Tantangan yang Dihadapi Wanita Paro Baya

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T044B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Tantangan muncul ketika wanita paro-baya menghadapi kenakalan secara moral yang terjadi pada anak-anak mereka. Dan hal ini merupakan suatu pukulan yang benar-benar telak dirasakan oleh seorang ibu, suatu kegagalan yang sangat melukai hatinya.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Seorang wanita paro-baya yang menyaksikan anak yang semakin nakal, suami juga nakal karena memasuki usia paro-baya benar-benar akan membuat dia terluka. Ayah bisa merasa gagal sebagai seorang ayah tapi pukulan kegagalan tidak bisa dibandingkan dengan pukulan kegagalan seorang ibu sewaktu dia merasa gagal. Yang menarik adalah seharusnya seorang ibu bisa berasionalisasi bahwa ini bukan kegagalan saya saja, namun jarang sekali ibu bisa berkata ini adalah kegagalan kami berdua suamiku dan diriku. Kebanyakan akan berkata salahku sendiri dan tidak melibatkan si suami. Sebab memang biasanya dalam pembesaran anak yang terlibat lebih langsung adalah ibu. Dan kecenderungan bagi seorang wanita ini adalah dia mulai berandai-andai tentang dirinya, apa yang seharusnya tidak dilakukan atau dia lakukan diapun bisa berandai-andai tentang suaminya. Kalau saja engkau dulu tidak begini, kalau saja engkau dulu lebih begini dan mulailah siklus pertengkaran di situ.

Dalam depresi dan dalam kesedihannya dalam perasaan gagalnya seorang ibu pada umumnya cenderung mencari kambing hitam duduk masalahnya. Selain dari sikulus pertengkaran, yang bisa terjadi adalah dia merasa putus asa dalam hidupnya, seolah-olah masa depan tidak ada lagi, apa yang saya nantikan tentang hidup di masa depan tidak ada.

Yang perlu dilakukan dalam kondisi seperti ini adalah:

  1. Berhenti menyalahkan diri, menerima kenyataan yang sudah terjadi.

  2. Jangan kita berangan-angan lagi kalau saja saya bisa begini, kalau saja dia begini dsb.

Jadi penting sekali seorang wanita paro-baya yang mengalami masa-masa sulit seperti ini bisa berkata: "Ya sudah sekarang saya melakukan yang saya bisa lakukan, tapi hasilnya masih begini, ya sudah saya harus terima ini."

Dalam hal ini istri juga bisa berbagi peran dengan suaminya, mereka bisa berdiskusi dan saling mendelegasikan tugas apa yang bisa dilakukan. Dan sudah tentu dia secara pribadi harus mengutarakan kebutuhannya kepada si suami tentunya dengan baik bukan dengan nada menuntut. Dia bisa berkata: "Kalau bisa tolonglah berikan ini, aku butuh sekali sebab akudalam keadaan kurang stabil," ini akan menolong suami untuk mengerti dan memberikannya kepada dia. Pada usia paro-baya baik wanita maupun pria mulai menampakkan penyakit-penyakit dalam tubuhnya. Selain penyakit fisik kita tahu bahwa kerawanan kita terhadap penyakit bertambah kalau secara emosional kita merasa lemah/letih.

Pada saat-saat seperti ini ada hal-hal yang mungkin perlu untuk dilakukan:

  1. Olah raga, wanita paro-baya perlu berolah raga senam misalnya dengan teratur.

  2. Memelihara hobby

Meskipun banyak tantangan, tapi sebetulnya usia paro-baya memberikan juga kesempatan atau peluang misalnya memelihara hobby, memelihara bunga atau juga terlibat dalam pelayanan. Kita adalah manusia yang mesti merasa diri berguna, berfungsi. Sewaktu kita merasa tidak ada lagi fungsi, tidak ada lagi guna, tidak lagi berbuat apa-apa, tidak ada lagi dampak terhadap orang lain itu bisa membuat kita putus asa, depresi. Ini yang perlu dikembangkan oleh wanita paro-baya sebab Tuhan memang sedang menggiring dia pergi dari peranan yang dulu, Tuhan juga menggiring dia masuk ke dalam peranan dan tugas yang lain, ini yang harus kita tangkap. Banyak sekali tantangan yang harus dihadapi oleh wanita yang memasuki paro-baya ini, kata kuncinya adalah PERUBAHAN, perubahan yang memang bisa menekannya, tapi sekaligus perubahan yang bisa justru membuat dia seperti bunga yang berkembang, sebab dia bisa menangkap peluang itu dan mengisi waktunya dengan lebih positif dan produktif. Terutama berkarya dan memberikan sumbangsih yang lebih besar untuk kerajaan Tuhan.

Mikha 6:8, "Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik, dan apa yang dituntut Tuhan dari padamu. Pertama berlaku adil, kedua mencintai kesetiaan, ketiga hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu."