Tragedi Pada Anak
Tragedi bisa menimpa siapa saja baik orang dewasa maupun anak-anak. Dan kita tidak bisa memerhitungkan bagaimana dampaknya kalau tragedi itu dialami oleh seorang anak. Dampak yang dialami anak-anak ialah kehilangan, kesedihan dan kebingungan.
Misalkan temannya yang meninggal, anak-anak belum siap untuk menerima fakta kehidupan yang memilukan ini, bahwa seorang temannya bisa pergi meninggalkan mereka, bisa meninggal dunia. Mereka belum terekspos dengan kematian apalagi kematian sesama teman.
Kita sebagai orang yang lebih dewasa, yang lebih bisa mengerti masalah itu, dapat menyampaikan kepada anak-anak yaitu :
- Jangan berjalan di depan atau di belakang anak, namun berjalanlah di samping anak. Maksud saya dengan berjalan di depan anak adalah terlalu membesar-besarkan tragedi. Berjalan di belakang anak artinya kita tidak terbuka untuk membicarakannya.
- Pekalah dengan reaksi-reaksi yang dialami anak dan kemudian berilah tanggapan atau bersikaplah sesuai dengan reaksi yang dialaminya itu.
Bentuk kecemasan yang dialami anak ialah :
- Anak susah tidur sendirian
- Anak sering sakit perut
- Anak sering mual dan muntah
Ada peristiwa anak meninggal karena dibunuh oleh orang tuanya, dan itu membuat bingung anak. Dan reaksi kita sebagai orang tua adalah :
Jangan tergesa-gesa mengatakan bahwa orang tuanya itu pasti jahat
- Karena perlu melihat seseorang secara utuh dan menyeluruh.
- Karena kenyataan hidup memerlihatkan bahwa adakalanya orang yang baik melakukan perbuatan yang jahat, dan orang yang jahat kadang melakukan perbuatan yang baik. Dengan kata lain, satu perbuatan jahat bukanlah bukti bahwa seseorang itu jahat, sebaliknya satu perbuatan baik bukanlah bukti bahwa seseorang itu baik.
Didalam kebingungannya itu sering kali anak bertanya banyak hal, antara lain :
1. Apakah orang tua yang membunuh anaknya itu masuk neraka?
Kita sebagai orang tua seharusnya menjawab :
Dalam II Timotius 2:19, "Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah :’Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya’ dan ‘Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan’. Yohanes 3:16, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" dan II Timotius 1:9, "Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman".
Artinya Tuhanlah yang empunya surga dan Dia memegang hak tunggal untuk menentukan siapa yang diterimanya di pintu surga. Jadi kalau anak berkata apakah orang tua yang melakukan perbuatan seperti itu akan masuk ke neraka? Maka kita katakan, "Tidak tahu," dan kita katakan kepada anak-anak kita, "Tuhan nanti yang akan menentukan, Tuhan adil, Tuhan tidak akan salah menilai manusia." Untuk anak dibawah usia enam tahun kita menjawab, "Mereka sudah berada dalam pelukan Tuhan di surga, Tuhan mengasihi mereka. Jadi pasti Tuhan menyambut dan memeluk mereka, saat ini mereka sudah bersama Tuhan."
2. Kenapa Tuhan membiarkan tragedi itu terjadi?
Kita sebagai orang tua seharusnya menjawab :
Kita tidak bisa memberi semua penjelasan karena rencana Tuhan terlalu besar, kita tidak bisa selalu mengertinya. Namun kita tegaskan kepada anak-anak kita bahwa Tuhan mengasihi kita semua. Dan yang kedua ialah Tuhan selalu ingin menolong kita tapi kita tidak selalu bersedia ditolong Tuhan, kita tidak selalu bersedia datang kepada Tuhan meminta pertolongan-Nya.
3. Seringkali saat anak itu tidur, mereka memimpikan temannya yang meninggal itu!
Kita sebagai orang tua seharusnya menjawab :
"Kamu itu sangat kehilangan temanmu, maka akhirnya kamu memimpikan temanmu." Ada hal-hal yang baik yang bisa dilakukan yaitu pergi kemakamnya yaitu untuk mengatakan "Selamat tinggal," karena mungkin dia belum sempat mengucapkan kata perpisahan kepada temannya itu.
Sebagai orang dewasa kita itu begitu berdosa, begitu lemah, kadang kita akan melakukan hal yang benar-benar tak terpikirkan, bahwa perbuatan yang dilakukan oleh orang lain mungkin saja bisa dilakukan oleh kita pula. Namun kenapa tidak terjadi pada diri kita ?
- Ada kemurahan Tuhan yang masih menjaga kita.
