Konflik dalam Keluarga 2

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T003A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Pertengkaran itu terjadi karena adanya perbedaan gaya hidup. Gaya hidup sendiri tidak selalu berarti benar atau salah, baik atau buruk. Sewaktu hidup dalam satu keluarga pasangan ini harus bisa menyesuaikan diri.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Konflik sering kali muncul karena perbedaan gaya hidup. Gaya hidup adalah kebiasaan-kebiasaan tentang bagaimanakah kita mengatur hidup kita, menjalankan hidup kita, memenuhi keperluan-keperluan kita, cara-cara yang kita gunakan untuk mendapatkan yang kita inginkan.

Penyebab kita tidak mudah untuk mengubah gaya hidup yaitu:

  1. Karena gaya hidup sudah melekat pada diri kita selama bertahun-tahun.

  2. Karena kita sebetulnya mempunyai keangkuhan, keangkuhan kitalah yang melarang kita untuk menyesuaikan diri dengan pasangan kita.

Sementara kita tidak bersedia untuk dituduh memiliki gaya hidup yang salah atau yang tidak sehat, nah kedua hal inilah yang sering kali menjadi kendala terbesar bagi kita untuk berubah menyesuaikan diri dengan pasangan kita.

Hal-hal yang seharusnya dilakukan dalam penyelesaian konflik:

  1. Dialog, artinya tidak mendiamkan pasangan kita. Tanpa adanya dialog mustahil bagi kita untuk dapat menyelesaikan konflik. Dengan adanya dialog setidak-tidaknya kemungkinan terjadinya penyelesaian akan lebih besar dibandingkan dengan kalau tidak ada dialog sama sekali.

    Beberapa kondisi yang memperbolehkan untuk kita berdiam diri yaitu:

    1. Tatkala memang kita harus mendengarkan apa yang pasangan kita sedang katakan. Amsal 18:13, "Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar itulah kebodohan dan kecelaannya, betapa tepatnya hikmat sorgawi itu." Berdiam diri memang diperlukan supaya kita dapat mendengar dengan baik namun tidak berarti terus berdiam diri tanpa memberi jawaban apapun.

    2. Diperlukan pada saat pasangan kita sangat emosional. Hal ini dilakukan agar kita bisa mendengarkan pasangan kita dengan penuh perhatian. Kita juga mesti menyadari bahwa jawaban kita hanyalah akan mengobarkan api kemarahannya. Amsal 15:1,"Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman." Nah berdiam diri di sini sifatnya hanyalah sementara, semata-mata hanya untuk meredakan kegeramannya. Setelah emosi mereka menurun sangatlah penting bagi kita mendekati mereka dan dengan lemah lembut mengajak mereka berbicara serta menanggapi mereka.

    3. Mutlak diperlukan apabila kita telah berbuat kesalahan dan telah melukai hati pasangan kita. Setelah menceritakan dan mengakui kesalahan kita serta meminta maaf selayaknyalah kita berdiam diri dan tidak memberi dalih atau membela diri. Membela diri tidak akan membantu pasangan kita memaafkan kita, karena tindakan ini memberi kesan bahwa kita belum sungguh-sungguh menyesali perbuatan kita.

  2. Hal kedua yang dapat dilakukan adalah tidak seenaknya menuangkan perasaan kita kepada pasangan kita. Artinya kita boleh mengeluarkan unek-unek dan menciptakan dialog bukan berarti menimbuni pasangan kita dengan omelan, kemarahan. Ibaratnya kita mengambil tong sampah lalu menuangkan isi tong sampah di atas kepala pasangan kita.