Mengapa Masalah Pernikahan Sukar Selesai

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T208A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Pertama, pada umumnya kita beranggapan bahwa pasangan kitalah yang bermasalah dan harus berubah. Kedua, kita berasumsi bahwa berubah sama dengan mengakui kekalahan. Ketiga, kita beranggapan bahwa masalah yang timbul akan selesai dengan sendirinya asalkan kita bersabar dan menyediakan waktu yang panjang. Keempat, tabungan kasih cenderung menyusut seiring dengan berkecamuknya masalah. Kelima, kebiasaan hidup merupakan campuran antara unsur kepribadian dan bentukan lingkungan yang menahun.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

T 208 A "Mengapa Masalah Pernikahan Sukar Selesai?" oleh Pdt. Paul Gunadi

Pertama, pada umumnya kita beranggapan bahwa pasangan kitalah yang bermasalah dan harus berubah. Itu sebabnya kita enggan melakukan perubahan sebab kita beranggapan bahwa tidak ada yang salah dalam diri kita. Jadi, kalau kita tidak salah, mengapa mesti berubah? Paradigma seperti ini dapat dimengerti karena memang itulah yang terjadi dalam hal lainnya. Namun pernikahan bukanlah seperti hal lainnya; pernikahan adalah kehidupan bersama dan masalah yang timbul acap kali tidak berkaitan dengan salah-benar. Kebanyakan masalah pernikahan berhubungan dengan kebiasaan hidup yang berbeda. Itu sebabnya yang dibutuhkan adalah penyesuaian-dari kedua belah pihak.

Kedua, kita berasumsi bahwa berubah sama dengan mengakui kekalahan. Setelah terlibat dalam konflik yang berkepanjangan, pada akhirnya kita terjebak dalam perebutan kekuasaan. Kita makin mempertahankan diri dan enggan berkompromi sebab kita takut dianggap lemah atau takut kepada pasangan. Masalahnya adalah, kebanyakan problem dalam pernikahan menuntut kesediaan untuk mengalah dan berkompromi. Dasar dari konflik biasanya adalah perbedaan dan untuk menjembatani perbedaan dibutuhkan kesediaan mengalah dan berkompromi.

Ketiga, kita beranggapan bahwa masalah yang timbul akan selesai dengan sendirinya asalkan kita bersabar dan menyediakan waktu yang panjang. Kenyataannya adalah, masalah yang didiamkan bukan membaik malah memburuk dengan berjalannya waktu. Kejengkelan makin menumpuk dan penyelesaian makin jauh di mata karena masalah menjadi seperti benang kusut-kita tidak tahu dari mana kita harus memulai.

Keempat, tabungan kasih cenderung menyusut seiring dengan berkecamuknya masalah. Dengan berkurangnya kasih, berkurang pulalah semangat untuk menyelesaikan problem. Pada akhirnya ketidakpedulian menggantikan cinta dan kita pun makin menyesuaikan diri dengan kehidupan yang tidak sehat ini. Dengan kata lain, kita menemukan cara yang paling efektif untuk menyelesaikan masalah adalah dengan tidak menyelesaikannya. Ini adalah jalan salah yang sering ditempuh oleh banyak pasangan.

Kelima, kebiasaan hidup merupakan campuran antara unsur kepribadian dan bentukan lingkungan yang menahun. Itu sebabnya mengubahnya memerlukan waktu yang panjang dan kesabaran untuk saling mengingatkan dengan cara yang dapat diterima masing-masing. Kebanyakan kita tidak sabar dan cenderung berhenti mengingatkan setelah beberapa waktu.

Firman Tuhan: "Berbahagialah orang yang senantiasa takut akan Tuhan tetapi orang yang mengeraskan hatinya akan jatuh ke dalam malapetaka." (Amsal 28:14)

Comments

Terima kasih atas masukan untuk rumah tangga kami.. mohon doa dari Bapak Gembala dan Saudara-Saudara Seiman sehingga kami dapat menjadi Keluarga Kristen yang dapat menghadirkan suasana sorga di dalam rumah tangga kami sampai Maut Memisahkan Kami, AMIN

Amin, kami pun turut mendoakan keluarga Ibu.