Dalam materi ini kita diajak untuk mengetahui, mengerti dan memahami apa yang seharusnya kita lakukan sebelum kita benar-benar masuk dalam pernikahan. Di antaranya adalah bagaimana kita dapat menyesuaikan diri untuk dapat hidup bersama dengan harmonis.
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso beserta Ibu Idajanti Rahardjo dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Dr. Vivian Andriani Soesilo dan juga Pdt. Dr. Paul Gunadi, mereka adalah para pakar di bidang konseling dan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Kali ini kami akan berbincang-bincang tentang persiapan pernikahan. Kami percaya acara ini pasti akan bermanfaat bagi kita sekalian. Dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
VS : Persiapan pernikahan bagi mereka ialah persiapan bagaimana mereka bisa menyesuaikan diri, karena selama ini mereka adalah dua pribadi dari latar belakang yang berlainan dan sekarang akan hdup bersama-sama.
Jadi kita mempersiapkan bagaimana mereka nanti bisa secara harmonis hidup bersama-sama.VS : Kalau dilihat dahulu orang itu lebih menerima apa yang terjadi dalam keluarga, mereka terima apa adanya sekarang orang lebih kritis. Jadi kalau terjadi sesuatu mereka cenderung lebih beran berkonfrontasi dengan pasangannya sehingga lebih cepat terjadi perselisihan dan akhirnya terjadi banyak perceraian.
Oleh sebab itu kalau saya melihat keluarga, dahulu saya ingin berkecimpung dalam pranikah karena saya melihat banyak pasangan yang menikah beberapa tahun langsung nanti bercerai. (GS :Itu keluarga Kristen yang Ibu maksudkan, pasangan-pasangan kristen?) ya keluarga Kristen.VS : Berpasangan, kalau secara kelompok itu kalau kita hanya mau memberikan informasi yang umum tentang apa dalam pernikahan itu, tetapi ada secara pribadi sepasang demi sepasang. Dan juga kala memang ada masalah yang tidak bisa diselesaikan pribadi lepas pribadi, satu orang-satu orang nanti bersama-sama lagi.
VS : Kalau bimbingan pranikah paling sedikit kalau menurut saya adalah ± 6 kali pertemuan atau 7 kali pertemuan. Pertama kali adalah secara pribadi, pribadi maksudnya per-pasang lalu 5 kali secra kelompok, lalu 2 kali lagi secara pasangan.
Dan itu dilihat kalau memang masalahnya lebih banyak kita akan yang berpasang ini ditambah lagi.VS : Oleh sebab itu di gereja seharusnya diberi pengumuman jauh sebelumnya. Siapa yang akan menikah, paling tidak 3 bulan sebelumnya sudah harus memberi tahu atau 4 bulan atau ½ tahun sebelumny, sehingga ada persiapan.
VS : Saya kira kalau memang mau diteguhkan di gereja, gereja harus (GS : Harus melakukan itu ya) ya.
VS : Bisa kalau ada tenaga yang kompeten, tapi paling tidak pendetanya tahu ini gereja apa yang diajarkan jadi mungkin pendetanya menambahkan sedikit-sedikit saja.
VS : Kalau itu saya tidak mengatakan sebagai bimbingan pranikah itu adalah kita mengajarkan pergaulan, memang kita ajarkan mulai dari remaja sebelum mereka berpacaran supaya nanti tahu memilih acar yang cocok,.
Tapi bimbingan pranikah ini untuk orang yang akan menikah.VS : Sebelum dan sesudah menikah biasanya kalau masalah belum diselesaikan sebelum menikah akan terbawa setelah menikah.
VS : Itu adalah pandangan yang salah, jadi bukannya tambah selesai tetapi tambah rumit.
VS : Kalau tidak diselesaikan bagaimana bisa berubah saya kira tidak, harus dibereskan sebelumnya.
VS : Yang baru menikah, evaluasi biasanya ada. Jadi setelah menikah misalnya kalau saya, saya membimbing pasangan-pasangan ini mungkin setahun kemudian saya bertemu mereka kembali secara pribad, bagaimana apa yang terjadi, jadi evaluasi.
PG : Kalau masalahnya hanyalah tidak disetujui orang tua dan tidak langsung berkaitan dengan hubungan mereka berdua, mungkin masih bisa tertangani dengan baik Pak Gunawan. Yang saya lebih cemasan adalah kalau memang mereka mempunyai masalah yang tidak terselesaikan dan terus muncul dalam masa pranikah.
