Kerikil dalam Mengasihi Istri

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T299B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Sebagaimana kita ketahui Tuhan mengharuskan suami untuk mengasihi istri. Lewat perintah ini dapat ditafsirkan bahwa kasih merupakan kebutuhan perempuan yang hakiki dan bahwa mengasihi istri merupakan titik lemah pria. Apa pun alasan yang melatarbelakangi pemberian perintah ini, yang pasti adalah Tuhan telah memberi perintah dan kita harus menaati-Nya. Di sini akan bahas beberapa penyebab mengapa suami kesulitan dalam mengasihi istri dan juga akan dibahas bagaimana cara kita mengasihi istri kita secara praktis.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Sebagaimana kita ketahui Tuhan mengharuskan suami untuk mengasihi istri. Lewat perintah ini dapat ditafsirkan bahwa kasih merupakan kebutuhan perempuan yang hakiki dan bahwa mengasihi istri merupakan titik lemah pria. Apa pun alasan yang melatar belakangi pemberian perintah ini, yang pasti adalah Tuhan telah memberi perintah dan kita harus menaati-Nya. Masalahnya adalah tidaklah selalu mudah untuk mengasihi istri dan berikut akan dibahas beberapa penyebabnya.

  • Mengasihi melibatkan perasaan dan sebagaimana kita tahu, perasaan tidak selalu stabil dan sama. Itu sebabnya adakalanya kita mengalami kesukaran untuk mengasihi sebab perasaan kasih tidak selalu hadir dalam hati kita dengan intensitas yang sama kuatnya hari lepas hari. Walaupun mengasihi mengandung unsur perasaan, namun kita tidak boleh mendasarinya atas perasaan. Coba lihat resep Firman Tuhan akan mengasihi yang terurai dengan begitu indahnya di 1 Korintus 13:4-7. Nah, sewaktu kita melihat penjabaran ini, dengan cepat kita dapat menyimpulkan bahwa kasih jauh melampaui rana perasaan sebab bukankah sabar, murah hati, tidak cemburu dan lainnya merupakan sebuah sikap-sesuatu yang harus dipilih dan ditindaklanjuti. Jadi, daripada berkutat pada mengasihi, fokuskanlah pada menjadi sabar, menjadi murah hati, dan sebagainya. Sebab, semua ini adalah sikap dan tindakan yang menciptakan kasih sekaligus menjadi buah nyata kasih itu.
  • Kerikil kedua dalam mengasihi istri adalah kebergantungan kita pada perbuatan. Sering kali kita menjadikan kasih sebagai reaksi atau imbalan terhadap apa yang istri perbuat bagi kita. Kita mengharapkan istri untuk melakukan hal-hal tertentu dan sewaktu ia melakukannya, hati menjadi senang dan kita pun berlaku baik kepadanya. Kita memanggil respons ini, kasih. Firman Tuhan di Roma 3:23-24 menjelaskan bahwa kasih karunia Allah diberikan kepada kita-orang yang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Dengan kata lain, sewaktu kita datang kepada Kristus, sesungguhnya tidak ada satu pun hal baik yang dapat kita bawa kepada-Nya sebagai persembahan. Kita semua orang berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Namun kasih karunia Allah diberikan kepada kita. Dari sini dapat kita lihat bahwa kasih diberikan tanpa melihat perbuatan. Itu sebabnya kita pun tidak boleh membiarkan perbuatan istri mendikte kasih kita kepadanya. Tetaplah fokus pada mengasihinya-bersikap sabar, murah hati, tidak mencari keuntungan sendiri, dan sebagainya-terlepas dari perbuatannya. Oleh karena Tuhan mengasihi kita maka akhirnya kita pun belajar mengasihi Tuhan. Berdoalah agar istri kembali mengasihi kita dan melakukan perbuatan yang menyenangkan hati kita setelah-bukan sebelum kita mengasihinya.
  • Terakhir kerikil lain dalam mengasihi istri adalah kita terlalu mudah berputar haluan. Sebagai laki-laki, kita memang mudah tertarik kepada wanita lain yang lebih menarik atau sama menariknya dengan istri sendiri. Nah, pada waktu kita memberi perhatian kepada wanita lain, tidak bisa tidak, kasih kita kepada istri pastilah berkurang dan akhirnya lenyap. Pada dasarnya kita para pria memang mudah tergugah oleh petualangan-melakukan sesuatu yang baru dan mendasarkan kesenangan pada hal yang baru. Kebanyakan kita para laki-laki mudah bosan, mudah terpikat oleh kecantikan dan mudah terangsang oleh penampilan sensual. Alhasil kita rawan menoleh pada wanita lain dan akhirnya cepat meninggalkan kasih semula. Mulai dari masa Musa sampai pada masa para nabi, bani Israel selalu jatuh pada kesalahan yang sama yaitu meninggalkan Tuhan dan menyembah ilah lain, sebagaimana disarikan pada Yeremia 2:32. Mengapakah mereka begitu cepat dan begitu sering meninggalkan Tuhan Allah? Alasannya sederhana, sebab mereka tertarik pada ilah lain yang disembah bangsa-bangsa lain. Mereka berpikir bahwa ilah lain lebih dapat memberi mereka berkat dan perlindungan, serta lebih dapat memberi mereka kebebasan dan kebahagiaan. Begitu juga dengan kita, terutama para laki-laki. Kita pun lebih cepat menoleh kepada wanita lain karena kita beranggapan bahwa wanita lain lebih cantik daripada istri sendiri, lebih dapat memberi kita berkat dan kebahagiaan. Itu sebabnya kita harus mawas diri. Kita harus menolak godaan untuk menghampiri dan membuat relasi intim dengan wanita lain. Kita mesti menggali relasi dengan istri sendiri, sehingga dari relasi inilah keluar mata air berkat dan kepuasan.