Kasus-Kasus Khusus dalam Berpacaran

Versi printer-friendly
Februari

Berita Telaga Edisi No. 135 /Tahun XII/Februari 2016


Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl.Cimanuk 56 Malang 65122 Telp.: 0341-408579, Fax.:0341-493645 Email: telagatelaga.org Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T., Rr. Fradiani Eka Y. Bank Account: BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon


Kasus-Kasus Khusus dalam Berpacaran

Semua orangtua dan semua pasangan pastilah berharap bahwa masa berpacaran akan berlangsung secara mulus sampai pada bangku pelaminan. Namun, pada kenyataan tidaklah selalu demikian. Kadang ada saja masalah yang timbul yang memerlukan perhatian dan tindakan khusus. Berikut akan dipaparkan beberapa kasus yang membutuhkan perhatian khusus.


Berpacaran Jarak Jauh

Pada masa sekarang di mana perkenalan dapat terjadi secara online, tidak jarang berpacaran pun dilakukan secara online, alias jarak jauh. Sudah tentu waktu pertemuan tatap muka menjadi terbatas dan sebagai akibatnya pengenalan terhadap pasangan juga berkurang.

Setidaknya ada tiga hal yang mesti menjadi pertimbangan sebelum kita memutuskan untuk menjalani relasi jarak jauh.

  1. Berpacaran jarak jauh berpotensi menciptakan kesan dan akhirnya kesimpulan yang tidak tepat.

  2. Berpacaran jarak jauh tidak memberi kita ruang yang cukup untuk mengenal pasangan secara menyeluruh.

  3. Berpacaran jarak jauh membuat kita sulit mengembangkan keterampilan memecahkan masalah bersama-sama. Alhasil setelah menikah barulah kita berkesempatan mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah bersama-sama dan mengambil keputusan bersama-sama. Masalahnya adalah oleh karena kita tidak begitu paham maka besar kemungkinan kita akan harus jatuh bangun belajar memutuskan persoalan dan mendamaikan konflik bersama-sama.

Itu sebabnya pada umumnya pasangan yang berpacaran jarak jauh harus berjuang keras menyelaraskan diri satu sama lain. Jadi, sebaiknya sebelum memutuskan menikah, hendaklah pasangan yang berpacaran jarak jauh menyempatkan diri untuk tinggal satu kota supaya perkenalan dapat berlanjut dan berkembang.


Kehamilan

Kendati sudah berusaha untuk menjaga batas, adakalanya anak-anak Tuhan tetap jatuh ke dalam dosa perzinahan yang mengakibatkan kehamilan. Apakah yang mesti diperbuat?


Biasanya hal pertama yang terpikir adalah menggugurkan kandungan. Dengan kata lain berupaya menyelesaikan masalah dengan cara menghilangkannya. Saya percaya sesungguhnya kita semua tahu bahwa mengaborsi janin bukanlah tindakan yang menyenangkan hati Tuhan. Sebab, bagaimana-pun anak itu adalah pemberian Tuhan. Jadi, janganlah melakukannya.


Pilihan kedua biasanya adalah langsung menikah. Apabila relasi berpacaran itu memang sudah mencapai titik kematangan dan kecocokan, sudah tentu pilihan ini adalah pilihan yang baik. Namun jika tidak, pilihan ini bukanlah pilihan yang baik. Pada akhirnya relasi yang belum matang dan belum cocok itu menjadi ladang subur bertumbuhnya masalah. Acap kali akan ada sekurangnya satu pihak yang merasa terpaksa menikah. Alhasil bukan keharmonisan dan kebahagiaan yang dicicipi melainkan konflik dan penyesalan. Bila pernikahan bukan pilihan yang sesuai, tindakan terbaik adalah memelihara janin sampai kelahiran. Untuk mengurangi ketertekanan, kita dapat memindahkan anak kita ke tempat yang lain sampai melahirkan.


Jika memang pilihan untuk menikah tetap bukan yang terbaik, kita dapat menyerahkan bayi itu untuk diadopsi oleh pasangan lain yang merindukan dan siap untuk mempunyai anak tetapi belum dikaruniakan anak. Singkat kata, janganlah kita menyelesaikan masalah dengan cara menciptakan masalah lain yang jauh lebih besar.


Kekerasan

Kadang pada awal berpacaran kita belum dapat melihat sisi kekerasan pada pasangan kita namun setelah melewati suatu kurun, barulah kita menyaksikannya. Mungkin kita melihat pasangan memukul atau membanting barang; mungkin kita melihat kecenderungan yang tinggi untuk meledak. Dan mungkin kita pun menjadi korban kekerasannya.


