Hidup yang Rohani dan Pemberontakan Anak

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T296B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Meski kita tertarik pada hal-hal yang bersifat rohani namun belum tentu kita berminat untuk hidup secara rohani. Alasannya sederhana: Hidup secara rohani mengharuskan kita untuk menanggalkan hidup dari kendali di tangan kita. Salah satu masalah yang kerap muncul di tengah keluarga dewasa ini adalah pemberontakan anak terhadap kehidupan rohani yang dituntut darinya. Untuk itu sebagai orang tua kita harus berhati-hati dalam menangani masalah pemberontakan anak mengenai masalah kerohanian. Hal apa saja yang bisa kita perbuat?
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Meski kita tertarik pada hal-hal yang bersifat rohani namun belum tentu kita berminat untuk hidup secara rohani. Alasannya sederhana: Hidup secara rohani mengharuskan kita untuk menanggalkan hidup dari kendali di tangan kita. Salah satu masalah yang kerap muncul di tengah keluarga dewasa ini adalah pemberontakan anak terhadap kehidupan rohani yang dituntut darinya.

Kerap kali orang tua bertanya-tanya, mengapakah anak yang tadinya rajin ke gereja dan membaca Firman Tuhan serta giat terlibat dalam kegiatan pelayanan tiba-tiba sekarang tidak lagi menunjukkan minat yang sama. Sedikitnya ada dua penjelasan tentang fenomena ini.

  • Tatkala kecil anak tidak memberontak bukan karena ia sudah menerima tantangan untuk hidup secara rohani. Sesungguhnya ia tidak memberontak sebab pada masa kecil ia belum memunyai pemikiran yang canggih untuk memutuskan apakah ini adalah sesuatu yang ingin atau tidak ingin dilakukannya.
  • Juga, pada masa kecil anak harus mengikuti kehendak orang tua dan segala jenis pemberontakan pada masa ini tentulah dapat dipadamkan dengan relatif mudah.

Sekarang secara lebih mendalam marilah kita melihat mengapakah anak memberontak terhadap kehidupan rohani.

Pertama, anak memberontak sebab ia tidak siap untuk hidup rohani-sesuai tuntutan Tuhan sebagaimana tertera di dalam Firman-Nya. Usia belia adalah tanah subur untuk tumbuhnya Firman; jadi, sudah seyogianya anak diajak untuk mengenal Tuhan lewat cerita serta mulai mempraktekkan disiplin rohani seperti berdoa dan membaca Firman Tuhan.

Memasuki usia remaja dan akhirnya dewasa awal, anak barulah menghadapi lebih banyak tantangan dan godaan. Pada saat itu Firman Tuhan mulailah bertabrakan dengan keinginan-keinginan yang muncul dari dalam daging dan pada titik ini anak harus mengambil keputusan-menuruti kehendak sendiri atau mengikuti kehendak Tuhan.

Cara Penanganan
  • Sebagai orang tua kita harus mendampingi anak dengan kasih dan mengedepankan penerimaan, bukan penghakiman.
  • Kita mengajak anak untuk melanjutkan pergumulan, bukan menghentikan pergumulan. Ajaklah dia untuk terus datang kepada Tuhan kendati kita belum dapat membawa persembahan yang kudus. Berilah pengertian kepadanya bahwa kadang kita datang kepada Tuhan membawa persembahan kudus, namun adakalanya kita datang kepada Tuhan membawa persembahan ampun-mengakui dosa dan memohon pengampunan-Nya. Ingatkan akan janji Tuhan di 1 Yohanes 1: 8-10.

Kedua, anak memberontak sebab ia tidak menerima begitu saja apa yang dikatakan oleh Firman Tuhan. Pada usia remaja anak pun sudah memiliki kemampuan berpikir yang hampir mencapai bentuk finalnya. Sebagai akibatnya anak mulai memertanyakan apa yang diketahui dan diterimanya. Makin canggih dan ilmiah corak pemikirannya, makin berat tantangan yang harus dihadapinya untuk menerima bagian dari Firman Tuhan yang sulit dicerna nalar.

Cara Penanganan
  • Ajaklah anak untuk terus terlibat dalam dialog yang terbuka. Dengan sabar cobalah jawab pertanyaannya yang memang kadang kala bersifat menantang.
  • Sedapatnya, kembalikan dia kepada Firman Tuhan. Dengarkanlah pendapatnya yang di luar Alkitab dan kemudian ajaklah dia untuk melihat Firman Tuhan.
  • Terbukalah dengan pemikirannya pula. Mungkin kita pun perlu menerima masukannya.

Ketiga, anak memberontak sebab ia melihat kehidupan kita yang tidak rohani namun menuntutnya untuk hidup rohani. Pada umumnya anak bereaksi keras terhadap kemunafikan. Jadi, bila kita sendiri tidak hidup rohani akan sulit buat kita memintanya untuk hidup rohani. Cara penanganan masalah ini jelas: Kita sendiri harus memerlihatkan upaya untuk hidup rohani.