Bagaimana Memahami Kebutuhan Pasangan dalam Pernikahan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T036B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Memahami dan mengerti pasangan dengan memikirkan dan memperhatikan kepentingan pasangan lebih dari kepentingan diri sendiri.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Ada bagian Alkitab yang terkenal sekali dan saya rasa hampir seluruh pasangan Kristen pernah mendengar atau membaca ayat yang seperti ini:

"Hai istri, tunduklah kepada suamimu…."
"Hai suami, kasihilah istrimu….

Efesus 5:22-25

Tetapi yang ingin saya pertanyakan adalah bagaimana mengaplikasikan ayat ini di dalam kehidupan suami-istri. Karena kadang-kadang yang terjadi itu, bukan istri tunduk pada suami tapi menanduk suami, dan suami bukan mengasihi istri tetap membenci istrinya. Dan yang lebih parah lagi: Ada istri yang kurang menghormati suami sendiri tapi lebih menghormati suami orang lain. Suami bukannya mengasihi istri sendiri tapi istri orang lain. Dalam Efesus 5:33 tertulis: "Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah istrimu seperti dirimu sendiri dan istri hendaklah menghormati suaminya." Khusus untuk istri, Tuhan meminta agar mereka tunduk kepada suami.

Ada 2 aspek dalam kehidupan istri yang dapat menunjukkan rasa hormat atau tunduk kepada suami.

  1. Yang pertama adalah bagaimana istri itu berbicara kepada si suami.
    Jadi bagaimana cara kita berbicara sangatlah menunjukkan rasa hormat kita kepada suami, dan suami cenderung menyukai gaya bicara yang seperti itu.

  2. Yang kedua bagaimana istri bisa menghargai suami.

Tadi dikatakan, suami harus mengasihi istrinya seperti dirinya sendiri. Yang bisa dilakukan suami untuk mewujudkan rasa kasih kepada istri adalah dengan cara membuatnya merasa spesial atau istimewa.

  1. Membuat istri merasa spesial sebetulnya bersumber dari berapa banyak perhatian yang kita berikan. Kita tidak bisa berdalih dan berargumentasi: "Saya tetap mencintaimu dan kau adalah yang teristimewa dalam hidupku…." Tapi kenyataannya kita jarang berbicara dengan isteri, atau pada waktu dia berbicara kita tidak mendengarkan.

  2. Mengistimewakan istri di atas wanita atau orang lain, maupun hal lain merupakan hal yang penting sekali. Saingan itu tidak harus berbentuk wanita lain, saingan itu bisa berbentuk pekerjaan atau hobby. Waktu kita dahulukan dia dan berkata: "Ya tidak apa-apa, saya lepaskan yang lain sebab saya mau mengutamakan kamu." Itu memberikan suatu pesan yang sangat jelas kepada istri kita bahwa dia istimewa.

  3. Mengerti kelemahan istri. Sebetulnya isteri mempunyai kebutuhan mendasar, yaitu ingin suami bisa menerima kelemahannya. Kelemahan yang saya maksud disini adalah, wanita itu cenderung mudah beremosi. Yang dibutuhkan oleh wanita atau isteri adalah pengertian si suami akan emosinya. Waktu dia marah, tidak berarti dia membenci suaminya. Waktu dia bicara dengan nada tinggi, tidak berarti dia menggurui si suami. Jadi yang dibutuhkan adalah, terimalah aku, jangan tolak aku karena aku mempunyai perasaan-perasaan seperti ini.

Tuhan menciptakan kita baik suami maupun istri masing-masing mempunyai kebutuhan. Dan kita diberikan pasangan supaya pasangan bisa saling mengisi kebutuhannya. Kita semua terpanggil untuk melaksanakan firman Tuhan, kalau kita keluar dari apa yang Tuhan tetapkan, pasti akan menimbulkan banyak masalah di dalam kehidupan rumah tangga kita.

Filipi 2:4 "…dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga." Dalam ayat ini rasul Paulus meminta agar kita tidak hanya memikirkan kepentingan diri kita saja. Ini harus ditanamkan dalam setiap pernikahan. Harus.

Comments

makasi ya pak pendeta buat renungannya,,,,,,,,, Jesus loves us. amen.

