Puasa Menurut Alkitab 2

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T591B
Nara Sumber: 
Ev. Sindunata Kurniawan, M.K.,M.Phil.
Abstrak: 
Esensi puasa keintiman dengan Tuhan, menunda kepuasan, penguasaan diri, bersabar, puasa yang memerdekakan tetap dalam koridor kesehatan
Audio
MP3: 
Play Audio: 


Ringkasan

TUJUAN UTAMA PUASA

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, berpuasa merupakan upaya mengekspresikan batin kita secara lahiriah bahwa kita lebih lagi lapar dan haus akan Tuhan dan pertolongan-Nya. Jadi, Pribadi Tuhanlah Sosok terutama tujuan puasa kita: mengenal Tuhan, mengalami Tuhan, makin intim dengan Tuhan. Pertolongan-Nya adalah bonus dampak ikutan dan bukan yang terutama. Dengan pemahaman demikian, meskipun pertolongan-Nya yang kita pinta lewat puasa, tidak terpenuhi, kita tidak sampai merasa kecewa apalagi menyalahkan Tuhan, karena kita telah meletakkan puasa kita pada Poros atau Titik Pusat yang benar. Sejalan dengan Tuhan menjadi Poros atau Titik Pusat puasa kita, maka tindakan lahiriah berpuasa juga perlu disertai dengan hidup di dalam kekudusan dan kebenaran Allah. Bukan hanya saat jam-jam berpuasa, namun sebelum dan sesudah berpuasa pun kita berjuang setia hidup di dalam kekudusan dan kebenaran Allah. Di dalam Perjanjian Lama, Tuhan mengecam kepalsuan puasa bangsa Israel. Di dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus mengecam kepalsuan puasa kaum Farisi. Jadi, puasa bukanlah pengganti kebutuhan kita untuk konsisten hidup dalam kekudusan dan kebenaran Allah.

Sebuah kepalsuan di mata Tuhan dan orang lain ketika kita bersungguh hati berpuasa secara lahiriah serta menjaga pikiran, perkataan, perbuatan kita hanya selama waktu puasa. Ketika jam atau hari puasa sudah berakhir, kita membiarkan diri semena-mena berbuat dosa. Tuhan muak dengan kepalsuan puasa kita. Puasa kita menjadi sampah menjijikkan di hadapan Tuhan.

MANFAAT LAIN PUASA

Berpuasa memberi kesempatan pula untuk kita mengembangkan kapasitas menunda kepuasan, penguasaan diri, dan bersabar. Dampak lain, berpuasa juga bisa membakar lemak tubuh kita. Hal yang sangat baik ketika lemak tubuh kita berlebih. Maka, tak heran dari sudut kesehatan fisik, disarankan untuk "intermittent fasting" atau berpuasa normal selama 16 jam. Misal, kita makan malam terakhir pk 20.00 dan makan berikutnya pk 12.00 siang keesokan harinya. Lewat perjalanan kebiasaan berpuasa, lambung akan mengecil menyesuaikan asupan makan yang terkurangi. Kita bisa memertimbangkan untuk mengatur kembali pola makan kita agar makin sehat dan berimbang lewat kebiasaan berpuasa.

DINAMIKA RASA LAPAR SAAT PUASA

Saat merasa lapar, kita pakai momen itu untuk berkata, "Lihat, Tuhan, aku lapar akan makanan, tetapi lebih lagi aku lapar akan Engkau, Tuhan." Rasa lapar bisa terasa begitu kuat, namun setelah beberapa menit rasa lapar itu akan menghilang. Kita merasa kembali bisa leluasa beraktivitas normal. Ketika kita berpuasa satu hari, dalam sekian jam kemudian rasa lapar terasa muncul lagi dan di menit tertentu makin kuat. Namun, beberapa menit kemudian, rasa lapar itu akan kembali lenyap.

Pengetahuan akan dinamika rasa lapar ini akan menolong kita untuk lebih toleran dan bisa mengelola puasa kita dengan baik serta tak mudah menyerah di saat telah menetapkan menjalani puasa sekian jam maupun sekian hari. Ketika merasa lapar, sesungguhnya itu bukan rasa lapar sesungguhnya. Perut kita telah terdidik bertahun-tahun untuk memberi tanda lapar pada jam-jam tertentu. Richard Foster seorang ahli membangun hidup rohani mengatakan, lambung kita bagaikan anak manja yang kadang perlu tidak dituruti keinginannya tetapi perlu ditertibkan. Abaikan keluhan-keluhan itu dan perintahkan sang anak manja itu untuk tenang, dan dalam waktu singkat, rasa perih karena lapar itu akan hilang. Jika tidak, kita bisa minum segelas air lagi dan lambung akan puas. Kita perlu melatih diri menjadi tuan atas lambung dan bukan budaknya. Jika memungkinkan, gunakan waktu yang biasanya untuk makan, dialihkan untuk meditasi Firman dan doa.

SAAT HENDAK PUASA

Saat hendak puasa, hindari untuk makan terlalu kenyang. Apalagi jika hendak berpuasa beberapa hari, sebaiknya di dua hari terakhir jelang puasa, porsi makan dikurangi. Makan terakhir lebih banyak sayur dan buah untuk menghindari sembelit.

BUKA PUASA

Saat buka puasa, janganlah makan terlalu kenyang, terutama ketika puasa satu hari dari pagi hingga malam. Bisa bertahap makan sedikit agar lambung yang telah beristirahat sekian lama bisa bekerja secara wajar. Ada baiknya menghindari makan yang asam dan pedas untuk menghindari iritasi pada lambung.

BATAL PUASA

Tidak apa-apa jika menyudahi puasa lebih awal apabila kita merasa begitu sulit melanjutkan, khususnya bagi pemula. Misal, awalnya menetapkan akan berpuasa hingga pk 18.00, ternyata pk 15.00 mau mengakhiri. Sementara, bagi yang sudah terbiasa berpuasa pun, ada kalanya perlu mengakhiri puasa lebih awal jika memang menemukan tubuh makin rawan jatuh sakit. Ingat kembali, puasa kristiani adalah puasa yang memerdekakan dan tidak mendewakan bentuk dan lama berpuasa hingga mengabaikan esensi puasa yang bersifat batiniah dan tetap dalam koridor kesehatan.