Pranikah/Pernikahan

Pengampunan Dalam Pernikahan ( I )

“A happy marriage is the union of the two forgivers” artinya pernikahan yang bahagia merupakan kesatuan dari dua orang yang saling mengampuni. Kesalahpahaman atau masalah sepele akan sangat mungkin membuat pasangan terluka secara emosi atau batin, menambahkan amarah bahkan hingga menjadi korban KDRT. Sehingga pengampunan memiliki peranan penting dan vital bagi hubungan suami-istri di dalam pernikahan Kristen. Ada yang mengatakan: mengampuni ialah melupakan. Namun hal yang melukai kita ialah hal yang telah terjadi dan merupakan masa lalu kita, sehingga itu akan terus ada dalam ingatan kita selama kita masih hidup. Apakah ini yang dimaksud mengampuni? Lalu bagaimana dengan pendapat yang mengatakan: ketika kita mengampuni berarti kita harus berekonsiliasi dan ‘menutup mata’ pada batin kita yang telah terluka dan perilaku pasangan yang tidak mau berubah? Jadi apa yang dimaksud Alkitab tentang mengampuni?

Menikah Hanya Untuk Orang Dewasa

Pengertian dewasa merupakan seseorang yang utuh dengan dirinya sendiri secara mental dan emosional, bisa mandiri dan mengelola diri sendiri secara sehat. Sehingga pernikahan menjadi sarana untuk saling memberi sumbangsih yang positif, bukan untuk membuat diri sendiri menjadi utuh.

Terampil Bicara dan Mendengarkan

Seringkali kita mendengarkan orang berbicara, tujuannya: untuk berdebat, mencari-cari kesalahan, mengontrol pembicaraan; pula di dalam pernikahan. Oleh karena itu diperlukan sikap saling rendah hati sehingga kita bisa memahami sudut pandang pasangan kita dan melatih diri untuk terampil bicara dan mendengarkan secara mekanis untuk memahami maksud pasangan dengan lebih teknis dan jelas.

Batasan Sehat Berpacaran

Pacaran yang benar harus mengarah ke pernikahan. Berpacaran memerlukan batasan sehat untuk saling melindungi dari: sakit hati yang tidak perlu, perlakuan yang merendahkan martabat dan nilai, perilaku mendominasi, menguasai, menindas dan ketergantungan.

Pernikahan Dihancurkan Oleh Perpisahan, Bukan Pertengkaran

“Pertengkaran adalah bumbu dalam pernikahan” kalimat ini akan benar jika diakhir pertengkaran terdapat penyelesaian masalah dan masing-masing mengalami pertumbuhan dalam relasi. Namun renggangnya relasi atau bahkan putusnya relasi dengan pasangan akan memicu pertengkaran yang tidak berakhir; bahkan diakhiri dengan perceraian maupun perzinahan. Apa saja penyebabnya?

Pernikahan Dihancurkan Oleh Kejengkelan, Bukan Kebencian

Penggunaan uang, penggunaan waktu dan penggunaan kata oleh pasangan dan ada perbedaan prinsip, maka ‘kerikil-kerikil kecil ini’ yang tidak pernah dibereskan akan berbuah kejengkelan. Dan akhirnya kejengkelan yang berulang-ulang akan menimbulkan kebencian terhadap pasangan.

Pernikahan Dibangun Di Atas Kebaikan, Bukan Kesabaran

Salah satu pondasi pernikahan ialah kesabaran, dan kesabaran membutuhkan penerimaan serta pengertian kepada pasangan yang berbeda dengan kita. Tidak cukup hanya bersabar, dibutuhkan pula kebaikan terhadap pasangan agar kita dapat menolongnya untuk berubah lebih positif dengan penuh kasih dan kesabaran.

Pernikahan Dibangun Di Atas Pertumbuhan, Bukan Hanya Kerukunan

Pernikahan yang rukun-rukun saja bukan berati tanda pernikahan sehat. Namun pertumbuhan setiap anggota keluarga ialah tanda pernikahan yang sehat. Bangunlah pernikahan di atas kebenaran dan kehendak Tuhan agar bertumbuh dan berbuah di kehidupan ini.

Tanda Pernikahan Sehat (II)

Pada sesi kedua Tanda Pernikahan Sehat menurut Tim Gardner ini kita akan membahas tentang komitmen, pengampunan, dan adanya misi pernikahan yang jelas.

Tanda Pernikahan Sehat (I)

Tim Gardner mencetuskan tentang enam tanda pernikahan yang sehat. pada sesi pertama ini kita akan membahas tiga tanda yaitu kesatuan, penerimaan, dan keintiman.

Halaman

Berlangganan RSS - Pranikah/Pernikahan