Kami pun bersyukur apabila anda mendapatkan berkat dari topik pembahasan ini. Salam : Tim Pengasuh Program TELAGA

pak pendeta, ku punya masalah. saya dan teman hidup saya udah komitmen mau menikah tahun depan. amin. tapi masalahnya sekarang adalah lokasi pekerjaan kami yang berjauhan pak. teman hidup saya dan saya bekerja di propinsi yang berbeda. teman hidup saya meminta saya ikut dia kelak kalo udah menikah, tapi kontrak kerja saya minimal 5 tahun ini pak. sepertinya sangat berat buat teman hidup saya kalo kami harus berjauhan selama 5 tahun ini, kalopun tahun depan kami menikah. bagaimana ini pak??? saya bingung pak. perlu ditambahkan kalo teman hidup saya, protektif (sangat tidak suka kalo ada laki2 di lingkungan kerja yang dekat dengan saya) bagaimana ini pak????????????? tolong berikan saya solusi pak pendeta. kami sudah komitmen pacaran selama 2 tahun. keluarga kami pun sudah saling kenal. sebelumnya terima kasih ya pak pendeta. Tuhan memberkati.

Kepada yang terkasih dalam Kristus Ibu NN Demikian kami menyapa ibu karena ibu tidak mencantumkan nama dalam surat ini. Walaupun belum menikah, tetapi untuk lebih menghormati, ijinkan kami menyapa dengan sebutan “ibu”. Keadaan ibu memang tidak mudah. Pernikahan yang merupakan saat-saat yang sangat didambakan itu kini terkendala masalah kontrak kerja yang sudah terlanjur ditandatangani. Kedua-duanya merupakan keputusan yang sulit. Harus ada pengorbanan pada salah satu pihak. Artinya begini, jika kalian menginginkan pernikahan tetap dilaksanakan dan kalian ingin hidup bersama, maka kalian harus membatalkan kontrak kerja. Bukan hanya itu, kalian juga harus menanggung segala resiko yang diakibatkan oleh pembatalan kontrak kerja tersebut. Jika tidak mau menanggung resiko dari pembatalan kontrak , maka kalian harus menunda pernikahan atau tetap menikah tetapi untuk sementara berjauhan. Semua keputusan mengandung konsekuensi yang sangat besar. Semua keputusan ada di tangan kalian berdua. Cobalah mengambil waktu untuk membicarakannya berdua dengan mempertimbangkan plus dan minusnya dari setiap keputusan yang akan diambil. Pada kesempatan ini, kami mencoba memberikan pertimbangan dan keputusan apapun ada di tangan kalian berdua. Pertama jika mengambil keputusan untuk menikah dan membatalkan kontrak kerja. Kami tidak tahu isi surat perjanjian tersebut. Pelajari kembali isi kontrak kerja tersebut dengan seksama, sebab isi kontrak kerja itu mengikat secara hukum. Ada perjanjian kontrak yang kalau dilanggar akan membuat yang bersangkutan akan mengalami kesulitan bekerja di tempat lain. Padahal di jaman sekarang ini sulit mencari pekerjaan lagi. Jika kalian berdua bersedia menanggung segala resiko dari pembatalan perjanjian kontrak itu, silahkan, kenapa tidak ! Tetapi harus ada kesepakatan berdua. Perlu juga dipertimbangkan dengan pekerjaan calon suami. Apakah penghasilan calon suami sudah bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga kelak. Kedua, jika mengambil keputusan untuk menunda pernikahan sampai masa kontrak tersebut berakhir. Ini juga membutuhkan kesepakatan bersama. Ini berarti harus menunda tiga tahun lagi. Apakah usia kalian masih memungkinkan untuk menunda pernikahan ini ? Atau mungkin muncul kekuatiran kalau menunda akan membuat rencana pernikahan bisa gagal sama sekali. Memang kita percaya bahwa Tuhan pasti penyediakan jodoh masing-masing, tetapi membina hubungan kembali dengan yang lain, terutama bagi wanita itu sangat sulit. Ketiga, jika mengambil keputusan untuk menikah, tetapi karena kontrak kerja yang tidak bisa dibatalkan, maka untuk sementara terpaksa harus berjauhan. Ini juga sebuah keputusan yang perlu kesepakatan bersama. Membangun kehidupan keluarga dengan “jarak jauh” seperti ini perlu mempertimbangkan akibat-akibatnya dengan matang. Walaupun sifatnya sementara, tetapi persoalannya adalah bahwa karena usia pernikahan yang masih sangat muda dan itu sangat rawan. Oleh sebab itu kalian berdua dengan pikiran yang jernih harus merinci dan mempertimbangkan manfaat atau kerugiannya yang lebih besar. Kalau disadari bahwa kalian tidak mampu menjalani keterpisahan itu lebih baik menunda pernikahan atau kalau tetap mau menaikah, maka jangan berpisah. Sebab untuk apa menikah tetapi akhirnya akan berantakan dan kita jatuh ke dalam pencobaan. Intinya harus ada pengorbanan. Bagian mana yang akan dikorbankan, keputusan ada di tangan kalian berdua. Demikian pertimbangan-pertimbangan kami, doa kami kiranya Tuhan menolong kalian berdua mengambil keputusan yang benar sesuai dengan kehendak Tuhan. Salam, Tim Pengasuh Program TELAGA