Apakah yang mesti dilakukan? Langkah pertama adalah kita mesti melihat pasangan secara utuh, dalam pengertian, apakah memang secara keseluruhan ia adalah seorang yang bertemperamen keras dan labil. Bila ya, sudah tentu perlu dipertimbangkan dengan serius. Namun bila tidak, besar kemungkinan reaksi kekerasannya merupakan cetusan frustrasi karena tidak dapat berkomunikasi dengan kita atau membuat kita mengerti atau menerima perkataannya. Apabila kita mendapati bahwa memang ia dibesarkan dalam kekerasan dan cenderung mengeluarkan reaksi keras serta sangat mudah terpicu, saya menyarankan agar pertunangan atau pernikahan ditunda. Masalah ini perlu diselesaikan terlebih dahulu sebelum keputusan untuk menikah dibuat. Kita mesti menyikapi masalah kekerasan secara serius bukan saja karena perlakuan itu membahayakan keselamatan kita pribadi, tetapi juga anak-anak. Tidak jarang anak-anak pun menjadi korban kekerasan. Atau, kalaupun tidak, mereka terekspos kekerasan yang berdampak buruk pada pertumbuhan diri mereka.


Penemuan Hal Baru

Tidak jarang setelah menjalani relasi berpacaran, kita menemukan hal-hal yang baru tentang pasangan, yang tadinya tidak terlihat. Sebagai contoh kita baru menyadari bahwa ia adalah seorang yang sangat kikir. Atau, kita baru melihat betapa terikatnya ia pada keluarga asalnya. Atau, ternyata ia dililit utang dan sering berutang, tanpa menunjukkan sikap bertobat. Atau, kita menemukan bahwa ia adalah pecandu pornografi atau penjudi. Singkat kata, semua yang muncul ke permukaan adalah masalah karakter atau perilaku yang buruk.


Sudah tentu kita perlu menyadari bahwa kita pun adalah sesama orang berdosa dan tidak lepas dari kelemahan. Itu sebab langkah pertama bukanlah memutuskan relasi melainkan memberikan pengampunan. Setelah pengampunan, ada satu lagi yang mesti diberikan yaitu kepercayaan. Namun sebelum kepercayaan diberikan, ia mesti memperlihatkan pertobatan terlebih dahulu. Ia harus dapat menunjukkan penghentian semua perbuatan tersebut untuk suatu masa yang panjang, misalkan setidaknya selama dua atau tiga tahun. Apabila pada masa yang panjang itu ia berhenti melakukan perbuatan yang buruk itu, barulah kepercayaan dapat dipulihkan kembali. Sungguhpun demikian, saya tetap harus mengingatkan bahwa pada umumnya sesuatu yang telah menjadi bagian hidup untuk waktu yang lama tidak mudah untuk hilang. Jadi, kita tetap harus membuka mata lebar-lebar dan memintanya untuk hidup dalam relasi pertanggungjawaban, baik dengan kita maupun rohaniwan.

Pada dasarnya ada dua jenis masalah yang mesti kita perhatikan sebab keduanya tidak mudah lepas atau berubah yaitu KARAKTER dan KECANDUAN. Sewaktu kita membicarakan tentang karakter, sesungguhnya kita juga tengah membicarakan tentang kebiasaan hidup. Masalah kecanduan juga bukan masalah sepele. Berjudi, minum alkohol, dan pemakaian narkoba adalah problem yang mengakar sehingga sering kali keinginan untuk lepas tidak kuasa untuk menahan hasrat. Dan, tidak jarang masalah kecanduan akhirnya berkembang menjadi masalah karakter.

Kesimpulan :

Amsal 19:14 berkata, "Rumah dan harta adalah warisan nenek moyang tetapi istri yang berakal budi adalah karunia Tuhan." Di sini Firman Tuhan membandingkan dua hal yakni (a) mendapatkan rumah dan harta, dan (b) mendapatkan pasangan hidup. Perbedaan di antara keduanya adalah mendapatkan rumah dan harta dapat dilakukan dengan kemampuan manusiawi sedangkan mendapatkan pasangan hidup yang sesuai, tidak bisa dilakukan dengan kemampuan manusiawi. Mendapatkan pasangan hidup yang baik—yang berakal budi atau berhikmat—memerlukan campur tangan Tuhan sendiri.


