Menyeimbangkan Hormat dan Kasih 1

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T596A
Nara Sumber: 
Ev. Heman Elia
Abstrak: 
Dalam mendidik anak perlu menyeimbangkan antara kelembutan dan kekerasan, diharapkan anak tumbuh jadi dewasa dengan sifat-sifat yang lebih seimbang dan lebih baik, keseimbangan dalam diri anak untuk menghormati sekaligus mengasihi orang lain
Audio
MP3: 
Play Audio: 


Ringkasan

dpo. Ev. Heman Elia, M.Psi.

Salah satu hal yang tidak mudah ketika menghadapi anak-anak adalah melakukan tindakan mendisiplin. Terlalu lunak bisa membuat anak tidak terbiasa dengan peraturan dan ketertiban. Mereka bisa semaunya dengan kelakuan kekanak-kanakan mereka. Namun terlalu keras pun bisa menimbulkan trauma.

Ini adalah salah satu persoalan yang tidak mudah bagi orang tua. Tidak mudah menyeimbangkan antara lunak dan keras dalam mendidik anak. Ada orang tua yang terlalu takut menyakiti anaknya. Akibatnya, orang tua tampak terlalu membiarkan. Tidak mampu bersikap tegas meskipun anak melakukan pelanggaran. Paling-paling orang tua hanya berkata lembut untuk mengatakan "tidak boleh" atau "jangan." Sebaliknya, ada yang keras menghadapi anak. Seolah anak tidak akan jadi baik kalau diperlakukan lembut. Mungkin di antara orang tua demikian ada yang menganggap keras itu tegas, padahal tegas itu tidak selalu berarti harus keras. Jadi, bisa terjadi berat sebelah ketika mendidik anak. Ada yang terlalu lunak, ada yang terlalu keras. Seharusnya orang tua dapat memainkan dua sisi keras dan lembut ini sesuai konteks perilaku anak.

Apa akibatnya kalau orangtua terlalu lunak?

Terlalu lunak bisa membuat anak tidak taat. Sifat manusia sejak kecil adalah ingin mencari enaknya sendiri. Karena adanya kecenderungan ini, anak akan mencari hal yang enak dan menyenangkan dirinya. Akibatnya, anak tidak terbiasa untuk hidup di dalam peraturan. Masalah akan muncul ketika dia berelasi dengan orang lain, terutama di luar rumah. Karena dia akan berhadapan dengan berbagai macam aturan, dengan hak dan kewajiban yang dia harus penuhi. Anak juga tidak terbiasa mengalahkan sifat egois dan mementingkan diri. Anak lalu berpotensi dijauhi, bahkan dimusuhi oleh teman-teman dan orang lain. Orang tua yang terlalu lunak juga berpotensi membuat anaknya menjadi manja atau manipulatif. Bahkan mungkin juga suka memberontak. Itu sebabnya anak perlu diajarkan dan dilatih untuk taat. Dan untuk membuat anak taat, diperlukan sedikit penderitaan yang pas buat anak. Artinya, anak perlu dipaksa untuk taat. Ketika dia sudah terbiasa dan terlatih untuk menyesuaikan diri dengan peraturan dan orang lain, dia tidak perlu terlalu dipaksa lagi. Anak tahu dan bisa hidup dalam batas peraturan, dapat membedakan baik dan buruk dan hidup sesuai dengan aturan yang baik.

Apa akibatnya kalau orangtua terlalu keras?

Anak tidak belajar untuk menyadari kebaikan dari aturan. Jadi, anak taat lebih karena rasa takut, bukan terutama oleh keinginannya sendiri untuk mengikuti aturan. Di hadapan orang tua mungkin dia taat, tetapi di tempat lain dia mungkin berkelakuan berbeda. Selain itu, kalau orang tua didominasi oleh kekerasan dalam mendidik anak, beberapa anak lalu mengembangkan potensinya sebagai pemberontak. Mereka tidak suka diatur dan diperintah, sebab disiplin bagi mereka lebih seperti tekanan dari pihak otoritas yang tidak mereka sukai. Jadi ketika mereka punya kekuatan dan berdaya, mereka bisa melawan orang tua atau pihak otoritas lainnya, termasuk guru, pimpinan dan sebagainya. Perlawanan anak ketika mereka remaja ini terutama terjadi kalau mereka menghadapi orang tua yang sering menghukum anak secara tidak konsisten dan tanpa pertimbangan akal sehat. Kemungkinan lain adalah bahwa anak terlalu takut berbuat salah. Jadi, kalau dia melakukan kesalahan, mungkin dia akan menyangkal mati-matian. Atau anak tidak mau mengaku kesalahan. Karena takut berbuat salah, ada kemungkinan anak-anak ini menjadi anak yang tidak kreatif. Juga cenderung bergantung kepada orang lain. Mereka bertumbuh menjadi pribadi yang tidak berani bertindak kalau tidak ada perintah yang langsung dan jelas kepada mereka. Mereka juga kemungkinan tidak berani mengoreksi otoritas meskipun otoritas jelas-jelas salah, misalnya.

Apakah efek yang diharapkan kalau orang tua bisa seimbang antara lunak dan tegas?

Kalau orang tua bertindak seimbang dalam mendidik anak, anak diharapkan mampu memahami, belajar menghargai, sekaligus menghormati dan menaati peraturan. Di lain pihak, karena orang tua juga bersikap lembut dalam kebanyakan waktu, maka anak juga akan belajar bersikap lembut kepada orang lain. Selain itu, anak bisa dekat kepada otoritas di luar keluarga, sekaligus menghormati mereka sebagai pemegang otoritas. Anak juga dapat mengembangkan sikap yang dewasa. Ia tidak mudah terprovokasi untuk melawan otoritas. Sebaliknya, tidak pula takut sehingga anak tidak berani mengambil keputusan dan menyatakan pendapat pribadi. Ia tidak mudah marah atau tersinggung. Anak juga bisa tegas memegang prinsip. Di pihak lain, ia siap memaafkan ketika orang lain berbuat salah. Diharapkan, anak juga dapat menjadi pemimpin yang bijak kelak kemudian hari.

Matius 19:19, "Hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri".