Ada pernyataan bahwa mengampuni diri sendiri itu lebih susah dari pada mengampuni orang lain, tetapi ternyata itu tergantung dari orangnya. Ada orang yang mudah mengampuni orang lain, tetapi susah mengampuni dirinya sendiri. Ada juga orang yang bisa mengampuni diri sendiri tetapi susah mengampuni orang lain. Dan ada juga orang sulit mengampuni diri sendiri dan juga orang lain. Yang membedakan semuanya adalah cara pandang masing-masing orang.
Pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, dan kali ini saya bersama Ibu Ester Tjahya M.Psi., kami akan berbincang-bincang dengan Pdt. Dr. Vivian Soesilo. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen paruh waktu di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Sulitnya Mengampuni Diri Sendiri". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
VS : Itu tergantung, ada orang tertentu memang lebih mudah mengampuni orang lain, tetapi susah mengampuni dirinya sendiri. Ada juga orang yang bisa mengampuni diri sendiri tetapi susah mengampui orang lain.
Dan ada juga orang sulit mengampuni diri sendiri dan juga sulit mengampuni orang lain.VS : Cara pandang dia. Yang saya lihat, orang sulit mengampuni diri sendiri biasanya karena menganggap dirinya itu harus sempurna, dirinya harus yang paling betul. Mempunyai tuntutan yang besarpada diri sendiri, saya tidak boleh berbuat kesalahan, saya tidak boleh menyakiti orang lain.
Kalau saya mengampuni orang lain maka itu adalah perbuatan baik saya terhadap orang lain tetapi terhadap diri sendiri tidak boleh.VS : Ini ada seorang ibu yang saya konseling. Dia mempunyai dua orang anak dan dia mempunyai banyak masalah. Setelah kami berbicara ternyata dia seringkali tidak bisa mengampuni diri sendiri da mengatakan "Seumur hidupku saya tidak bisa mengampuni diriku sendiri atas kesalahan yang saya perbuat".
ET : Apakah itu memang suatu kesalahan yang fatal atau memang terhadap hal-hal yang kecil pun dia sulit untuk mengampuni dirinya.
VS : Dari kecil sampai hal yang besar. Karena tadi yang saya katakan dia orang yang perfeksionis, dia menganggap dirinya tidak boleh melukai orang lain. Sebagai seorang ibu, dia tidak boleh menakiti anaknya, dia tidak boleh melakukan suatu kesalahan, jadi ada tuntutan yang besar dalam dirinya.
ET : Apakah juga termasuk seperti tindakan-tindakan menghukum. Jadi tidak hanya mengampuni tetapi juga menghukum dirinya.
VS : Yang dia hukum dirinya sendiri yaitu tidak bisa menerima dirinya sendiri. Jadi akhirnya hidupnya penuh dengan ketidakbahagiaan karena tidak bisa menerima dirinya sendiri.
VS : Itu memang kesalahan yang telah ia perbuat dan dia memang harus mengakui bahwa dia salah. Kesalahannya ialah dia lupa atas kelalaiannya tetapi mengampuni diri sendiri berarti harus melakuan tanggungjawab dengan benar dan harus menanggung kesalahannya.
Dan bukan berarti seumur hidup dia harus menanggung beban seperti itu. Dia harus berusaha mengampuni dirinya karena itu sudah terjadi di masa lampau. Dia harus minta maaf kepada Tuhan, minta maaf kepada anaknya yang meninggal dan kepada keluarga yang lain dan dia harus mengampuni dirinya sendiri untuk hidup di kemudian hari.VS : Kalau seperti itu maka dia harus minta maaf kepada anak yang dia perkosa. Dulu dia seperti itu tapi sekarang dia sudah berubah dan yang penting dia menunjukkan perubahan.
VS : Orang yang belum bisa mengampuni dirinya sendiri adalah orang yang masih penuh dengan kemarahan pada dirinya sendiri. Jadi termasuk yang tadi saya katakan tidak bisa menerima dirinya sendii.
