Sikap Hidup Reaktif

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T371B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Tidak semua kita memunyai masa kecil yang menyenangkan. Salah satu dampak masa kecil yang buruk adalah pengaruhnya terhadap diri kita pada masa sekarang. Secara khusus kita akan menyoroti sikap hidup reaktif sebagai akibat masa kecil yang tidak menyenangkan dan dampaknya pada relasi kita sekarang dengan orang di sekitar, terutama dengan pasangan sendiri.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Tidak semua kita memunyai masa kecil yang menyenangkan. Salah satu dampak masa kecil yang buruk adalah pengaruhnya terhadap diri kita pada masa sekarang. Secara khusus kita akan menyoroti sikap hidup reaktif sebagai akibat masa kecil yang tidak menyenangkan dan dampaknya pada relasi kita sekarang dengan orang di sekitar, terutama dengan pasangan sendiri.

Definisi Sikap Hidup Reaktif

Sikap hidup reaktif adalah sikap hidup yang berorientasi pada orang di sekitar, dimana bukan saja orang di sekitar menjadi fokus utama perhatian kita tetapi juga menjadi penggerak atau penyebab perilaku kita. Sudah tentu kita semua terpengaruh oleh kondisi lingkungan dan tanggapan yang kita terima dari orang. Namun seyogianya di dalam jiwa yang sehat, perilaku kita bukan saja dipengaruhi oleh sikap atau tindakan orang, tetapi juga oleh pilihan pribadi yang kita ambil berdasarkan nilai yang kita miliki.

Singkat kata sikap reaktif memerlihatkan bahwa kekuatan dalam diri sesungguhnya lemah. Akhirnya kita kurang proaktif atau berinisiatif dan cenderung ikut arus. Kita tidak tahu apa yang kita inginkan atau tidak inginkan; kita hanya melihat sikap atau tindakan pasangan dan memberi reaksi terhadap apa yang dilakukannya atau apa yang dipilihnya.

Dampak Pada Relasi

Tidak bisa tidak, sikap hidup reaktif memberi dampak yang besar pada relasi dengan sesama. Jika kita hidup bersama pasangan yang reaktif, kita cenderung memunculkan reaksi berikut ini:

  • Kita merasa BINGUNG sebab tindakannya tidak memunyai garis prinsip yang lurus atau konsisten. Hal yang salah kemarin bisa tidak salah hari ini dan begitu pula sebaliknya, hal yang benar kemarin bisa salah hari ini. Alasannya jelas: ia tidak mendasari reaksinya atas pedoman tertentu yang diyakininya. Reaksinya lebih merupakan tanggapan terhadap apa yang kita perbuat.
  • Kita merasa FRUSTRASI sebab tidak mudah bagi kita berkomunikasi dengannya secara terbuka. Sewaktu ia berbicara atau memberikan tanggapan kita berusaha menyimak dan memeriksa diri. Sebaliknya sewaktu kita berbicara dan memberikannya masukan, ia sulit menerima dan cenderung menyalahkan kita sebagai pencetus reaksinya. Singkat kata, tidak mudah baginya untuk melihat andilnya dalam permasalahan sebab ia cenderung melihat kita atau orang lain.
  • Kita merasa TERLUKA sebab dalam kemarahan, pasangan yang reaktif cenderung memunculkan letupan emosi yang kuat. Tidak jarang ia mengeluarkan perkataan yang tajam menusuk hati. Kita merasa tak berdaya sebab jika kita lawan, maka ia akan makin bersikap emosional.
  • Akhirnya kita merasa LETIH DAN PUTUS ASA. Kita merasa semua usaha untuk memerbaiki pernikahan berlalu dengan sia-sia. Kita pun lelah karena terus dituduh sebab penyebab masalah tanpa dapat memberi penjelasan kepadanya. Dalam kondisi letih dan putus asa, terbuka lebar keinginan untuk bersikap masa bodoh. Kita merasa percuma berusaha dan memutuskan untuk lepas tangan.
Cara Menghadapi

Oleh karena sikapnya yang reaktif, maka tidak bisa tidak, pintu masuk ke dalam dirinya harus melalui diri kita. Bila kita bersikap baik dan melimpahkannya dengan kasih sayang sesuai kebutuhannya, besar kemungkinan ia pun akan memberikan reaksi yang positif pula. Sebaliknya, jika kita bersikap kasar atau marah kepadanya, besar kemungkinan ia pun akan bersikap kasar atau marah kepada kita. Singkat kata, kita harus melakukan perubahan terlebih dahulu sebab ia hanya dapat melihat dirinya apa adanya, bila ia merasa dikasihi oleh kita. Makin berlimpah kasih yang diterimanya dari kita, makin terbuka hatinya untuk mendengarkan masukan kita. Saya memahami bahwa sekilas tampak tidak adil. Mungkin berpikir, "Masakan kita yang mesti berubah terlebih dahulu sedangkan ia adalah orang yang perlu berubah?" Ya, memang kita yang harus berubah terlebih dahulu. Dengan kata lain, cara Tuhan memerbaiki relasi tidaklah sama dengan apa yang kita harapkan. Tuhan menginginkan kita berubah terlebih dahulu dan lewat perubahan itu, Tuhan akan bekerja mengubah pasangan kita pula.

Firman Tuhan di 2 Korintus 9:8 mengingatkan, "Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan." Ya, dengan kekuatan sendiri kita mungkin merasa tidak sanggup untuk memulai dan terus bersikap baik kepada pasangan. Kita mesti datang kepada Tuhan kita Yesus, sumber kasih karunia dan kebajikan. Kita harus memintanya setiap hari yaitu agar Tuhan melimpahkan kita dengan kebajikan.

Comments

saya 5 tahun berhubungan dengan partner hidup yang sangat reaktif....pada awalnya semua rasa frustasi, kebingungan dan sakit hati saya bisa tahan Pak... tapi lama-lama muncul rasa frustasi akibat ga tega melihat partner hidup saya menderita karenanya...apalagi sikap reaktif tersebut juga dilakukan kepada ortu dan saudara saya..sehingga keluarga saya dijauhi (ortu saya takut datang ke rumah pak....). Saat ini saya sudah pasrah, terserah dah apa yang Tuhan mau lakukan...pokoknya saya hanya lakukan apa yang saya anggap benar, tidak peduli sikap dia yang reaktif (walau masih dalam koridor Firman Tuhan)....