Proses Pertumbuhan Tanggung Jawab

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T054B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Rupa-rupanya tanggung jawab tumbuh dalam bentuk suatu proses yang diawali sejak dini dan dalam materi ini akan dijumpai berbagai bentuk tanggung jawab yang dilakukan pada saat usia anak-anak kemudian remaja dan meningkat pada usia pemuda atau dewasa.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Kenyataan saat ini yang terjadi ada banyak orang yang sudah dewasa tapi rasa tanggung jawabnya bisa dinilai rendah sekali. Tentu ada hal-hal yang menjadi penyebab kenyataan tersebut. Saya akan memberikan jawaban dari dua sisi:

  1. Yang pertama adalah dari sisi Theologis spiritual, dari segi Theologis dan rohani kita bisa mengakui bahwa memang tanggung jawab berkaitan dengan dosa.

  2. Yang kedua dari sisi emosional, kenapa orang itu sukar sekali untuk bertanggung jawab sampai pada usia dewasanya, saya kira ini berkaitan dengan kebutuhan emosionalnya yaitu:

    1. Kebutuhan untuk menjadi benar. Adakalanya dengan kita bertanggung jawab kita harus mengakui kesalahan kita atau hal-hal yang telah kita lakukan yang tidak disenangi oleh orang lain. Akibatnya kita merasa takut, kita tidak mau mengakui perbuatan tersebut sehingga kita mengalak dari tanggung jawab kita.

    2. Kebutuhan untuk dapat menikmati hidup. Kita manusia yang ingin menikmati hidup dengan mudah dan gampang, jadi waktu kita harus melakukan tanggung jawab, kita merasakan ini adalah suatu beban bagi hidup kita dan menyukarkan hidup kita. Itu sebabnya kita melarikan diri dari tanggung jawab supaya hidup kita lebih mudah.

Kalau anak itu sudah meningkat lebih dewasa lagi yaitu memasuki usia pemuda, beberapa hal yang kita perlu tanamkan adalah:

  1. Ia harus bertanggung jawab atas emosinya. Inilah yang kadangkala tidak begitu diperhatikan orang tua. Emosi adalah sesuatu yang menjadi milik si anak, misalnya emosi marahnya, emosi sedihnya, nah dia harus bertanggung jawab dalam pengertian dia harus melakukan sesuatu, dia tidak bisa dikuasai oleh emosi-emosi tersebut.

  2. Ia harus bertanggung jawab dalam hal keuangan. Ini bisa kita mulai rintis sejak kecil, kita memberikan uang jajan dan kita tanyakan untuk apa, apa yang dia belanjakan tadi.

  3. Juga bertanggung jawab di dalam merintis kariernya. Dalam pengertian dia bertanggung jawab atas pilihan studinya, kebutuhan-kebutuhan dia harus bekerja, itu memang akhirnya akan kita dorong.

  4. Puncaknya adalah anak juga akan dituntut bertanggung jawab untuk kehidupan rohaninya. Setelah anak menginjak dewasa kita harus kembalikan pada si anak, tergantung padamu sekarang mau mempunyai hubungan yang dekat dengan Tuhan atau jauh, mau hidup di dalam Tuhan atau di luar Tuhan. Engkau tidak bisa lagi hidup bergantung kepada orang lain ini adalah antara engkau dan Tuhan.

Amsal 12:9 "Lebih baik menjadi orang kecil tetapi bekerja untuk diri sendiri, daripada berlagak orang besar tapi kekurangan makan."

Firman Tuhan ini menekankan dua hal:

  1. Seseorang harus bisa menerima keadaan dirinya apa adanya.

  2. Alkitab mengatakan penting sekali bekerja untuk diri sendiri. Artinya Alkitab mendorong kita untuk memenuhi kebutuhan diri kita dan jangan melemparkan tanggung jawab itu kepada orang lain.

Orang tua perlu bersikap dengan bijaksana dalam menolong anak menghadapi kegagalan, yaitu dengan memperhatikan beberapa prinsip berikut ini:

  1. Pertama adalah beri penghargaan untuk keberhasilannya. Jadi sewaktu anak berhasil melakukan sesuatu atau tanggung jawab yang kita embankan kepadanya, beri dia penghargaan, ucapkan pujian kita, jangan ragu-ragu memujinya.

  2. Kalau dia gagal beri dorongan jangan kita malahan menghinanya, melecehkannya, jangan. Justru untuk kegagalan yang telah diusahakan beri dia dorongan, jangan sampai dia kecil hati, lain kali coba lagi.

  3. Berikan sanksi untuk kelalaiannya, untuk hal-hal yang dia seharusnya lakukan tapi dia sengaja melalaikan tanggung jawab itu.