Kalau orang tidak bisa menerima dirinya sendiri berarti dia adalah orang yang tidak bahagia. Apapun yang ia lihat selalu dengan negatif, jadi akhirnya hidupnya menjadi sesuatu yang negatif.ET : Apapun yang orang lain perlakukan kepadanya kadang-kadang dinilai memang saya layak mendapatkan perlakuan seperti itu.
VS : Kalau pun dia melihat dirinya adalah orang yang begitu rusak dan begitu bejat tapi apakah dia akan terus seperti itu. Kalau dia berubah dan bertobat maka dia bisa melihat bahwa Tuhan sudahmengampuni dia dan dia juga bisa belajar mengampuni dirinya sendiri.
ET : Tapi kadang-kadang ada orang yang mengatakan "Saya tahu bahwa saya sudah diampuni oleh orang yang saya lukai dan Tuhan sudah mengampuni saya, tetapi tetap saya tidak bisa mengampuni dri saya sendiri".
VS : Dalam keadaan seperti itu, yang perlu dipikirkan adalah kalau Tuhan sudah mengampuni dan sudah minta maaf kepada orang yang dia lukai semoga orang itu bisa mengampuninya. Untuk bisa mengamuni diri sendiri yaitu dengan kompensasi, mungkin dia bisa berbuat lebih baik dengan orang itu, membalas sesuatu kebaikan atas kejahatan yang telah dia perbuat.
Mungkin seperti kasus ayah memperkosa anaknya, sekarang dia bisa melakukan sesuatu untuk menebus kesalahan. Orang yang saya lihat seperti itu akhirnya bisa mengampuni diri sendiri dengan berbuat seperti demikian.VS : Ini berarti dia tidak melihat bahwa pengampunan yang dia terima dari Allah tidak nyata dalam kehidupannya. Kalau Allah yang mengampuni maka dia harus belajar mengampuni diri sendiri, merenahkan diri di hadapan Allah.
Rasul Paulus pun adalah orang yang termasuk pernah membunuh orang lain sebelum dia bertobat, akhirnya karena kasih karunia Allah dia bisa bertobat. Dia bisa mengatakan "Dahulu aku adalah orang yang paling berdosa tapi akhirnya aku bertobat". Dia bisa merendahkan diri untuk menerima pengampunan Allah dan pengampunan dirinya sendiri.VS : Langkah-langkah yang bisa diambil adalah membantu dia melihat bahwa apa yang sudah terjadi itu sesuatu yang sudah lewat, dia harus tahu apa yang dia perbuat itu sesuatu yang sungguh-sunggu terjadi dan dia mau bertanggung jawab "Aku telah berbuat seperti itu".
Pertanggungjawaban ini juga harus dia selesaikan dengan baik, kalau dia harus menjalani hukuman maka dia harus menjalani dan bukan lari dari tanggungjawabnya. Kalau dia harus bayar kompensasi maka dia harus bayar kompensasinya itu. Setelah itu dia harus mengeluarkan segala macam kepedihan, rasa dukacitanya, rasa malu. Kalau perlu dia bisa menulis surat meminta maaf kepada orang yang dia sakiti dan minta ampun kepada Tuhan. Setelah dia bisa mengeluarkan semuanya maka dia bisa minta maaf kepada orang yang dia lukai dan mengampuni dirinya sendiri.ET : Apakah ada perbedaan langkah-langkah dengan orang yang perfeksionis yang bisa menyalahkan diri dan sulit mengampuni diri untuk masalah apa pun ?
VS : Saya kira orang yang perfeksionis itu standardnya terlalu tinggi. Untuk orang yang perfeksionis dia harus menyadari bahwa dirinya sendiri adalah manusia dan dia perlu merendahkan diri.
ET : Soalnya dengan orang yang perfeksionis ini untuk kita lakukan langkah pertama yaitu merumuskan kesalahannya dia dimana, masalahnya dimana, itu sulit karena dia merasa yang ada pada dirinyasemuanya salah.