- Karena kita masih mencari pertolongan Tuhan; firman Tuhan dalam surat 1 Petrus 5:7 berkata, "Serahkan segala kekhawatiranmu," Dan firman-Nya pun dengan tegas berkata, "Dia tidak akan mencobai kita melebihi kemampuan kita."
Firman Tuhan di surat Galatia 6:2, "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikian kamu memenuhi hukum Kristus."
Kalau saja kita melakukan ini semua, kita bisa dipakai Tuhan untuk mencegah terjadinya sebuah tragedi.
Ringkasan T224 A+B
Oleh : Pdt. Dr. Paul Gunadi
Simak judul-judul mengenai "Orang tua dan Anak" di www.telaga.org
PERTANYAAN :
Shalom Bapak/Ibu Gembala, saya adalah tipe orang yang sangat sensitif dan saya memiliki luka batin sejak kecil dengan ibu kandung saya sehingga membuat saya mendendam pada ibu saya. Hal ini akhirnya mengganggu relasi saya dengan orang lain, saya menjadi amat pendendam, saya menjadi penuntut pada suami saya, saya tidak bisa mengontrol ledakan emosi saya dan saya terlalu berpikir negatif, saya merasa lelah dengan hal ini, apalagi setelah saya didiagnosa kanker thyroid tahun lalu, saya ingin dapat sembuh dari luka batin karena menyimpan luka batin akan memerparah sakit saya sendiri, tetapi mengapa begitu sulit? Saya sudah berniat setengah mati, saya datang ke berbagai konselor tapi masih terasa luka batin itu menggerogoti saya. Saya berpikir menyembuhkan luka batin sama sulitnya dengan menyembuhkan penyakit kanker, saya harus berusaha seperti apa yang bisa membuat luka batin pada ibu saya bisa sembuh?
Luka batin saya sebenarnya dari efek perlakuan ibu saya sejak kecil sampai sekarang. Kadang-kadang: sering dipukul, saya kadang dikatakan tidak cantik, pernah waktu saya kelas 5 SD, saya ingat pada waktu itu saya tinggal bersama tante saya karena ayah saya ingin agar supaya saya pindah ke sekolah yang bagus di kota, jadi agar supaya dekat dengan sekolah, saya tinggal dengan tante. Setiap akhir minggu saya dijemput, tapi karena waktu itu orang tua saya sedang mengikuti Lomba Paduan Suara di kota, jadi saya diantar tante ke tempat lomba biar nanti sekalian pulang dengan orang tua sehabis lomba. Waktu itu ada adik saya juga yang ikut menonton (adik saya hanya seorang). Lalu waktu saya tiba, saya senang sekali ketemu adik saya kemudian kami menuju ibu dan ayah saya yang sedang duduk bersama rombongan Paduan Suaranya……….tiba-tiba ibu saya menarik saya lalu marah-marah sambil berulangkali mencubit saya, saya dimarahi karena katanya baju yang saya gunakan jelek, penampilan saya katanya membuat orang tua malu, jadi saya dipukul, ditempeleng didepan beberapa orang. Ada seorang tante yang menenangkan saya yang sudah berkali-kali dipukul, akhirnya ibu saya mengganti baju saya agar kembar dengan adik saya. Saya merasa terluka dipukul didepan banyak orang, padahal niat hati senang untuk bertemu orang tua yang akan tampil, tapi malah saya dipukul. Saya merasa saya masih seorang anak kecil yang tinggal terpisah dari orang tua yang tidak tahu bagaimana "bergaya", jadi saya datang dengan kemampuan saya berpakaian, yang penting bukan memakai baju rumahlah, tapi mengingat kejadian itu sampai detik ini saya tidak bisa lepas dari air mata…..
Pernah juga saat akhir minggu saya pulang ke rumah, saya ingin membantu ibu saya di dapur. Waktu itu saya mau membantu membersihkan ikan, setelah membersihkan saya bertanya, "Ikannya mau dipotong bagaimana, Ma ?" Lalu ibu saya mengatakan, "Cuma diiris perutnya saja". Lalu saya bertanya lagi, "Begini ya, Ma (saya merasa takut salah)?" Kemudian ibu saya bilang, "Iya". Saya tanya sekali lagi, "Ma, begini ‘kan?" Saat itu ibu saya mungkin merasa kesal dengan saya lalu pisau yang ada di tangan saya, yang dipakai untuk mengiris ikan itu dipraktekkan di tangan saya, dia langsung marah-marah, katanya "Begini loh", sambil tangannya mengiris tangan saya. Mungkin niatnya tidak sampai kena, tapi ternyata kena di tangan saya, akhirnya ada tanda luka dan sedikit darah. Tapi ibu saya mengatakan, "Tidak sampai kena, kok!" Tapi saya menunjukkannya, dia diam saja. Itu contoh beberapa pengalaman……ibu saya tidak bisa dikomentari, jadi susahlah mau berkomunikasi dengan baik-baik. Mohon bantuan pencerahannya.
