Pengampunan dalam Pernikahan (II)

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T550B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Vivian Andriani Soesilo
Abstrak: 
“A happy marriage is the union of the two forgivers” artinya pernikahan yang bahagia merupakan kesatuan dari dua orang yang saling mengampuni. Kesalahpahaman atau masalah sepele akan sangat mungkin membuat pasangan terluka secara emosi atau batin, menambahkan amarah bahkan hingga menjadi korban KDRT. Sehingga pengampunan memiliki peranan penting dan vital bagi hubungan suami-istri di dalam pernikahan Kristen. Ada yang mengatakan: mengampuni ialah melupakan. Namun hal yang melukai kita ialah hal yang telah terjadi dan merupakan masa lalu kita, sehingga itu akan terus ada dalam ingatan kita selama kita masih hidup. Apakah ini yang dimaksud mengampuni? Lalu bagaimana dengan pendapat yang mengatakan: ketika kita mengampuni berarti kita harus berekonsiliasi dan ‘menutup mata’ pada batin kita yang telah terluka dan perilaku pasangan yang tidak mau berubah? Jadi apa yang dimaksud Alkitab tentang mengampuni?
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Pada bagian kedua ini, kita akan melihat apa yang Tuhan tunjukkan dan ajarkan kepada manusia tentang pengampunan.

  1. Tuhan sudah mengampuni dosa kita dan tidak lagi mengingat-ingat dosa kita. Seperti yang ditulis di Yeremia 31:24"…demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka." Dan Yesaya 43:25 "Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu."
  2. Meskipun diperlakukan jahat oleh orang lain, jangan membalasnya dengan kejahatan. Seperti yang dialami oleh Yusuf di kitab Kejadian; dibuang oleh saudara-saudaranya, dijual, dijadikan budak, difitnah oleh istri Potifar, dan dimasukkan penjara. Ketika Yusuf menjadi pembesar di Mesir, bisa saja dia membalas dendam kepada orang-orang yang pernah berbuat jahat ke dia, namun dia malah menyelamatkan mereka di Kejadian 50:17-20.
  3. Ampunilah orang yang berbuat jahat agar Bapa di surga mau mengampuni kesalahan-kesalahan kita sendiri. Di Markus 9:25, dituliskan "Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu."
  4. Kita mengampuni karena Kristus sudah mati bagi kita semua, oleh karena itu di Efesus 4:32 "Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu."
  5. Allah Bapa tidak mengampuni kesalahan kita jika kita tidak mengampuni. Di Matius 18:35 dikatakan, "Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."
  6. Sebagai manusia baru di dalam KristusYesuskita harus terus belajar untuk mengampuni; di Matius 18:21-22 dan Lukas 17:3-4.Yesus memberikan jawabannya ketika Petrus bertanya berapa kali harus mengampuni sesamanya.Manusia baru yang telah diperdamaikan dengan Allah melalui Kristus, akan membawa manusia lain untuk berbalik kembali kepada Allah dan berdamai dengan-Nya seperti tertulis di 2 Korintus 5:17-19.

Terdapat 2 macam pengampunan, yaitu: keputusan pengampunan dan pengampunan secara emosi. Keputusan mengampuni dilakukan karena keputusan untuk mau hidup seperti Allah yang mau mengampuni manusia dan keputusan untuk mau melepaskan perasaan-perasaan negatif yang berkecamuk sebagai korban.Sedangkan pengampunan secara emosi lebih sulit dan lama sebab mengubah hal-hal negatif (marah, kebencian, dendam dsb.) menjadi hal-hal yang positif yaitu kasih; dimana penjelasan kasih seperti yang tertulis di 1 Korintus 13:4-8b. Kadang-kadang perasaan negatif itu muncul, tapi tidak mendominasi kita, lalu seolah membingungkan kita; apakah kita sudah sungguh-sungguh mengampuni padahal keputusan untuk mengampuni itu sudah dilakukan. Mengubah hal-hal negatif ini menjadi positif itu hanyalah anugerah Tuhan saja, oleh karena itu mintalah itu kepada Tuhan di dalam doa.

Langkah-langkah pengampunan yang disingkat dalam kata R.E.A.C.H oleh Everett L. Worthington, Jr. – merupakan kepanjangan dari Recall (mengingat kembali), Empathise (berempati), Accept (penerimaan), Commit (penyerahan), dan Hold (mempertahankan); ini dibedakan kedalam 2 bagian sudut pandang yaitu:

  1. sudut pandang bagaimana Allah melihat kita dan hubungan kita dengan Tuhan,
  2. sudut pandang bagaimana kita melihat pasangan dan hubungan kita dengan dia.

  1. Recall atau ‘mengingat kembali’.
    1. Sudut pandang Allah terhadap manusia: kita mengingat kembali Allah yang mengasihi kita dengan setia dan bahkan saat kita masih berdosa, Dia mau mengampuni dosa kita ketika kita berbalik kepada-Nya.
    2. Sudut pandang relasi kita terhadap pasangan kita: kita mengingat kembali hal-hal yang menyakitkan diri kita dan membuka diri untuk melihat sudut pandang pasangan; mengapa pasangan melakukan hal tersebut dan apa yang melatarbelakangi itu.
  2. Empathise atau ‘berempati’.
    1. Sudut pandang Allah terhadap manusia: kita melihat diri kita sendiri dari sudut pandang Allah; bagaimana Allah menyatakan kasih-Nya ke kita dan memperlakukan kita. Meskipun kita menyakiti Allah berulang kali namun tetap Dia mengasihani kita dan menyelamatkan kita.
    2. Sudut pandang relasi kita terhadap pasangan kita : kita harus berempati terhadap orang yang sudah menyakiti kita, mencoba mengerti apa yang terjadi dalam dirinya, apa yang menyebabkan dirinya menyakiti kita. Kita harus berusaha mengubah hati kita yang tidak mau mengampuni menjadi hati yang berempati, hati yang berbelaskasihan, hati yang mau mengasihi orang yang menyakiti kita.
  3. Accept atau ‘penerimaan’.
    1. Sudut pandang Allah terhadap manusia: kita menerima pengorbananYesus di atas kayu salib yang tanpa pamrih dan penuh kasih mengampuni dosa kita.
    2. Sudut pandang relasi kita terhadap pasangan kita: karena sudah menerima anugerah keselamatan dan pengampunan dari Bapa, maka kita mengampuni pasangan kita dan memanjatkan doa berkat bagi dia.
  4. Commit atau ‘penyerahan’.
    1. Sudut pandang Allah terhadap manusia: kita menyerahkan diri kita kepada Allah yang kita sembah yang Mahakuasa dan Mahatahu.
    2. Sudut pandang relasi kita terhadap pasangan kita: kita menyerahkan diri kita kepada pengampunan yang telah kita putuskan. Mendokumentasikan pengalaman pengampunan ini agar kita senantiasa ingat bahwa kita sudah mengampuni pasangan.
  5. Hold atau ‘bertahan’.
    1. Sudut pandang Allah terhadap manusia: meskipun terkadang perasaan berkecamuk dan merasa sulit mengampuni, kita harus bertahan memegang janji Allah dan janji Kristus; Dia mengampuni kita.
    2. Sudut pandang relasi kita terhadap pasangan kita: ketika keputusan untuk mengampuni pasangan sudah dibuat maka kita harus tetap memegang keputusan kita ini, bahkan ketika kadang-kadang perasaan berkecamuk itu datang kembali.