VS : Itu berarti orang yang perfeksionis pun dia harus tahu bahwa dia tidak bisa perfek, semasa kita hidup di dunia ini tidak mungkin sempurna. Kita harus sadar bahwa manusia ini tidak sempurnameskipun dia sudah membuat standard yang tinggi untuk dirinya tetapi tidak akan bisa dengan kekuatan sendiri, dan kadang-kadang jatuh maka membutuhkan kerendahan hati.
ET : Berarti pemahaman ini yang perlu mendahului pengampunan terhadap diri sendiri?
VS : Ya betul.
VS : Keuntungannya adalah kelegaan, beban yang berat sudah terlepas, akhirnya dia bisa berhubungan yang normal dengan orang lain. Dengan kelegaan itu maka dengan sendirinya tubuhnya menjadi seht.
VS : Orang yang mendapatkan kelegaan berarti dia lebih segar dalam penampilannya, tubuhnya lebih sehat karena sudah menyenangi dirinya sendiri. Orang yang senang dirinya sendiri dengan sendirina dia mau dandan, berpakaian rapi membuat dirinya sendiri menarik.
VS : Itu berarti lebih banyak menghukum dirinya sendiri, juga menghukum keluarganya. Jadi butuh kelepasan dari itu.
ET : Bahkan ada yang pernah saya ketahui melukai dirinya, sebagai bentuk penghukuman diri sendiri.
VS : Apakah menghukum dirinya sendiri itu kelepasan, apakah ada gunanya. Sama sekali tidak ada faedahnya.
ET : Bahkan menyusahkan keluarga. Sebenarnya itu menghukum keluarga yang tidak bersalah.
VS : Betul.
VS : Kalau dia seperti itu, maka dia termasuk orang yang bisa sembuh jika sudah minta maaf kepada orang yang dia lukai, jika dia sudah berbuat apa yang dia bisa untuk mengganti rugi dan juga mita ampun kepada Tuhan.
Dia harus percaya bahwa kuasa Allah atau darah Tuhan sudah bisa untuk mengampuni dia. Dia harus menerima dengan sukacita tidak lagi susah.VS : Tentu. Dia tidak sehat lagi karena terlalu banyak pikiran dan kalau orang banyak pikiran berakibat tidak bisa tidur, makan tidak enak, kerja juga tidak enak. Akhirnya dia mengalami banyak asalah dalam kesehatan, tekanan darah tinggi membuat sakit jantung, stress terhadap banyak hal, membuat kesehatan tubuhnya menjadi banyak terganggu.
VS : Tapi apakah dia mau seperti itu. Dan tadi Ibu Ester katakan menyusahkan keluarganya dan akhirnya menghukum keluarganya juga.
VS : Nah keluarganya bisa mengatakan kalau sudah mengampuni maka terimalah kami. Kami ini sudah mengampuni kamu, untuk bersyukur cobalah dalam kehidupanmu kamu mau menghargai kami.
VS : Berarti dia dianjurkan untuk menerima keluarga yang sudah menerima dia.
ET : Jadi memang dua lapisan yang Ibu Vivian katakan beberapa waktu yang lalu tentang mengampuni orang lain berlaku juga kepada diri sendiri yang mengampuni secara keputusan dan secara emosi.
VS : Betul. Jadi keputusan mengampuni diri sendiri akhirnya tergantung emosinya dan ini membutuhkan waktu.
VS : Nah itu tergantung berapa dalamnya luka yang bisa terjadi dan tergantung juga betapa dekat dengan orang yang dilukai itu, dan berapa besarnya kesalahan yang dia perbuat.
VS : Kasus-kasus besar yang tadi dicontohkan, sampai akhirnya anaknya meninggal. Kerugian materi yang luar biasa tapi materi bisa dicari lagi dan yang terbesar adalah nyawa orangnya, itu yang mmbuat sulit mengampuni diri sendiri.
Ada salah seorang klien saya tapi bukan masalah besar seperti itu, hanya sesuatu yang tidak beres dalam keluarganya, tidak beres mengatur anaknya dan yang tidak beres itu pun sudah tidak menyenangkan. Tergantung berapa ‘perfect’ seseorang.VS : Kalau orang yang memperkosa anaknya sendiri merasa tidak bersalah berarti orang itu dipenuhi dengan nafsu birahi. Waktu dipenuhi nafsu birahi dia lupa daratan, dia lupa apa yang dia lakuka, lupa kalau itu anaknya sendiri.
