Relasi yang tidak Seimbang

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T255B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Neil Clark Warren, seorang psikolog Kristen di Amerika menekankan bahwa berapa sehatnya suatu relasi ditentukan oleh berapa sehatnya suami atau istri itu sendiri. Dengan kata lain, jika ada satu pihak yang tidak sehat, maka relasi itu akan terseret turun menjadi tidak sehat pula. Salah satu masalah yang kadang timbul pada masa berpacaran adalah, ada orang tidak berkeinginan untuk melakukan andilnya untuk menciptakan relasi yang sehat. Ia berharap bahwa pasangannya yang harus menyesuaikan dirinya dengannya, dan tidak sebaliknya. Singkat kata, ia adalah seseorang yang mau terima enaknya saja. Apakah cirinya pasangan yang seperti ini?
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Neil Clark Warren, seorang psikolog Kristen di Amerika menekankan bahwa berapa sehatnya suatu relasi ditentukan oleh berapa sehatnya suami atau istri itu sendiri. Dengan kata lain, jika ada satu pihak yang tidak sehat, maka relasi itu akan terseret turun menjadi tidak sehat pula. Salah satu masalah yang kadang timbul pada masa berpacaran adalah, ada orang tidak berkeinginan untuk melakukan andilnya untuk menciptakan relasi yang sehat. Ia berharap bahwa pasangannya yang harus menyesuaikan dirinya dengannya, dan tidak sebaliknya. Singkat kata, ia adalah seseorang yang mau terima enaknya saja. Apakah cirinya pasangan yang seperti ini?

  • Ia terbuka dengan kelemahannya namun tidak bermotivasi untuk menyesuaikan diri dengan kita. Ia berharap kita akan dapat menerima semua kelemahannya dengan tuntas.
  • Jika timbul masalah, pola penyelesaiannya adalah menunda. Ia tidak berkeinginan menyelesaikan masalah, sebab baginya ini adalah tindakan membuang waktu. Jadi, usaha kita untuk mengajaknya membicarakan masalah biasanya kandas.
  • Ia bersedia mendengarkan tuntutan dan pengharapan kita namun tidak bersedia untuk memenuhinya dengan sengaja. Kalau kebetulan ia bisa melakukannya dengan mudah, ia akan mengerjakannya. Bila ia harus mengubah gaya hidupnya, ia tidak bersedia.

Bagaimanakah kita harus bersikap bila ini yang terjadi?

  • Pada hakikinya orang ini belum memahami arti cinta sebab dalam kenyataannya ia lebih memilih bertransaksi daripada berkorban sedangkan kita tahu bahwa cinta menuntut pengorbanan.
  • Semua relasi menuntut penyesuaian dari kedua belah pihak, jadi hampir mustahil mengharapkan relasi yang tidak menuntut penyesuaian diri. Orang yang tidak bersedia untuk menyesuaikan diri akhirnya membuat tembok pemisah.
  • Tidak bisa tidak kita harus menyimpulkan bahwa orang yang seperti ini adalah orang yang mementingkan diri alias egois. Ia hanya mencari jalan mudah dan enak dan tidak terbiasa untuk bersusah payah. Kita semua tahu bahwa pernikahan menuntut kerja keras yang tidak selalu mudah; tidak adanya kesiapan pertanda masa depan yang buruk menikah dengannya.
  • Firman Tuhan mengingatkan, "Kasih itu . . . murah hati . . . tidak mencari keuntungan diri sendiri . . . sabar menanggung segala sesuatu." (1 Korintus 13:4,5,7) Murah hari berarti sedia memberi tanpa menghitung kerugian. Tidak mencari keuntungan diri sendiri berarti memikirkan orang yang dikasihi dan berusaha melakukan hal-hal yang memberi keuntungan bagi orang yang dikasihinya. Sabar menanggung segala sesuatu menunjukkan komitmen untuk bertahan dalam situasi yang tidak nyaman sekalipun. Semua ini berkebalikan dengan tipe orang yang mau enaknya sendiri dan tidak bersedia berkorban atau bekerja sama dengan pasangannya. Itu sebabnya dapat kita simpulkan sesungguhnya ia tidak mencintai kita; ia hanya mencintai dirinya sendiri.