Kemudian mereka menikah, kecenderungannya adalah sama seperti tadi yang disinggung Bu Vivian, masalah itu akan muncul lagi. Dan biasanya waktu muncul pada masa pernikahan muncul dalam intensitas yang lebih karena ada beberapa penyebab. Yang pertama adalah kita menghadapi problem untuk pertama kali, berbeda kalau kita menghadapinya untuk ke 10 kali. Sudah tentu akan timbul rasa bosan dan akhirnya berubah menjadi rasa muak dan lama-lama menjadi rasa masa bodoh, "Ya engkau memang tidak bisa diubah lagi, aku sudah membicarakan hal ini yang ke 10 kalinya dan engkau tetap mau melakukan apa yang engkau lakukan ya sudah, engkau mau berbuat apa aku tidak peduli lagi." Jadi biasanya kalau muncul di masa pernikahan dan sudah pernah ada di masa sebelum menikah, kecenderungannya memang muncul dalam intensitas yang lebih besar atau lebih serius. Kadang kala tadi Pak Gunawan juga sudah singgung, ada kalanya orang yang berpacaran mempunyai suatu harapan mujizat akan terjadi, yaitu setelah menikah tiba-tiba masalah akan terselesaikan. Kadang kala saya bertanya seperti ini kepada pasangan yang sedang menjalani konseling pranikah, mereka tidak cocok dan saya sudah tekankan itu kepada mereka tapi tetap mereka mau menikah. Saya suka menggunakan suatu ilustrasi. Saya suka katakan "Bayangkan engkau sekarang sudah menikah," saya ambil suatu kertas saya berkata: "Bayangkan ini adalah surat nikah engkau, sekarang saya tanya apa yang berubah dalam hubungan kamu berdua?" Dua-dua diam, sebab memang pernikahan adalah seperti itu sebetulnya, yaitu suatu hubungan yang sekarang disahkan tapi hubungan itu sendiri tetap sama, tidak ada yang berubah sebetulnya. Kalau sebelumnya tidak cocok, mempunyai masalah dengan kecemburuan misalnya itu akan menjadi masalah yang menyertai mereka. Tapi adakalanya memang muncul suatu harapan-harapan gaib, seolah-olah semua akan terselesaikan ya tidak. Dengan adanya kertas surat nikah ini apakah ada yang berubah dalam hubungan engkau berdua? Tidak ada persis sama, jadi itu yang saya kira kita ini sebagai orang yang lebih tua atau sebagai konselor pranikah perlu tekankan pada pasangan muda bahwa pernikahan tidak mempunyai atau mengandung solusi yang gaib, yang bisa menyelesaikan problem mereka.VS : Ya kalau tadi katakan setelah anak lahir lalu disetujui. Itu karena masalah tidak disetujui, tapi kalau masalah yang pribadi, masalah interaksi saya kira tidak akan selesai.
VS : Saat pacaran adalah saat terbaik untuk mengenal calon pasangannya ini, jadi mengenal pribadinya, karakternya, orangnya, latar belakangnya. Jadi saat yang terbaik adalah mengenal orang ini pakah saya bisa hidup dengan dia seumur hidup.
VS : Lebih banyak berkomunikasi.
VS : Biasanya omong-omong bukan untuk mengenal (GS :Membicarakan sesuatu di luar hubungan mereka) betul.
VS : Biasanya dengan konseling pranikah. Jadi mereka itu diajak untuk membuka pandangannya mereka, membuka matanya.
VS : Ya pengajaran memang perlu juga, tapi latihan dalam kelompok kami juga ada. Yang terpenting adalah penyesuaiannya orang dua ini, jadi apa yang selama ini saya selalu tekankan, selama ini ang jadi masalah kalian berdua itu apa? Dan biasanya kelihatan ini orang yang berdua ini duduk ini mereka kelihatan duduk ini dengan damai atau duduk dengan ada masalah bisa kelihatan.
Biasanya saya tanya masalah apa yang tidak beres dari kalian. Jadi itu yang dibereskan sebelum menikah.VS : Ya ada (GS : Misalnya Bu) misalnya ada satu pasangan yang saya bimbing ini mereka kelihatannya tidak cocok karena yang perempuan ini memangnya pendidikannya lebih tinggi dan memang umurnyalebih tua dan dia ini memangnya lebih cepat mengambil keputusan.
Yang laki memangnya lebih lambat mengambil keputusan jadi mereka ini selalu bertengkar karena yang laki dia mengatakan meskipun saya ini umurnya lebih muda, saya ini saya harus jadi kepala keluarga, tetapi dalam kenyataan tidak bisa. Oleh sebab itu mereka bertengkar terus. Setelah konseling pranikah beberapa kali mereka memutuskan menunda dan membereskan, jadi yang perempuan belajar mengungkapkan pendapatnya yang baik itu bukan dengan mendikte suaminya, calon suaminya selalu dia dikte, ini yang membuat calon suaminya marah. Kita belajar bagaimana mengungkapkan pendapat dengan tidak mendikte akhirnya dia berubah, cara berkomunikasinya ini juga berubah menjadi bagaimana bisa menjadi kepala keluarga akhirnya setelah bisa selesai, mereka berubah.VS : Itu yang pribadi (GS : harus pribadi ya) ya, jadi saya katakan kelas penting ada diskusi kelompok tetapi juga harus ada untuk pasangan secara pribadi, orang per orang, sepasang dan juga seara kelompok.