Berarti rasionya tidak berjalan, yang berjalan hanya nafsunya saja.VS : Saya kira dia sadar tapi kalau binatang maka tidak sadar, dan manusia diberi Tuhan rasio.
VS : Saya kira manusia tahu tapi kalau binatang anjing tidak tahu. Karena anjing tidak mengerti, tapi manusia mengerti kalau dia mau jujur dengan diri sendiri.
VS : Yang kita bisa lakukan yaitu menyelamatkan anaknya kalau bisa anaknya keluar dari lingkungan itu. Bukannya putus hubungan, tetapi untuk menyelamatkan anak itu. Bagaimana kita bisa bicara dngan ibunya agar anak ini bisa diselamatkan di tempat yang lain.
VS : Penjara adalah tempat yang layak untuk hukumannya.
VS : Coba kita lihat di Matius 22:39 "Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri". Jadi kita perlu mengasihi diri sendiri seerti kita juga mau mengampuni orang lain.
GS : Jadi itu suatu hukum kasih yang juga harus diterapkan pada diri kita sendiri. Terima kasih banyak Ibu Vivian dan Ibu Ester untuk kesempatan kali ini. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Pdt. Dr. Vivian Soesilo dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Sulitnya Mengampuni Diri Sendiri". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan email dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
Ada pertanyaan bahwa mengampuni diri sendiri itu lebih susah dari pada mengampuni orang lain, tetapi ternyata itu tergantung dari orangnya. Ada orang yang mudah mengampuni orang lain, tetapi susah mengampuni dirinya sendiri. Ada juga orang yang bisa mengampuni diri sendiri tetapi susah mengampuni orang lain. Dan ada juga orang sulit mengampuni diri sendiri dan juga orang lain. Yang membedakan semuanya adalah cara pandang masing-masing orang.
Beberapa penyebab yang membuat seseorang merasa bersalah terhadap dirinya sendiri :
- Menganggap dirinya harus sempurna (Perfeksionis), dirinya harus yang paling betul.
- Mempunyai tuntutan yang besar pada diri sendiri, saya tidak boleh berbuat kesalahan, saya tidak boleh menyakiti orang lain. Jadi saat dia menyakiti orang lain baik secara sengaja atau pun tidak, maka dia akan sulit untuk mengampuni diri sendiri.
Orang yang tidak bisa mengampuni diri sendiri ditandai dengan penuh kemarahan pada dirinya, selalu mempunyai pandangan yang negatif dan merasa dia pantas untuk mendapatkan perlakuan buruk dari orang lain; tidak menyenangi dirinya sehingga hidup awut-awutan.
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengampuni diri sendiri :
- Kalau Allah sudah mengampuni, maka dia harus belajar mengampuni diri sendiri.
- Merendahkan diri di hadapan Allah.
- Melihat bahwa apa yang telah terjadi itu sudah lewat, dia harus tahu apa yang dia perbuat itu sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi dan dia mau bertanggungjawab.
- Mengeluarkan segala macam kepedihan, rasa dukacita dan rasa malu.
- Untuk orang yang perfeksionis, dia harus menyadari bahwa dirinya sendiri adalah manusia dan dia perlu merendahkan diri.
Dampak bila kita tidak mau mengampuni diri sendiri :
- Menjadi sakit-sakitan
- Hidupnya tertekan
- Mukanya kusut
- Pemalas
- Dan menghukum keluarganya.
Jika ada sesuatu yang mengingatkan dia akan kesalahannya, maka dia harus minta maaf kepada orang yang dia lukai dan berbuat apa yang dia bisa untuk mengganti rugi dan juga minta ampun kepada Tuhan.
Firman Tuhan :
“Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”.
(Matius 22:39)
Jadi kita perlu mengasihi diri sendiri seperti kita juga mau mengampuni orang lain.