertifikat khusus untuk membuktikan keasliannya, dan orang juga memakainya untuk kesempatan-kesempatan yang istimewa. Namun barang yang palsu biasanya berharga murah, mudah didapat di mana saja, dan orang tidak akan sayang memakainya setiap hari meski berisiko mudah rusak, karena jika rusak akan mudah untuk dibeli.

Jika seks adalah berharga, kudus dan mulia di mata Tuhan, sekarang ini dunia memalsukannya dan mengobralnya sebagai barang murahan. Dunia banyak menawarkan kehidupan yang murahan kepada kita, tapi sungguhkan kita mau menukarkan apa yang mulia dan bernilai kekal dengan sesuatu yang murahan?