VS : Kalau itu adalah sesuatu yang tidak mudah, tahu orangnya lewat tulisan, gambaran tetapi menentukan pernikahan dengan cara itu, saya kira kurang bijaksana. Sebaiknya kita harus ketemu orangya, mengenal orangnya dulu.
VS : Faktor-faktor yang memperkuat pernikahan kalau saya melihat, mereka harus mempunyai hati yang sungguh-sungguh takut pada Tuhan, karena orang yang takut pada Tuhan bagaimanapun juga akan beusaha untuk memperbaiki diri dan melaksanakan perintah-perintah Tuhan.
Itu fondasi yang terutama.PG : Dalam pengalaman Bu Vivian, apakah ada problem-problem tertentu yang Ibu temukan pada masa konseling pranikah. Yang dapat Ibu gunakan sebagai indikator, apakah pernikahan ini akan berjalan baik atau tidak, apakah ada isu-isu atau masalah-masalah yang sangat krusial yang mereka harus bisa selesaikan dengan baik?
VS : Terutama masalah komunikasi, kalau dalam kelompok biasanya waktu pengajaran, saya biasanya mulai dengan pengajaran itu kalau yang bicara hanya dari dua orang, ini entah laki saja yang perepuan diam saja.
Ini saya kira sesuatu yang tidak beres, ada sesuatu problemlah di komunikasinya. Atau yang perempuan bicara terus yang suaminya diam saja, itu saya melihat bahwa mereka tidak ada kebersamaan.VS : Biasanya memang kalau kami diskusi tetapi saya selalu tanyakan satu kelompok lalu satu pasang. Pandangan kalian berdua apa, selalu yang menjawab ini perempuan saja atau yang laki saja. Inisesuatu yang tidak beres.
(GS: Indikasi yang perlu diwaspadai itu) ya itu harus diwaspadai. Dan juga mungkin dalam cara menjawab itu kelihatan ada kemarahan, satu pasang yang sekarang saya bimbing ini waktu menjawab kelihatan ada kemarahan, ini apa ini, tapi karena waktu itu kelompok saya tidak membicarakan apa-apa setelah kelompok selesai saya panggil. Saya melihat beberapa minggu ini ada kemarahan, ternyata ada yang terpendam lama sekali yaitu kemarahan karena cemburu pada calon istrinya ini.VS : Yang saya sampaikan itu materi terutama yaitu tentang pernikahan dari sudut pandang Kristen, itu mereka sebagai fondasinya (GS: Harus tahu itu) harus tahu tanggung jawabnya sebagai suami itri dari pandangan firman Tuhan.
Lalu yang saya tekankan juga tentang mereka mengenal diri mereka sendiri, jadi siapakah saya ini dan saya mau menikah ini adalah menurut pandangan Kristen seumur hidup, jadi saya harus hubungan dengan orang, pengenalan pribadi satu dengan yang lainnya. Lalu juga tentang komunikasi bagaimana berkomunikasi dengan baik, lalu juga materi yang lain adalah tentang kemarahan, bagaimanapun juga kita hidup bersama-sama ini tentu ada kemarahan lalu bagaimana menangani kemarahan. Hal yang lain adalah tentang komitmen apa mereka mau komitmen seumur hidup, yang lain lagi adalah tentang pendidikan seksual, anak, harapan-harapan dalam pernikahan karena biasanya waktu pacaran harapannya tinggi-tinggi, kenyataannya tidak tahu, kira-kira seperti itu.VS : Ya, saya katakan paling sedikit 6, 7 kali dan setiap kali itu ada 2 jam.
VS : Ada yang terjadi seperti itu memangnya kadang-kadang tidak datang. Tapi saya mengatakan kalau kamu tidak datang harus ditambah (GS: Mengikuti yang lain ya) mengikuti yang lain, jadi harus iselesaikan.
VS : Ya tapi mereka sendiri kalau saya evaluasi, mereka sendiri mengatakan banyak manfaatnya dan minta ditambah waktunya.
VS : Selama ini saya belum pernah seperti itu, yang saya pernah mengalami yaitu yang tidak cocok tapi bisa ditunda sampai 3 kali. Dan waktu mereka ketiga kali ini apa saya harus tunda sekali lai, ditunda sekali lagi harus batal tetapi ternyata kami bersama-sama membereskan ternyata bisa selesai.
