Pola Pendidikan Anak dalam Keluarga Kristen
Pola pendidikan anak di tengah-tengah keluarga tidak cukup hanya dengan perkataan atau ucapan tetapi orangtua harus terlebih dahulu memberikan teladan kepada putra-putrinya.
Pola pendidikan anak di tengah-tengah keluarga tidak cukup hanya dengan perkataan atau ucapan tetapi orangtua harus terlebih dahulu memberikan teladan kepada putra-putrinya.
Ada anak yang tidak mau belajar dan malah membenamkan diri dalam kegiatan lain yang lebih bersifat kesenangan. Ia tidak memiliki semangat belajar dan tidak peduli dengan sanksi yang diterimanya baik dari orangtua atau sekolah. Apakah yang terjadi pada anak ini? Pada dasarnya anak ini lari dari kenyataan. Disini akan dipaparkan apa yang menjadi alasan dan bagaimana cara mencegahnya.
Sejak kecil anak memang perlu dikenalkan tentang uang, karena ini akan melatih anak di dalam menggunakan uang dengan cara yang baik. Mengenai cara dan bagaimana seharusnya kita sebagai orangtua memperkenalkannya, materi ini yang akan menjelaskannya.
Lingkungan yang baik dan pelajaran agama yang cukup tidak dengan sendirinya menjamin anak-anak akan tumbuh dewasa dan menjadi baik. Tetap diperlukan kepekaan dan kesungguhan orang tua dalam membimbing dan memimpin anak-anaknya.Kehidupan imam Eli menjadi pelajaran bukan hanya bagi hamba-hamba Tuhan tetapi juga sebagai orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
Dalam materi ini dijelaskan bahwa anak yang membangkang tidak tergantung pada usia berapakah hal itu terjadi, akan tetapi yang perlu diperhatikan adalah dalam hal ini orangtua yang perlu mengoreksi diri kenapa anak tidak mau menurut. Dan mengarahkan anak tanpa menghancurkannya. Namun sifat membangkang juga karena adanya sifat genetic atau bawaan.
Salah satu sumber frustrasi orangtua dalam mengajar anak adalah kesulitan anak untuk mengingat pelajaran. Apa yang telah dipelajari malam itu, tiba-tiba hilang tidak berbekas tatkala ulangan keesokan harinya. Apakah yang terjadi dengan memorinya? Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama kita harus mengenal cara kerja memori.
Tanggung jawab sebenarnya lebih dari sekadar tugas, tanggung jawab diawali dan muncul dari kepercayaan. Yang perlu ditanamkan pada anak-anak yang terutama adalah kepercayaan. Dan rasa percaya sebetulnya adalah langkah pertama menanamkan tanggung jawab pada anak.
Sifat kompetitif adalah keinginan yang kuat untuk menjadi nomor satu dan disertai reaksi keras terhadap kekalahan. Banyak ciri yang harus kita ketahui untuk membedakan anak yang kompetitif dan produktif. Tugas orangtua bukannya mengikis habis sifat kompetitif, melainkan membentuk dan mengarahkannya menjadi produktif.
Fantasi adalah hal yang normal terjadi pada diri anak-anak terutama pada anak yang masih balita. Tetapi anak juga harus ada keseimbangan antara bermain sendiri dalam fantasi dan bermain dengan anak-anak lain.
Banyak guru atau orangtua mulai bertanya-tanya kenapa anaknya sulit belajar. Untuk mengetahuinya kita perlu mengerti beberapa tipe kesulitan belajar yaitu: Kesulitan dalam membaca (dyslexia), Kesulitan dalam menulis (dysgraphia), Kesulitan dalam aritmatika (dyscalcula).