Mengendalikan Sifat Pemarah

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T125B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Seringkali kita melabelkan sifat pemarah sebagai suatu kelemahan karakter, tapi pada kenyataannya sifat pemarah tidak sesederhana itu, ada banyak faktor yang bisa terlibat dalam sifat pemarah.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Pada umumnya sifat pemarah dikaitkan dengan masalah karakter. Namun sesungguhnya problem marah tidaklah sesederhana itu. Ada beberapa penyebabnya.

  1. Orang yang berenergi tinggi mudah marah. Orang ini mudah bereaksi karena metabolismenya cepat dan sulit mengendalikan desakan emosinya.

  2. Orang yang hatinya digenangi oleh kemarahan oleh karena pengalaman masa lalu yang penuh kepahitan dan ketidakadilan. Orang ini mudah tersinggung karena perasaannya peka.

  3. Orang yang karakternya bermasalah, misalnya tidak suka mengalah, mengharapkan orang untuk senantiasa mengikuti kehendaknya, atau egois.

Kadang sifat pemarah dikaitkan dengan sikap tidak mengampuni. Memang sebagian kemarahan muncul akibat kesulitan kita untuk memberi pengampunan. Namun sebagian kemarahan tidak berhubungan dengan pengampunan.

Saran bagi yang mempunyai masalah dengan kemarahan:

  1. Kenalilah kondisi yang mudah mencetuskan kemarahan, misalnya tubuh yang letih, udara yang panas, ketidaksukaan yang terpendam.

  2. Kenalilah sikap orang yang mudah memancing kemarahan, misalnya sikap tidak peduli, meremehkan, dsb.

  3. Kenalilah reaksi marah sebelum muncul dan akuilah itu sebagai kemarahan.

  4. Berilah jeda, jangan terpancing untuk menyelesaikannya pada saat itu juga.

  5. Latih penguasaan diri melalui pernapasan dan berdoa.

  6. Tempatkan diri pada diri orang tersebut dan lihatlah masalah dari kacamatanya.

  7. Bicaralah setelah diri tenang dan rileks, jangan menenangkan diri melalui kemarahan.

  8. Setiap hari kita harus mengisi kalbu dengan Firman melalui persekutuan dengan Tuhan.

Firman Tuhan: "Karena itu kuasailah dirimu (self-controlled) dan jadilah tenang (clear minded) supaya kamu dapat berdoa." (1 Petrus 4:7)

Comments

bapak pdt Dr Paul Gunadi, maaf saya tulis ini karena saya lagi kecewa dengan sipat dan perilaku istri yang cepat untuk marah, kalo aku tidak mengenal ajaran Tuhan Jesus, mungkin istriku yang kalo marah selalu mengatakan kita cerai aja,aku tidak bahagia, suami kere, dll terkadang aku berpikir untuk selingkuh dan melupakan istri, tapi aku masih mengingat anak, dan ajaran Tuhan, jadi gimana itu pak, saya capek dan lelah, dan kelihatan seperti orang tak berharga di hadapan isrti. itu juga dilihat anak tidak baik untuk sebuah pendidikan keluarga, saya berpikir istri perlu dikasih pelajaran.

Shalom, Jika masih memungkinkan untuk diajak bicara, sebaiknya Bapak mengajaknya duduk bersama dan secara serius mengemukakan hal-hal berikut ini. Pertama, Bapak katakan bahwa Bapak hanya ingin melihat pernikahan ini langgeng dan diisi oleh kehangatan kasih. Kedua, Bapak katakan bahwa akhir-akhir ini Bapak tidak terlalu sering mengalami kehangatan kasih akibat pertengkaran yang terjadi. Ketiga, Bapak ingin memperbaiki masalah yang ada namun Bapak memerlukan partisipasinya sebab mustahil Bapak dapat menyelesaikan masalah keluarga tanpa partisipasinya. Keempat, Bapak tanyakan apakah ia (istri Bapak) mempuyai keinginan yang sama? Jika ya, langsung kemukakan penghargaan Bapak atas niat baiknya. Kemudian, Bapak langsung tanyakan, apakah penyebab ia sering merasa marah? Bila penyebabnya adalah karena tekanan ekonomi, mohon jelaskan bahwa dari pihak Bapak sendiri, sebenarnya Bapak telah berusaha untuk menambah penghasilan. Tanyakan kepadanya apakah ia mempunyai saran bagaimana menambah penghasilan. Jika memang tidak ada lagi jalan, mohon agar ia menerima kondisi dan tidak lagi menyalahkan Bapak sebab menyalahkan tidak memperbaiki situasi, malah memperburuk. Terakhir, Bapak ajak dia untuk setiap malam berdoa bersama untuk keluarga dan kebutuhannya. Mudah-mudahan masukan ini dapat menolong Bapak. Paul Gunadi