Mencintai Sampai Mati ( II )

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T559B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Cinta itu tidak bertumbuh dengan sendirinya. Seringkali kita berpikir, cinta itu akan selalu ada dan kita tidak perlu berbuat apa-apa untuk memeliharanya. Kita mesti berbuat sesuatu untuk memelihara cinta; adalah sediakan waktu dan tenaga, saling memberi dan menerima kebutuhan emosional secara melimpah dan adil, serta hiduplah kudus dan benar dengan dipenuhi kasih Allah.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Sekarang marilah kita melihat bagaimana memelihara cinta. Cinta mesti dipelihara; cinta tidak bertumbuh dengan sendirinya. Inilah salah satu ketidakmengertian akan cinta yang sering berakibat buruk pada pernikahan. Berikut akan dipaparkan saran untuk memelihara cinta.


(1) Sediakan Waktu dan Tenaga.
Cinta hanya dapat bertahan dan bertumbuh di dalam kebersamaan. Tidak heran ada begitu banyak pernikahan yang retak akibat perpisahan. Kita pun tahu betapa banyak perselingkuhan yang terjadi akibat perpisahan. Kalaupun tidak sampai terjadi perceraian, acap kali yang menahannya bukanlah cinta melainkan komitmen.


Di dalam bahasa Yunani ada beberapa kata yang digunakan untuk melukiskan cinta; tiga di antaranya adalah eros, fileo, dan agape. Kita tahu bahwa agape adalah cinta yang terluhur; inilah cinta pada puncaknya yaitu mencintai tanpa pamrih. Seperti inilah cinta Allah kepada kita—selalu memberi dan berkorban. Fileo adalah cinta persahabatan; kita cenderung mengasihi orang yang memunyai banyak kesamaan dengan kita dan baik kepada kita. Sedang eros adalah cinta yang dikaitkan dengan cinta kedagingan; cinta yang bermuatan ketertarikan secara fisik, serta keinginan untuk memiliki dan menikmati.


Kadang kita beranggapan bahwa terpenting adalah cinta agape dan bahwa pernikahan hanya boleh diisi oleh cinta agape. Pandangan ini keliru. Sesungguhnya di dalam pernikahan, ketiga cinta ini mesti hadir dan bahwa cinta di dalam pernikahan justru dimulai dan dibangun di atas cinta eros. Kita tidak mungkin tiba pada cinta agape tanpa cinta eros ataupun fileo. Kita mesti memiliki ketertarikan fisik dan keinginan untuk memiliki serta menikmati pasangan sebelum pada akhirnya kita dapat mengasihinya tanpa pamrih.


Kita pun harus memiliki cinta fileo, yakni menjadikan pasangan sebagai sahabat, karena kita menemukan kesamaan dan hal-hal yang baik pada dirinya. Kita senang bersahabat dengannya karena ia sungguh baik dan memerhatikan kita. Nah, di dalam relasi persahabatan seperti inilah barulah cinta agape dapat bertunas; kita mengasihi pasangan yang adalah sahabat kita.


Cinta eros dan fileo menuntut waktu dan tenaga. Mustahil kita dapat menikmati satu sama lain secara fisik bila kita tidak menghabiskan waktu dan tenaga bersama. Dan, mustahil kita bisa menjalin persahabatan jika kita tidak menghabiskan waktu dan tenaga untuk saling mengenal dan mendukung. Di atas eros dan fileo yang dibangun dengan waktu dan tenaga barulah akan muncul agape. Di atas ketertarikan dan kenikmatan cinta, di atas penghargaan dan rasa syukur atas kehadiran sahabat di samping kita, barulah kita memberi dan berkorban tanpa batas.


(2) Tegakkan Kemakmuran dan Keadilan.
Yang saya maksudkan dengan menegakkan kemakmuran adalah memenuhi kebutuhan emosional pasangan secara berlimpah. Kita masuk ke dalam pernikahan membawa kebutuhan kita masing-masing, seperti kebutuhan untuk dikasihi dan diperhatikan, serta kebutuhan untuk merasa diri berharga dan berguna. Nah, bukan saja kita mesti mengakui kebutuhan ini, kita pun mesti menyadari bahwa pasangan pun memunyai kebutuhan ini, dan bahwa kita bertanggung jawab untuk memenuhinya. Tidak ada orang yang bertanggung jawab untuk memenuhinya selain kita sendiri. Pada akhirnya makin kita dicukupkan, makin kita menyayangi pasangan.


Namun, kita tidak boleh berhenti di situ; kita pun harus menegakkan keadilan di dalam pernikahan. Yang saya maksud dengan menegakkan keadilan adalah kita harus bersikap adil kepada pasangan; kita harus memberi selain menerima; kita mesti memerhatikan bukan hanya meminta diperhatikan; kita harus menghargai dan tidak hanya menuntut penghargaan. Singkat kata kita mesti menerapkan perintah Tuhan Kita Yesus yakni apa pun yang kita harapkan orang perbuat kepada kita, itulah yang kita perbuat kepada orang.


Bagaimanapun juga kita adalah kita adalah manusia dan sebagai manusia biasa, kita hanya dapat mencintai di dalam kecukupan dan keadilan. Sekuat-kuatnya kita, bila kita terus memberi dan tidak menerima, pada akhirnya kita akan merasa letih—dan mungkin marah. Kita mungkin merasa diperalat dan disia-siakan. Bila itu terjadi, besar kemungkinan kita akan berhenti mencukupi kebutuhan pasangan dan cinta pun akan surut.


(3) Hiduplah Kudus dan Benar.
Tidak ada orang yang lebih indah dan agung daripada orang yang rohani—orang yang hidup kudus dan benar di hadapan Tuhan, orang yang hidup takut akan Tuhan dan hidupnya penuh dengan kasih Allah. Berhadapan dengan orang seperti itu tidak bisa tidak hati kita bergetar dan takjub, seakan-akan kita berjumpa dengan Allah sendiri. Bayangkan bila orang itu adalah suami atau istri kita sendiri!


Cinta bertumbuh di atas hormat dan kagum, dan tidak ada yang lebih menggugah hormat dan kagum selain dari hidup yang kudus dan benar. Jadi, jika kita menginginkan pasangan untuk menghormati dan mengagumi kita dan akhirnya mencintai kita, hiduplah kudus dan benar di hadapan Tuhan dan manusia. Jadilah orang yang bukan hanya membaca Alkitab tetapi juga menjalankannya. Jadilah orang yang bukan hanya berdoa, tetapi juga hidup di hadirat Allah setiap saat. Jadilah orang yang bukan hanya beriman, tetapi juga berkasihan.


Sewaktu ditanya oleh seorang ahli Taurat, "Guru, hukum manakah yang terutama dalam Hukum Taurat?", Tuhan Yesus menjawab, "Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan, hukum yang kedua yang sama dengan itu ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kita para nabi" (Matius 22:35-40). Tuhan memerintahkan kita untuk mengasihi sesama kita, sudah tentu termaktub dan terutama adalah mengasihi suami dan istri kita. Dan itu dimulai—harus dimulai—dengan mengasihi Tuhan Allah terlebih dahulu.