Melihat Kecocokan dalam Masa Berpacaran

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T104A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Makna atau tujuan dari berpacaran adalah untuk mengetahui apakah kita bisa hidup bersama kelak dalam pernikahan, atau masa untuk memastikan apakah kita akan dapat hidup harmonis dengan pasangan kita.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Makna atau tujuan berpacaran adalah untuk mengetahui apakah kita bisa hidup bersama kelak dalam pernikahan, jadi sungguh-sungguh berpacaran adalah masa untuk memastikan apakah kita akan dapat nanti hidup harmonis dengan pasangan kita itu. Berpacaran mempunyai suatu tujuan yang jelas yaitu pernikahan.

Ada tiga hal besar yang perlu diperhatikan selama masa berpacaran yaitu:

  1. Kebiasaan hidup, satu pertanyaan yang kita harus tanya adalah apakah kita dapat hidup dengan dia setelah kita mengetahui kebiasaan-kebiasaan hidupnya dan kebalikannya juga sama apakah dia bisa hidup dengan kita setelah dia mengetahui kebiasaan-kebiasaan hidup kita.

  2. Kesungguhan hidup, kesungguhan hidup ini mencakup bagaimanakah sikap kita terhadap hidup. Masuk dalam kategori ini adalah tanggung jawab, apakah kita orang yang bersungguh-sungguh bertanggung jawab kalau mendapatkan tugas, kalau mendapatkan kepercayaan. Jadi kita mau melihat apakah pasangan kita mempunyai kesungguhan hidup, apakah dia mempunyai ketahanan untuk bisa tetap berdiri dalam keadaan yang susah ataukah dia orang yang langsung lari, langsung bersembunyi, langsung menutupi diri dari problem nah kita mau melihat itu.

  3. Kekudusan hidup, kekudusan hidup di sini pertama-tama menyangkut apakah dia dan saya mempunyai iman yang sama, iman pada Tuhan kita Yesus Kristus, sebab itulah yang Tuhan amanatkan kepada kita, kita harus menikah dengan yang seiman dengan kita. Kekudusan hidup juga mengacu kepada bukan saja pengakuan secara intelektual saya percaya kepada Tuhan, tapi apakah kita memang menguduskan Tuhan dalam hidup kita ini artinya apakah kita menghormati Tuhan dan apakah Tuhan itu menempati porsi yang besar dalam hidup kita, kita tahu hal itu.

Amsal 19:22, "Sifat yang diinginkan pada seseorang adalah kesetiaannya, lebih baik orang miskin dari pada seorang pembohong."

Ada 2 hal di sini:

  1. Kesetiaan itulah satu sifat yang sangat-sangat indah dan ini yang harus kita cari pada pasangan kita kalau saya boleh rangkumkan.

  2. Firman Tuhan berkata lebih baik orang miskin dari pada seorang pembohong artinya menikahlah dengan orang yang jujur.

Jadi waktu mencari pasangan hidup juga diperhatikanlah apakah dia orang yang setia, yang akan terus bertahan tidak akan meninggalkan kita dan apakah dia orang yang jujur sehingga dia tidak membohongi kita.

Comments

Saya bersyukur sudah melewati masa pacaran, dan bersyukur juga mendapat suami yang setia. Tidak cuma setia kepada saya sih tapi yang paling penting dia setia kepada Tuhan.

Saya suka meng-copy-kan beberapa tema TELAGA tentang suami-istri untuk calon mempelai yang akan menikah. Saya usul, bagaimana kalau TELAGA memproduksi rekaman DVD (sound) dengan cover yang menarik, untuk kado pernikahan teman. Saya merasa terberkati dengan siaran-siaran TELAGA.

Terima kasih untuk usulannya. Memang beberapa tahun yl. kami pernah merencanakan untuk membuat cover yang menarik untuk kado pernikahan dll., namun sampai saat ini belum bisa terwujud. Usulan tersebut akan kami perhatikan. Kami pun bersyukur apabila program TELAGA bisa menjadi berkat untuk anda.

Sepasang kekasih berkomitmen akan memulai masa berpacaran dengan saling keterbukaan dan kejujuran. Singkat cerita, si wanita menceritakan semua pengalaman buruknya yang amat dia sesali saat ini kepada si pria. Wanita ini sangat terbuka mengenai pengalaman seksnya dengan mantan pacarnya yang lama selama 6 tahun yang hidup bagai suami istri sampai akhirnya hamil dan aborsi. Tentu saja tidak semua pria bisa menerima akan hal itu. Yang menjadi pertanyaan saya adalah: 1. Sampai di mana batas kejujuran itu? Apakah bijaksana bagi si wanita untuk merahasiakan masa kelamnya tersebut sampai selamanya? 2. Bagaimana seharusnya sikap si pria terhadap pacarnya ini yang menurutnya telah menyesali perbuatannya itu? Apakah sebaiknya pacaran di teruskan ataukah disudahi saja? Apakah ada jaminan kalau sifat dan sikap si wanita ini akan terbawa/terbayangi dalam kehidupan pernikahannya kelak? Sebelumnya moho maaf jika comment saya ini salah ruang. Terima kasih

Terima kasih untuk pertanyaan yang diajukan tentang batas kejujuran. Dapat kami sampaikan bahwa wanita tersebut bersikap jujur, tidak ada hal yang dirahasiakan, dengan demikian termasuk wanita yang sangat terpuji. Wanita ini berkarakter baik, tidak mau merugikan orang. Wanita ini pun bukan hanya bijaksana, tapi dia takut akan Tuhan. Karena keterbukaannya, dia menanggung resiko kehilangan pacar. Yang Tuhan inginkan adalah pertobatan dan wanita ini sudah bertobat. Di mata Tuhan, ia sudah Tuhan kuduskan kembali. Mungkin bagi si pria masih sulit untuk menerima wanita tersebut. Saran yang dapat kami sampaikan : Coba untuk tidak berhubungan/berkomunikasi dengan si wanita selama 3 bulan. Si pria perlu waktu tenang untuk benar-benar memertimbangkan apakah ia sanggup atau tidak menerima wanita itu. Sebelum mencoba hal ini, silakan apabila si pria ingin menanyakan hal-hal lainnya kepada si wanita, namun jangan terlalu detail, karena akan mengganggu pikiran si pria. Setelah 3 bulan, apabila si pria memutuskan untuk tidak meneruskan berpacaran dengan wanita tersebut, hendaknya si pria tidak merasa bersalah, karena ketidaksiapan si pria akan menjadi duri dalam relasinya kelak. Namun apabila si pria memutuskan untuk menerima si wanita, hendaknya masa lalu si wanita tidak diungkit-ungkit lagi. Demikian tanggapan yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan bisa menolong. Salam : Paul Gunadi