Terima kasih untuk penjelasan yang diberikan. Saya mengerti bahwa pengalaman itu begitu menyakitkan dan membekas. Beberapa saran yang dapat saya sampaikan adalah :
- Berdamai dengan masa lalu yang menyakitkan itu. Lepaskan pengampunan. Akui di hadapan Tuhan semua itu melukai dan terekam dalam ingatan Ibu. Akui bahwa semua itu tidak adil dan tidak Anda mengerti.
- Ampuni tidak berarti melupakan, karena ingatan itu begitu jelas. Ibu mampu menceritakan semua kejadian pada saat Anda kecil dengan begitu jelas. Yang saya maksudkan adalah cabut sengatnya. Yusuf tetap ingat perlakuan tidak adil dari saudara-saudaranya. Namun sengatnya sudah dia cabut sehingga ingatan itu tidak lagi melukainya. Dia melepaskan pengampunan itu.
- Jangan coba untuk mengerti dan mencari jawaban mengapa ibu Anda begitu menyakiti, karena itu akan menambah luka dan beban di hati. Ingat tidak semua hal bisa dimengerti dan jangan paksa untuk mengerti.
- Belajar meyakini bahwa Allah peduli. Allah bisa memakai pengalaman pahit Anda untuk menjadi "serum" yang mampu menolong sesama yang mengalami kondisi sama seperti Anda. Namun hal tersebut baru bisa terjadi ketika Anda berdamai dan menerima semua peristiwa pahit itu adalah seizin Tuhan dan belajar meyakini bahwa Allah punya rencana dibalik semua itu.
- Tuliskan di sebuah kertas bahwa aku melepaskan pengampunan untuk semua masa lalu yang pahit itu, kemudian bakarlah sambil berdoa kepada Tuhan Yesus.
- Tuhan mau Anda mengampuni karena Anda telah diampuni oleh-Nya. Ampuni ibu Anda walaupun Anda merasa ibu Anda tidak layak diampuni karena semua "kejahatan, ketidakadilan, kekasaran" yang beliau telah perbuat terhadap Anda. Kita mengampuni bukan karena orang itu layak atau tidak layak menerima pengampunan, tetapi Anda memang harus mengampuni karena Allah sudah terlebih dahulu mengampuni Anda. Fokus pengampunan bukan pada orang tersebut tetapi pada Tuhan yang mengajarkan Anda untuk mengampuni itu.
Demikian beberapa saran saya, kiranya bisa menolong Anda, Tuhan menolong ibu ya !
Menempuh pendidikan lanjut di negeri orang mengajarkanku banyak hal, bukan hanya ilmu pengetahuan namun juga ketrampilan hidup. Bukan, bukan ketrampilan mengatur keuangan agar semua kebutuhan tercukupi selama merantau. Bukan juga ketrampilan merencanakan makanan apa yang ingin dimasak hari ini, melainkan ketrampilan yang mungkin cukup sulit untuk dipelajari hanya dengan melihat sebuah video di Youtube yang mengajarkan hal ini.
Sejak awal studiku, aku selalu bergumul dengan inferioritas, karena merasa kurang berpengalaman dan berpengetahuan. Saat mendengarkan banyak istilah asing di telingaku, tidak jarang terlintas di pikiran, "Sepertinya mereka sudah pernah memelajari hal ini, kecuali aku."Begitu juga ketika diperhadapkan dengan sebuah pengalaman baru – seperti kerja praktik atau penelitian – kalimat itu kembali muncul di benakku.
Situasi seperti itu membuatku takut untuk bertanya karena merasa bahwa pertanyaan yang akan kutanyakan adalah pertanyaan yang bodoh. "Pastinya semua orang sudah tahu jawabannya," pikirku. Diam dan merencanakan untuk memelajarinya secara mandiri setelah ini, juga merupakan respon yang sering kulakukan.
Hingga akhirnya aku diperhadapkan dengan situasi dimana usahaku untuk memelajari semuanya sendirian tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Meskipun sudah berulang kali membaca bacaan yang diperlukan, aku tidak kunjung memahami apa yang harus kulakukan dengan itu. Adanya urgensi untuk memahami materi itu sebelum ujian selanjutnya, mendorongku untuk mengirimkan pesan kepada seorang teman.
Perasaanku campur aduk. Berbagai kalimat terlintas di kepala. Malu dan gengsi awalnya. "Bagaimana kalau aku dianggap bodoh? Begini saja kok tidak paham?" pikirku membayangkan kalimat-kalimat yang akan dilontarkan oleh temanku. "Hey, apakah kamu keberatan untuk menjelaskan kepadaku tentang materi ini?" ketikku pada akhirnya. Dia menjawab, "Tentu boleh. Boleh kutelepon?" dan dia menjelaskan serta mendengarkan pertanyaanku, bahkan juga menawarkan untuk bertemu di kampus untuk mendiskusikan hal-hal yang masih belum kupahami.