Apa ada pengalaman yang bisa disampaikan Pak Paul?PG : Memang akhirnya ada 3 rekomendasi yang bisa kita berikan, yang pertama menyetujui silakan menikah seperti yang telah dibicarakan tanggalnya, yang kedua adalah menunda kalau kita rasakan meang mereka belum siap dan yang ketiga adalah meminta dibatalkan, itu mungkin sekali.
Ada pasangan yang sangat jelas memperlihatkan ketidakcocokan dan kalau diteruskan tidak akan bisa cocok, jadi tidak sehat sama sekali hubungan seperti ini. Adakalanya harus langsung kami katakan, "Kalian berdua sama sekali tidak cocok, jadi sebaiknya dibatalkan daripada ditunda 10 tahun, lebih baik bilang terus terang dibatalkan sekarang saja."PG : Saya kira memang demikian Pak Gunawan, masyarakat atau kita semua makin hari makin menjadi masyarakat yang berpusat pada kenikmatan pribadi. Kita menikah supaya kita senang, bahagia. Suatukonsep bahwa pernikahan itu tidak selalu membawa kebahagiaan karena itu kita harus memikul beban satu sama lain.
Konsep ini perlu ditanamkan juga pada pasangan-pasangan yang mau menikah. Firman Tuhan yang langsung muncul dalam benak saya adalahVS : Konseling pranikah ini hanya membekali mereka tetapi mereka harus bekerja keras untuk melaksanakan dalam pernikahan (GS : Dalam kondisi saling menolong Bu ya) ya jadi harus bekerja keras sumur hidupnya, ini hanya bekal saja.
Jadi demikianlah tadi para pendengar yang kami kasihi, kami telah mempersembahkan sebuah perbincangan seputar persiapan kehidupan pernikahan bersama Dr. Vivian Andriani Soesilo dan juga Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kalau Anda berminat untuk melanjutkan acara tegur sapa ini, silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK), Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Terima kasih atas perhatian Anda dan dari studio kami sampaikan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.
Persiapan pernikahan yang diperlukan adalah persiapan bagaimana mereka bisa menyesuaikan diri, karena mereka adalah dua pribadi dari latar belakang yang berlainan, sekarang akan hidup bersama-sama. Bimbingan pranikah sangat diperlukan bagi pasangan muda untuk saat ini dan pelaksanaannya ± 6 kali pertemuan atau 7 kali pertemuan. Persoalan yang tidak terselesaikan dengan tuntas akan muncul lagi pada masa pernikahan, dan kecenderungannya persoalan itu muncul dalam intensitas yang lebih besar, bukan makin berkurang.
Hal ini disebabkan oleh:
Kita menghadapi problem untuk pertama kali, berbeda kalau kita menghadapinya untuk ke 10 kali.
Pacaran yang tepat yang perlu dilakukan oleh remaja atau pemuda kita adalah:
Saat pacaran yang terbaik adalah untuk mengenal calon pasangannya ini. Yaitu mengenal pribadinya, karakternya, orangnya, latar belakangnya. Apakah saya bisa hidup dengan dia seumur hidup? Hal ini dapat dilakukan dengan banyak berkomunikasi.
Faktor-faktor yang memperkuat pernikahan adalah:
Mereka harus mempunyai hati yang sungguh-sungguh takut kepada Tuhan, karena orang yang takut akan Tuhan bagaimanapun juga akan memperbaiki diri dan melaksanakan perintah-perintah Tuhan, itu fondasi yang terutama.
Materi yang biasa diberikan pada masa pranikah adalah:
Pernikahan dipandang dari sudut pandang Kristen.
Mengenali diri sendiri, siapakah saya ini. Saya mau tidak hubungan dengan orang lain, pengenalan pribadi satu dengan yang lain.
Komunikasi, bagaimana berkomunikasi dengan baik.
Kemarahan, tentang bagaimana menangani kemarahan.
Komitmen, apakah mereka mau komitmen untuk seumur hidup
Pendidikan seksual, juga tentang anak dan harapan-harapan dalam pernikahan.
Yang biasa dianjurkan atu rekomendasi yang diberikan setelah konseling pranikah adalah:
Menyetujui silakan menikah
Menunda, kalau memang mereka belum siap
Meminta dibatalkan, hal ini dilakukan kalau pasangan tersebut dengan jelas-jelas memperlihatkan ketidakcocokan yang sangat parah dan kalau diteruskan tidak akan cocok, bisa jadi tidak sehat sama sekali hubungan mereka itu.
Jadi setiap orang yang ingin menikah harus siap memikul beban pasangannya. Bahwa dia masuk ke pernikahan membawa satu beban dan pasangannya pun membawa satu beban yang lain dan dia harus siap memikulnya.