Oleh : Pdt. Dr. Paul Gunadi


Audio dan transkrip secara lengkap bisa didapatkan melalui situs www.telaga.org dengan kode T390B.




TELAGA Menjawab

TANYA

Shalom,

Saya seorang wanita. Lebih dari 1 minggu yang lalu saya berkenalan dengan seorang pria melalui situs Kristen. Dia ingin menjalin hubungan serius sampai menikah dengan saya, dia juga ingin bertemu dan berkenalan dengan mama saya. Sayangnya sewaktu mengutarakan keinginannya itu, dia juga mengadakan pengakuan kepada saya, yaitu dia pernah melakukan 2 kali hubungan badan dengan perempuan yang dia kenal di situs Kristen juga dan itu terjadi beberapa bulan yang lalu.


Saya kaget dan bingung harus bersikap bagaimana. Jujur saya belum siap dengan pengakuannya itu. Saya berkaca pada diri saya sendiri yang dulu tidak kudus dalam berpacaran (grepe-grepe) namun tidak sampai mau berhubungan badan, sekarang pun sudah bertobat. Apakah saya harus menerima pria ini dengan semua masa lalunya itu dan melanjutkan hubungan kami?


Terima kasih. Tuhan memberkati.

JAWAB

Shalom,

Saya mengacungkan jempol untuk ketegasan Saudari tidak berhubungan badan sewaktu berpacaran dulu, meski tidak kudus (sudah “grepe-grepe”), yang tentunya itu juga tahap yang berbahaya.


Mengenai pria yang Saudari kenal lewat situs, saya ingin bertanya pilihan bijak manakah yang Saudari pilih:

  1. Pria yang bisa dikenal kehidupan kesehariannya, atau

  2. Pria yang hanya sesaat saja dikenal (misalnya, lewat situs, BBM, atau Facebook)


Saya yakin Saudari akan setuju dengan pernyataan saya, yaitu bahwa kita memang tidak bisa memastikan masa depan pernikahan, namun kita masih bisa pastikan bagaimana kita mengawali pernikahan itu sendiri.


Kiranya Tuhan memberikan kebijaksanaan-Nya kepada Saudari. Tuhan memberkati.


Salam dan doa: Tim Pengasuh Program TELAGA




DOAKANLAH:

  1. Bersyukur di usia yang ke-18, Telaga masih diperkenan bekerjasama dengan 44 radio di tanah air dan 1 radio di Hongkong serta saat ini sudah ada 948 judul rekaman.

  2. Bersyukur untuk sumbangan yang diterima dari Radio Gosyen FM di Wlingi sebesar Rp 500.000,- dan dari Ibu Gan May Kwee di Solo sebesar Rp 500.000,-

  3. Bersyukur untuk tambahan 1 judul rekaman tentang “Orang Dewasa Bermain” dan bersyukur Bp. Paul Gunadi sudah tiba di Malang, doakan untuk rekaman yang akan diadakan selama bulan Maret 2016.

  4. Doakan untuk penyelesaian artikel tentang berpacaran yang dibuat oleh Bp. Andrew A.Setiawan.

  5. Tetap doakan untuk tambahan radio yang mau bekerjasama menyiarkan program Telaga, baik di Malang maupun di wilayah lainnya.

  6. Doakan untuk pemasaran buku “Memahami Remaja dan Pergumulannya” dan “Memaksimalkan Karier Anda”.

  7. Doakan untuk ibu Dientje Winarto yang pernah membantu rekaman Telaga beberapa tahun yang lalu, saat ini menjalani cuci darah 3x seminggu, agar Tuhan memberikan kekuatan dan kalau Tuhan berkenan memberikan mujizat-Nya.

  8. Bersyukur untuk donasi yang diterima pada bulan ini dari donatur tetap, yaitu :


        001 – Rp 100.000,-
        006 – Rp 200.000,- untuk 2 bulan



JUDUL BARU


T 471 A Pagar Perlindungan Diri
T 471 B Komunitas Kasih Karunia
T 472 A Melindungi Anak dari Jerat Dunia Digital
T 472 B Bebas dari Jerat Narkoba
T 473 A Kala Karier Istri Menanjak
T 473 B Komunitas Kasih Karunia
T 474 A Rehabilitas Gangguan Jiwa

"Sebab segala sesuatu adalah dari DIA dan kepada DIA, bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya" (Roma 11 : 36)