Akhirnya gelembung besar yang selama ini melingkupiku dan menahanku dari meminta bantuan orang lain, mulai perlahan terpecahkan juga. Ternyata kudapati bahwa teman-teman juga memiliki hal-hal yang mereka belum pahami sepenuhnya, hanya saja mereka tidak berhenti pada perasaan inferior dan terus mencari tahu jawabannya. Ternyata aku tidak sendiri.
Pengalaman ini mungkin terkesan sederhana, namun kurasa, kaum perfeksionis seperti aku akan mendapati secuplik cerita ini relevan. Momen itu membukakan pintu-pintu lain untuk bertumbuh. Bukan perkara yang mudah awalnya, dan masih terus-menerus mengingatkan diri sendiri ketika berada di situasi serupa.
Beranilah mengatakan "Aku tidak tahu, dan aku butuh bantuan," dan bersiaplah untuk mendapati bahwa banyak sekali yang dapat kita pelajari dengan mengatakan ‘magic words’ tersebut. Sesungguhnya ini adalah sebuah ketrampilan hidup dan sebuah modal untuk terus bertumbuh. Tuhan Yesus memberkati !
*) Salah seorang konselor PKTK Sidoarjo yang sedang studi lanjut di Melbourne, Australia.
Memasuki minggu ke-31 tahun 2023, El Nino yang merupakan salah satu fenomena terkait Suhu Muka Laut (SML) terjadi di Samudera Pasifik memang sudah terasa. Kita percaya bahwa Tuhan tetap menguasai kondisi cuaca di muka bumi ini dan dimana pun kita berada.
Beberapa doa syukur dan juga doa permohonan adalah sebagai berikut:
- Bersyukur ada 1 radio yang telah dikirimi rekaman lanjutan dalam bulan Juli 2023, yaitu RASSINDA (Radio Suara Sion Perdana) 93,8 FM dan 1314 AM di Karanganyar, Solo.
- Tetap doakan untuk Radio Pemulihan Kasih FM di Bajawa, Flores yang menyiarkan program Telaga setiap hari, sejak bulan Maret 2023 masih belum mengudara. Beberapa hal yang perlu didoakan yaitu: (a) Teknisi, (b) Perpanjangan Izin Prinsip Penyelenggaraan dan (c) Perpanjangan Izin Stasiun Radio.
- Doakan untuk Bp. Heman Elia, salah seorang narasumber rekaman Telaga yang telah beberapa lamanya menderita kanker di paru-paru yang sudah mengecil tapi menjalar ke lain bagian dan sudah sampai ke otak. Biarlah Tuhan memberi kekuatan ekstra dan mujizat Tuhan bisa dialami oleh hamba-Nya.
- Doakan agar pengiriman bahan rekaman (termasuk transkrip, ringkasan dan abstrak) tahun 2020 dan 2021 ke Yayasan Lembaga SABDA yang sempat tertunda, bisa dilaksanakan dalam bulan Agustus 2023.
- Bersyukur untuk klien-klien baru yang Tuhan kirimkan dan percayakan untuk dilayani di Pusat Konseling Telaga Kehidupan (PKTK) Sidoarjo.
- Disamping 5 orang konselor yang sudah ada di PKTK Sidoarjo, doakan agar Tuhan mengirimkan pula konselor yang dapat menetap dan melayani sepenuh waktu.
- Doakan agar kantor PKTK Sidoarjo bisa digunakan oleh mereka yang membutuhkan konseling tatap muka.
- Bersyukur untuk klien-klien yang Tuhan percayakan, mohon hikmat Tuhan bagi tim konselor untuk menolong klien-klien yang dilayani oleh Pusat Konseling Telaga Pengharapan (PKTP) di Jember.
- Doakan untuk tim guru yang sedang menyusun kurikulum pembinaan anak untuk tahun ajaran baru 2023 – 2024, berdoa juga agar Tuhan menambahkan murid-murid baik untuk pembinaan anak secara ‘online’ maupun ‘onsite’. Berdoa agar guru dan anak-anak bersemangat memasuki semester yang baru.
- Doakan tim pembina remaja yang sedang menyusun kurikulum dan program pembinaan remaja agar Tuhan memberi hikmat dan ide kreatif untuk menjangkau para remaja.
- Kebutuhan para pelayan Tuhan dan para donatur untuk bersama-sama melayani di PKTP (Pusat Konseling Telaga Pengharapan) Jember.
- Bersyukur untuk sumbangan yang diterima dari donatur tetap di Malang, yaitu dari :
006 – Rp 1.000.000,- untuk 6 bulan
- 1605 kali dibaca