Pranikah/Pernikahan

Hidup bersama dalam pernikahan menuntut adanya perubahan dan penyesuaian diri. Karena itulah diperlukan suatu karakteristik yang disebut fleksibel, artinya dua-dua harus sanggup mengubah diri agar sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pasangan.

Anak-anak menyerap banyak hal dari orang tua ketika mereka memilih jodoh. Kalau seorang pria menyukai sikap-sikap mamanya dia akan cenderung mencari wanita yang menyerupai mamanya. Demikian juga dengan wanita, kalau dia menghormati sifat-sifat ayahnya dia juga cenderung untuk mencari pria atau mendekati pria yang menyerupai ayahnya. Namun lebih dari semua itu ada prinsip-prinsip yang perlu dijadikan pedoman dalam memilih pasangan hidup, dan materi ini akan menyajikan prinsip-prinsip tersebut.

Ada beberapa hal yang bisa kita timba dari ayat ini dalam relasi suami-istri, yang antara lain satu jiwa yang berarti satu pikiran, satu tujuan, tidak mencari pujian yang sia-sia, rendah hati.

Salah satu arti atau implikasi dari kesepadanan untuk kita anak-anak Tuhan adalah seiman. Jadi nilai kepercayaan siapa yang kita percaya itu mutlak harus sama. Kesepadanan adalah kecocokan karakter dan gaya hidup yang bisa kita terima menjadi bagian dari hidup kita. Di mana karakter dan gaya hidup itu menjadikan kita orang yang lebih baik.

Kompromi adalah sesuatu yang mutlak dalam pernikahan, kalau tidak ada kompromi akan banyak masalah yang tidak akan selesai. Ada orang-orang di dalam pergaulan bisa berkompromi dengan baik, tapi tatkala menikah tidak terlalu mampu untuk berkompromi dengan pasangannya sendiri.

Pertemuan antara suami dan istri adalah suatu hal yang penuh dengan keunikan. Tidak ada yang terjadi di luar kehendak Tuhan. Demikian juga pertemuan kita dengan calon pasangan kita adalah dalam rencana dan kehendak Tuhan.

Kesepadanan tidak bisa hanya diukur dari segi kwantitas berapa banyak, yang paling penting adalah kwalitas kecocokan itu. Di dalamnya ada suatu penghargaan terhadap keunikan masing-masing pasangan, adanya rasa dimengerti antara satu dengan yang lain tidak merasa dihakimi dan juga adanya upaya atau niat untuk menyesuaikan diri, bukan memasabodohkan pasangan serta adanya suatu pertumbuhan pribadi ke arah yang lebih positif.

Badai dapat menerpa siapa pun, termasuk pengikut Kristus! Badai datang sekonyong-konyong, silih berganti! Ada 5 tuntunan untuk menghadapi badai yang dibahas dalam bagian ini.

Relasi suami istri termaktub dalam bagaimana kita memperlakukan orang lain dengan cara Tuhan atau sesuai dengan kehendak Tuhan. Tuhan minta istri untuk taat, tunduk ini konsep yang penting sekali dalam rumah tangga.

Halaman